17 Juni 2008

USKUP TERPILIH KEUSKUPAN BANJARMASIN

Bapa Suci Paus Benedictus XVI, telah menerima pengunduran diri dari Uskup Banjarmasin Mgr. F.X. Prajasuta, M.S.F.Dan Bapa Suci telah menunjuk Uskup Baru untuk Banjarmasin R.D. Petrus Boddeng TimangPastor Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus - Katedral Makassar. Diumumkan pada Sabtu, 14 Juni 2008 pukul 05.00 WIB. Biodata R.D. Petrus Boddeng Timang Lahir di Malakiri, Tana Toraja - Keuskupan Agung Makassar, 07 Juli 1947Studi Seminari Menengah Petrus Claver Makassar, 1967 melanjutkan studi di Seminari Tinggi "Anging Mammiri" Yogyakarta.Tahun 1982-1986, studi di Universitas St. Thomas Aquinas - Roma, memperoleh gelar Doktor Theologi Spiritual. Beliau ditahbiskan imam Keuskupan Agung Makassar pada tanggal 13 Januari 19741975-1978 : Formator di Seminari Menengah "St. Petrus Claver" dan pastor di Universitas Katolik di Makassar.1979-1982 : Rektor di Seminari Tinggi "Anging Mammiri", Yogyakarta.1986-1992 : Rektor Seminari Tinggi "Anging Mammiri", Yogyakarta.1992-1995 : Pastor Paroki St. Fransiskus Assisi, Panakkukang, Makassar.1995-1999 : Rektor Unika Atma Jaya, Makassar.1999-2001 : Pastor Paroki Siti Fatima, Bantaeng, Bulukumba.2001- sekarang : Pastor Paroki Hati Yesus Yang Maha Kudus - Katedral Makassar dan anggota dengan konsultores untuk Perguruan Tinggi Keuskupan Agung Makassar.

16 Juni 2008

PROFICIAT : USKUP BARU KEUSKUPAN BANJARMASIN

Bapa Suci Paus Benedictus XVI pada hari Sabtu, 14 Juni 2008 di Vatican pada jam 12.00 waktu setempat (18.00 Wita) mengangkat Pastor Paroki Katedral Makassar Pastor Petrus Boddeng Timang, Pr menjadi Uskup Keuskupan Banjarmasin yang baru. Pastor Petrus Boddeng Timang lahir di Malakri pada tanggal 7 Juli 1947 dan ditahbiskan menjadi Imam di Makassar pada tanggal 13 Januari 1974. Saat ini beliau berusia 61 tahun dan telah menjadi Imam selama 34 tahun. Dimohon dukungan doa dari seluruh umat agar di setiap akhir Perayaan Ekaristi mendoakan 3x Salam Maria, agar Bunda Maria menjadi Ibu dan Pelindung Uskup terpilih. Uskup baru kita sambut dengan "DEO GRATIAS, ALLELUIA."

12 Juni 2008

RENUNGAN

KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
(ditulis oleh : Dionisius Agus Puguh Santosa)

Rekoleksi dibuka seusai Jalan Salib dan Perayaan Ekaristi pada hari Jumat, 15 Pebruari mulai pukul 20.00 Wita. Pastor Sing mengawali rekoleksi Sesi I ini dengan mengajak para peserta untuk berbicara tentang falsafah kita sebagai orang beriman yaitu mengikuti Kristus dan kaitannya dengan lingkungan keberadaan diri kita masing-masing, dengan harapan kita dapat menyadarinya dengan baik supaya respon kita selaku orang beriman menjadi pas atau sesuai; tidak terkecuali hal ini juga berlaku bagi para Imam/Biarawan/Biarawati serta kaum religius. Sebagai umat Katolik kita sebenarnya mempunyai hal yang khas seturut dengan perwahyuan Tuhan kepada kita sebagai Allah yang penuh kasih, juga sebagai Allah Penebus. Di sinilah ”warna iman” kita berbeda. Pastor Sing kemudian berkisah tentang keprihatinannya terhadap kaum muda kita yang rela pindah agama ketika hendak menikah, sebab mereka-mereka ini tidak sadar Siapa yang mereka tinggalkan sebenarnya? Para Pastor dalam hal ini punya tanggung jawab moral, karena mereka yang menghantarkannya kepada Yesus melalui sarana Sakramen Baptis. Jika hal yang demikian terjadi, maka Sakramen Baptis dapat bersifat hanya rituil saja, tanpa ada usaha untuk memperkenalkan Yesus secara lebih mendalam.

Pastor Sing menekankan bahwa sebagai orang Katolik kita harus mempunyai identitas yang jelas; siapa saya dalam hubungannya dengan Tuhan, sehingga nantinya kita akan mengerti apa keinginan Tuhan atas diri kita masing-masing. Dan hal ini dapat kita ketahui melalui proses merenung.

Secara perlahan, Pastor Sing kemudian mulai membawakan materi, dimulai dari Perjanjian Lama yaitu Kitab Kejadian, dimana didalamnya dapat kita lihat kisah penciptaan yang kebenarannya dapat kita saksikan di alam semesta. Di sini kita mengetahui bahwa Allah Pencipta adalah Allah Yang Maha Baik. Keagamaan kita hendaknya bukan hanya mengakui Tuhan akan tetapi kita pun harus tahu bahwa Allah mengasihi saya. Di sinilah letak perbedaan ”warna iman” kita jika dibandingkan dengan agama-agama lainnya. Dari wahyu penciptaan kita ketahui bahwa manusia diciptakan paling indah, sehingga bila kita melihat hal ini maka sudah sepantasnya kita bersyukur karena Allah sungguh memberkati kita; dimana kita dianugerahi hidup dan martabat sebagai seorang manusia. Kalau kita melayani, maka posisi kita adalah karena kita dikasihi oleh Allah. Pastor Sing berpesan kepada para anggota Dewan Paroki supaya melalui pelayanan yang kita lakukan, kita dapat bertumbuh bersama-sama dan mengalami kasih Allah sekaligus membagikannya bagi sesama; dengan kesadaran bahwa kita ini sebenarnya adalah sama-sama saudara se-peziarahan.

Materi kemudian berlanjut ke Perjanjian Baru dengan merefleksikan bacaan Injil Yohanes 1:29. Falsafah kita sebagai orang Kristiani adalah ”melayani”, sedangkan disisi lain falsafah dunia adalah kegelapan yang mau ”menguasai.” Dari bacaan Injil kita ketahui bahwa Yohanes memperkenalkan Yesus kepada murid-muridnya sebagai Mesias. Dalam hidup ini seorang manusia mencari hