27 September 2011

“Fiat Voluntas Tua” (“Terjadilah Kehendak-Mu”)


Oleh: Romo Antonius Bambang Doso Susanto, Pr.

Saudari-saudara yang terkasih,

Tanggal 15 Agustus pagi saya menghadap Bapa Uskup. Saya ingat hari itu adalah hari Senin, saat orang membuka minggu yang baru. Hari itu menjadi awal bagi saya untuk beraktivitas kembali di Banjarmasin sesudah dua minggu penuh saya meninggalkan Keuskupan ini untuk mengikuti Munas UNIO, musyawarah nasionalnya para imam Diosesan se-Indonesia di Kalimantan Barat. Tepatnya di kota Pontianak – Sintang – dan Putussibau. Selesai Munas Unio, saya masih harus mengikuti KONAS (Kongres Nasional) KKI mengenai Panggilan Hidup di kota Bandung. Jadi waktu menghadap Bapa Uskup sebetulnya saya sedang ketinggalan berita seputar Keuskupan kita. Setelah berbincang-bincang sejenak, Bapa Uskup mengatakan pada saya, “Romo, saya menugaskan romo untuk menggantikan romo Allparis di Paroki Kelayan tanpa mengurangi tugas-tugas romo yang selama ini romo pegang.”

Mendengar perkataan Bapa Uskup itu, meskipun saya mengatakan bahwa saya siap ditugaskan di mana pun, terngiang di benak saya pikiran, “Mampukah saya menjalankan tugas perutusan ini?!” Apalagi tugas-tugas yang lama, kecuali menjadi pastor rekan di paroki Katedral, tidak ada yang dikurangi. Pemikiran itu pula yang saya sampaikan kepada Bapa Uskup. Saya khawatir tugas di paroki terbengkelai karena saya harus sering meninggalkan tempat, atau justru tugas-tugas di komisi yang akan keteteran. Saya ini kan manusia biasa. Tetapi Bapa Uskup mengatakan, “Jalan saja.” Maka saya pun hanya bisa berkata, “Fiat Voluntas Tua.” (Terjadilah KehendakMu).

Sepulang dari Wisma Immaculata di mana Bapa Uskup tinggal, saya tidak bisa langsung menghubungi romo Allparis karena waktu itu sedang berlangsung perkuliahan Dual Mode System bagi para guru agama Katolik yang mengikuti program penyetaraan tingkat S1. Kebetulan saya diminta untuk mengorganisir kegiatan tersebut. Tanggal 17 Agustus malam baru saya bertemu dengan romo Allparis. Setelah itu romo Allparis berangkat cuti. Sementara saya sendiri sibuk dengan kegiatan retret para pelajar Katolik se-Keuskupan, lalu kegiatan sosialisasi bahan pendalaman Kitab Suci ke paroki-paroki luar kota Banjarmasin, dan juga kegiatan pelatihan para pembina iman Anak se-Keuskupan Banjarmasin.

Saudara-saudara terkasih,

Tanggal 12 September 2011 sore hari, dalam Ekaristi Kudus yang dipimpin oleh Bapa Uskup Mgr. Dr. Boddeng Timang, diadakanlah acara serah terima tugas Pastor Paroki Santa Perawan Maria YTTN. Meski sudah sadar dan tahu bahwa SK-nya berlaku sejak tanggal 1 September tapi barulah hari itulah saya sadar dan ‘ngeh’ dengan tugas baru yang diberikan kepada saya. Rasanya masih tidak percaya dan sangsi dengan kemampuan saya, “Apa saya mampu?” Hari Kamis, 15 September saya mulai tidur di Pastoran Kelayan. Seseorang menelepon saya sambil berseloroh, “Wah romo mulai masuk pastoran dan tidur di Kelayan di malam Jumat Kliwon ya?” Saya ketawa mendengarnya. Saya jawab, “Romo-romo yang lain memang sedang tugas luar, tapi Yesus kan ndak tugas luar to. Jadi tenang saja, saya tidak takut. Apalagi banyak nyamuk di Pastoran, jadi ndak kesepian deh malam-malam sambil tepuk sana tepuk sini ... he .. he ...he ... he....”

Saudari-saudara terkasih,

Saya sadar bahwa tugas yang baru ini bukanlah tugas yang ringan dan bukan tugas yang sepele. Pastor Paroki bukan hanya sebagai suatu status melainkan suatu panggilan perutusan untuk melayani dan menggembalakan umat. Tugas ini tentunya tidak bisa disambi (kata orang jawa) dan tidak bisa dikesampingkan. Apalagi yang digantikan adalah dua orang romo yang sangat berbobot: romo Allparis dan romo Fut Khin yang dengan gayanya masing-masing selama ini sudah menjadi pasangan ideal dalam berpastoral di paroki ini. Tanpa mengurangi rasa hormat saya pada para pendahulu yang lain, pantaslah saya mengatakan bahwa banyak hal baik yang sudah romo Allparis dan romo Fut Kin kembangkan dan hidupkan di paroki ini. Semua itu tentu saja harus dipertahankan dan ditingkatkan. Partisipasi umat juga sudah baik. Romo Allparis dalam berbagai kesempatan juga sudah sering mengatakan bahwa umat paroki Kelayan sudah sampai pada tingkatan “Siapapun romonya mereka tetap jalan baik.” Tentu saja ini merupakan suatu situasi yang sangat menggembirakan dan membanggakan. Terima kasih pada para gembala yang telah berkarya di paroki ini dan profisiat pada seluruh umat yang selalu mau belajar, mau menerima gembala-gembalanya apa adanya, mau memberikan diri serta terlibat di Gereja.

Saya percaya bahwa Yesus takkan pernah meninggalkan saya. Saya juga yakin bahwa umat pun tidak akan membiarkan saya bekerja sendirian. Untuk itu, saya mengundang seluruh umat untuk turut berpartisipasi dalam menghidupkan, mengembangkan, dan membangun Paroki kita tercinta ini. Entah saudari-saudara yang masuk sebagai pengurus Dewan Pastoral Paroki, pengurus wilayah, pengurus komunitas ataupun saudari-saudara yang tidak termasuk dalam kepengurusan apapun saya undang untuk terlibat dalam gerak dan kehidupan paroki kita. Anda semua adalah anggota umat Allah, anggota Gereja Kristus dan yang dicintai oleh Yesus Kristus. Oleh karena itu marilah kita saling bahu membahu dan bekerjasama dalam kehidupan menggereja kita dan dalam usaha untuk menjadikan Paroki kita sebagai Tanda dan harapan bagi semua orang.

Saudari-saudara yang terkasih

Saya juga mohon kesabaran anda semua supaya saya bisa belajar melayani Tuhan dalam diri anda dengan baik. Saya bukanlah manusia super yang serba bisa, untuk itu: Bantulah saya dalam menjalankan tugas perutusan ini; Beritahu saya, saat saya tidak tahu; Tegurlah saya, saat saya salah; Ingatkanlah saya, saat saya lalai; Maafkanlah saya, saat saya salah. Semoga kasih Yesus selalu menjadi dasar persaudaraan kita, dan semoga Bunda Maria selalu mendoakan kita.

PISAH SAMBUT PASTOR PAROKI


Sesuai Surat Keputusan Uskup Keuskupan Banjarmasin dinyatakan bahwa per 1 September 2011, Romo Ignatius Allparis Freeanggono, Pr. diberhentikan sebagai pastor paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda dan ditugaskan sebagai pastor paroki Hati Yesus Yang Mahakudus, Veteran. Sebagai penggantinya, diangkat Romo Antonius Doso Susanto, Pr. sebagai pastor paroki. Serah terima atas pergantian pastor tersebut dilaksanakan di Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda pada hari Senin, 12 September 2011 pukul 18.00 Wita.

Perayaan Ekaristi

Perayaan ekaristi harian pada hari itu sepenuhnya diintensikan untuk serah terima pastor paroki. Bapak Uskup, Mgr. Petrus Timang berkenan memimpin perayaan ekaristi dengan didampingi Romo Allparis, Romo Doso, Pr., Romo Soni, Pr., Romo Simon, Pr., Romo Supriadi, CM serta Diakon Gunawan. Hampir seluruh bangku gereja terisi oleh umat yang hadir. Koor oleh PSP Serafim.

Menguraikan bacaan pada hari itu (1 Tim 2:1-8, Luk 7:1-10), Bapak Uskup dalam homilinya menyatakan bahwa sebagai murid Yesus kita diminta berbuat baik pada semua orang serta mendoakan orang lain sehingga hidup kita menjadi contoh dan mencerminkan hidup sebagai seorang yang telah ditebus. Dalam peristiwa pergantian pastor paroki, umat diajak mensyukuri pelayanan yang telah dilakukan oleh Romo Allparis di paroki Santa Maria serta mendoakan pelayanan dan tantangan yang dihadapi Romo Allparis di tempat yang baru. Di paroki Santa Maria telah diutus pastor yang lain, yakni Romo Doso untuk meneruskan pelayanan para pendahulunya. Patut dipahami oleh umat bahwa semua ini dilakukan untuk kebaikan semuanya, baik umat maupun pastornya. Apalagi umat Paroki Santa Maria dianggap cukup dewasa dan terbuka untuk menerima siapapun pastor yang berkarya.

Setelah homili dilaksanakan rangkaian acara serah terima yang dimulai dengan pembacaan SK pindah tugas Romo Allparis dan pengangkatan Romo Doso menjadi pastor paroki. Pembacaan dilakukan oleh Sekretaris Keuskupan, Romo Soni yang kemudian diikuti dengan pengangkatan dan pembacaan janji oleh pastor paroki yang baru. Selanjutnya Romo Allparis membacakan memori serah terima. Setelah itu memori serah terima, Buku Rencana Kerja Dewan Pastoral Paroki 2011 – 2014 serta berkas-berkas lainnya diserahkan Romo Allparis kepada Bapak Uskup yang kemudian diserahkan kepada romo Doso. Rangkaian acara serah terima terima itu diakhiri dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima.

Sebelum berkat penutup, diberikan kesempatan untuk memberikan sambutan kepada Romo Allparis, romo Doso, Bp. Andreas Sunarko selaku ketua I DPP dan Bapak Uskup.

Ramah Tamah

Setelah perayaan ekaristi, di depan Aula Syalom, Bapak Uskup, Romo Allparis dan Romo Doso disambut dengan tari-tarian anak-anak yang mengantar memasuki aula. Acara yang dipandu oleh Bp. F. Sudarmo itu diawali dengan kesan pesan dan harapan oleh Amel sebagai wakil anak-anak, Sdr. Jimmy sebagai wakil kaum muda serta Bp. Tjhie Keng Beng yang mewakili umat yang kemudian dilanjutkan dengan pemberian kenang-kenangan kepada Romo Allparis oleh para ketua wilayah.

Setelah selingan Vocal Group oleh anak-anak Asrama Putri Satya Andika, romo Allparis memberikan kesan pesan dan harapan yang diikuti dengan penyerahan tumpeng oleh Romo Allparis kepada Romo Doso. Selanjutnya Romo Doso memberikan sambutan dan kemudian penyerahan kenangan-kenangan oleh DPP kepada Romo Allparis. Acara ditutup dengan santap malam bersama dan berakhir pada pukul 21.30 Wita. (smr)

MENGENAL DAN MEMAKNAI BULAN KITAB SUCI DAN FIRMAN ALLAH (SABDA TUHAN) DALAM HIDUP


(Oleh: Fr. Jhon Juma, CMM)

Kitab Suci adalah “Firman Allah atau Sabda Tuhan” yang “belum Lengkap” bagi kita. Kitab Suci baru jadi Firman Allah atau Sabda Tuhan yang lengkap, kalau kita membaca dan merenungkannya dalam konteks pengalaman hidup konkrit. Karena hanya dengan demikian, kita bisa mengalami Allah berbicara kepada kita hic et nunc, di sini dan kini (Bdk. Turba Kearifan Abadi).

Tetapi dalam realitas, kita tak bisa pungkiri kalau begitu banyak orang Katolik, khususnya orang Katolik di Indonesia kurang mengenal, memahami dan mencintai ajaran Kitab Suci dan hidup jauh dari nilai-nilai Sabda Tuhan. Kitab Suci kurang dihargai dan diberi tempat dalam hati sekian banyak umat. Karena itulah, sebagai sebuah keprihatinan, Gereja Katolik di Indonesia merasa terpanggil dan terdorong untuk membangkitkan kesadaran umatnya dengan menetapkan “Bulan September” sebagai “Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN)”, yang secara historis merupakan keputusan rapat Majelis Waligereja Indonesia (MAWI) pada tahun 1977, dan akhirnya sejak tahun 1977 berkembang sebagai sebuah tradisi sampai dengan saat ini, sebagai tindak lanjut terhadap amanat Konsili Vatikan II, dengan tujuan antara lain membantu umat untuk semakin mengenal, mencintai, dan menghidupkan Sabda Tuhan dalam praksis hidup sehari-hari baik secara pribadi maupun bersama (komunitas), sesuai konteks Indonesia.

Konsili Vatikan II, melalui salah satu dokumennya, berbicara mengenai Kitab Suci adalah Dei Verbum. Dalam Dei Verbum para bapa Konsili menganjurkan agar jalan masuk menuju Kitab Suci dibuka lebar-lebar bagi kaum beriman (DV 22). Konsili juga mengajak seluruh umat beriman untuk tekun membaca Kitab Suci. Bagaimana jalan masuk itu dibuka? Pertama-tama, dengan menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa setempat, dalam hal ini Bahasa Indonesia.

Untuk sampai pada pengalaman itu, kiranya kita perlu memiliki motivasi yang benar untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. Beberapa motivasi berikut ini hendaknya ditanam dalam hati dan pikiran kita:

Pertama, kita membaca Kitab Suci tidak untuk membuktikan atau membela kebenaran tindakan/sikap kita (apologetis), tapi untuk berkembang dalam iman dan kehidupan rohani (spiritual); Kedua, kita membaca Kitab Suci tidak sebagai buku Katekismus yang berisi rumusan teori iman yang harus dihafal, tetapi terutama sebagai buku cerita pengalaman iman manusia yang mengkomunikasikan nilai-nilai hidup manusia dan yang meminta keterlibatan seluruh diri/hati kita agar bisa mengalami pembebasan dari tekanan dan kesulitan hidup serta kegembiraan anak-anak Allah; Dan ketiga, Kita membaca Kitab Suci tidak untuk mengenal persis raut muka, rambut, suara, pakaian Yesus dan Allah, tapi untuk semakin mengenal watak, tindak-tanduk, tutur kata, sikap dan perbuatan Yesus dan Allah yang setia mewujudkan kasih-Nya yang tak terbatas dan tak bersyarat bagi manusia ciptaan-Nya.

Menjadi sebuah pertanyaan reflektif bagi kita semua: “Apakah kita sebagai orang Kristiani (Katolik) sudah sungguh mengenal, mencinta, dan hidup sesuai nilai-nilai ajaran Kitab Suci (Sabda Tuhan)?”

DIALOG BERSAMA ARSWENDO ATMOWILOTO: PENGELOLAAN MEDIA GEREJA



“Menulis ibarat bersepeda atau berenang. Kita harus menguasai lebih dulu, baru bisa dikembangkan. Kalau tidak, akan maju mundur di tempat. Cara menguasainya adalah dengan berlatih dan berlatih, membaca serta mendiskusikannya, kemudian mengevaluasi.” Demikian antara lain kiat yang diberikan nara sumber, Bp. Arswendo Atmowiloto, di depan anggota Komsos (Komunikasi Sosial) paroki, biarawati serta utusan paroki yang ada di keuskupan Banjarmasin. Kegiatan yang diadakan oleh Komisi Komsos Keuskupan Banjarmasin pada hari Minggu, 18 September 2011 di Ruang Merced Lt 3 Poliklinik RS Suaka Insan tersebut bertujuan untuk memberdayakan pelayanan komsos melalui pengelolaan media komunikasi di paroki-paroki.

Bp. Arswendo mengungkapkan bahwa berita terjadi karena ada pembawa berita, pewarta atau wartawan. Tanpa pemberitaan, sebuah kejadian atau peristiwa akan menjadi lokal, lisan, dan terbatas pada komunitas tertentu. Dengan demikian media komunikasi memegang peranan penting dalam tugas pewartaan dan penyampaian informasi.

Pada kesempatan tersebut para peserta mengungkapkan berbagai permasalahan seputar pengelolaan media informasi dan data paroki. Dengan gamblang Bp. Arswendo memberikan arahan dan panduan praktis kepada para peserta. Saran-saran perbaikan pun diberikan terhadap tulisan, tata letak dan pengelolaan Majalah Ventimiglia.

Dalam kegiatan itu, Romo Antonius B. Doso S., Pr. selaku panitia pengarah Sinode Keuskupan Banjarmasin memberikan sosialisasi seputar sensus umat dan pengelolaan data kuesioner di tiap paroki yang akan dimulai bulan Oktober 2011 nanti. Diharapkan Komsos Paroki dapat mengambil peran dalam kegiatan ini. (smr)

Pembekalan & Pelatihan Pendamping Bina Iman: Sekami YESS …..Sekami Siap!!!!!!



Sesuai agenda KKI Banjarmasin, pada tanggal 8-11 September dilaksanakan pembekalan serta pelatihan bagi para pendamping Bina Iman bertempat di Wisma Sikhar Banjarbaru. Kegiatan yang dikoordinir oleh Dirdios KKI Banjarmasin, Rm Antonius Bambang Doso Susanto. Pr tersebut dipandu oleh SOMA (School of Missionary Animators) dan berlangsung dengan panitia dari para pendamping Bina Iman Anak paroki Bunda Maria Banjarbaru. Peserta yang mengikuti pelatihan tersebut adalah para pendamping bina iman dari 9 paroki yang ada di Keuskupan Banjarmasin yang berjumlah 36 orang.

Kegiatan diawali dengan misa pembukaan yang dipimpin oleh Mgr. Petrus Boddeng Timang, Pr didampingi oleh Rm. Yuliono. MSC, Rm Doso. Pr, Serta Rm. Harjito. O.Carm. Materi Pembinaan Animator-Animatris Missioner diberikan oleh Dirnas KKI Rm. Harjito beserta Tim yaitu kak Inri, kak Gita, dan kak Yohana. Empat hari tiga malam berlangsungnya acara ini, para peserta mendapatkan banyak materi, pengalaman, lagu-lagu baru dan gerak, serta teknik-tenik menghadapi anak–anak. Para peserta diingatkan kembali bahwa anggota Sekami adalah anak yang sudah bisa mengikuti bina iman sampai anak berusia 14 tahun (Remaja). Jadi sebenarnya tugas pendamping Sekami bukan hanya mendampingi bina iman namun juga para remaja.

Dalam kesempatan tersebut kak Gita menjelaskan bahwa mengajar bina iman sebaiknya menggunakan alat peraga sehingga anak-anak mudah mengerti dengan cerita atau bahan yang kita ajarkan. Alat peraga bisa dibuat dari alam ataupun boneka-boneka (boneka jari/boneka tangan) dengan karakter sesuai dengan cerita. Sementara itu kak Inri menyampaikan hal penting bahwa dalam bernyanyi hendaknya dengan penuh penghayatan. Bernyanyi berarti sama dengan berdoa dua kali. Para pendamping Bina Iman harus memberikan contoh “PD” (rasa percaya diri) dalam menyanyi sambil gerak dengan penghayatan sehingga anak-anak merasa bahagia dan hidup dalam bina iman.

Untuk memperdalam materi, hari Minggu 11 September 2011 peserta pelatihan diajak praktek lapangan di paroki-paroki kota yaitu paroki Katedral, paroki Veteran, dan paroki Kelayan. Peserta dari paroki kota di bantu oleh peserta dari paroki mitra. Setelah praktek, peserta pembinaan animator-animatris menuju Aula Sasana Sehati paroki Katedral untuk melakukan evaluasi. Kegiatan pembekalan serta pelatihan tersebut ditutup oleh Vikjen Keuskupan Banjarmasin, Rm. Yuliono. MSC. (rytalange)

KOMUNITAS LAURENTIUS: “BERKOMUNITAS DI TENGAH PEMUKIMAN INDIVIDUAL”


Komunitas Laurensius merupakan komunitas yang terbentuk atas kesepakatan umat yang tinggal di komplek Citra Gargen dan Citra Land pada pertengahan tahun 2011, seiring dengan rangkaian pergantian Dewan Pastoral Paroki. Komunitas ini berada di wilayah Veronika yang merupakan pemekaran wilayah Theresia. Areanya mencakup komplek Citra Garden dan komplek Citra Land.

Sejarah Terbentuknya Komunitas

Terbentuknya komunitas ini berawal dari pemberkatan rumah salah satu umat yang tinggal di komplek Citra Garden. Ketika itu, sang pemilik yaitu Pak Sargie, merasa bingung untuk masuk komunitas mana?

Seiring dengan berjalannya waktu, beberapa keluarga Katolik mulai menghuni komplek tersebut. Bp. Andreas Sunarko yang saat itu menjadi ketua wilayah Theresia sekaligus anggota Tim KPU meminta kepada Pak Sargie untuk mendata keluarga Katolik yang tinggal di komplek Citra Garden dan Citra Land. Ternyata ada 11 keluarga Katolik (11 KK). Berdasarkan jumlah KK yang ada, dipandang memungkinkan untuk membentuk komunitas baru. Oleh Tim KPU, Pak Sargie diminta untuk mengkoordinir pembentukan pengurus komunitas. Selanjutnya, diadakan rapat wilayah Veronika yang dihadiri juga oleh Romo Allparis. Rapat tersebut menghasilkan kepengurusan wilayah yaitu Ibu Melina sebagai ketua dan Pak Filipus menjadi wakilnya. Pada rapat ini, Pak Sargie ditunjuk untuk menjadi ketua komunitas Laurensius.

Membangun Kehidupan Berkomunitas

Kehidupan di perumahan yang identik dengan kehidupan individual atau sendiri-sendiri dan ditambah dengan kesibukan pekerjaan masing-masing membuat kehidupan berkomunitas masih belum terbiasa. Keadaan ini disiasati oleh Pak Sargie dan pengurus lainnya untuk mengadakan pertemuan rutin di komunitas. Pertemuan diisi dengan misa, ibadat dan diselingi dengan arisan agar umat lebih terbiasa berkumpul, sehingga akan timbul kesadaran untuk memberikan sedikit waktu dengan saudara seiman di komunitas. Dalam hal membagi undangan dan Bupar, Pak Sargie melakukannya sendiri dengan mendatangi warganya, sehingga dapat bertatap muka dan mencoba mendekatkan diri dengan mereka. Dengan sendirinya akan timbul keakraban di antara umat komunitas dan diharapkan mau hadir dan aktif dalam kegiatan komunitas. Hal ini dapat terlihat dari kehadiran sebagian besar umat pada arisan yang diadakan setelah misa di komunitas. Kegiatan lainnya yang telah dilakukan adalah mengunjungi Panti Jompo di Bati-bati sekaligus memberikan sumbangan serta bantuan pangan.

Berbagai kendala sangat dirasakan oleh Pak Sargie dan pengurus komunitas ini, seperti: tugas koor masih belum bisa dijalankan secara mandiri karena yang aktif hanya beberapa orang saja. Untuk sementara ini dalam melakukan tugas koor masih dibantu umat dari komunitas lain yang masih satu wilayah Veronika. Tidak adanya pemimpin ibadat di komunitas juga merupakan salah satu kendala di komunitas ini. Kondisi ini dapat disiasati dengan mengundang pemimpin ibadat dari di komunitas lain.

Dalam beberapa tahun ke depan, di Citra Land akan dibangun ribuan perumahan. Berkaitan dengan hal tersebut, Pak Sargie menyampaikan beberapa harapan, seperti dengan bertambahnya penghuni pemukiman, diharapkan akan bermunculan umat baru yang menambah keanggotaan komunitas Laurensius. Dengan makin bertambahnya umat di komunitas, diharapkan akan semakin meningkatnya keaktifan umat dalam mengikuti kegiatan di komunitas dan gereja. Di samping itu, diharapkan juga akan tumbuh keluarga-keluarga muda sebagai generasi penerus yang nantinya mau aktif dalam kegiatan di komunitas Laurentius sehingga nantinya komunitas ini dapat mandiri dalam menjalankan tugas-tugas gereja. (Padmo)

REKOLEKSI KOMUNITAS DANIEL


Tanggal 16-17 Agustus 2011, umat komunitas Daniel mengadakan rekoleksi di Wisma Soverdi, Palangkaraya. Rekoleksi yang dibimbing oleh Romo Aloysius Lioe Fut Khin tersebut mengambil tema, “Credo / Aku Percaya.” Pada kesempatan tersebut, selama 1,5 jam Romo Fut menguraikan setiap unsur dalam rumusan credo dengan jelas dan dapat dimengerti oleh seluruh peserta yang berjumlah 37 orang dewasa dan 8 orang anak-anak. Para peserta umumnya menyatakan bahwa materi tersebut sangat bermanfaat untuk dihayati dan diterapkan dalam kehidupan menggereja.

Selain mengupas Credo, umat komunitas Daniel juga mengadakan Doa Rosario bersama di Gua Maria di Bukit Karmel, Tangkiling pada sore hari, 16 Agustus 2011.

Rekoleksi tersebut ditutup dengan misa di kapel Wisma Soverdi sebelum akhirnya kembali ke Banjarmasin. (Dewi Puspita – Kom. Daniel)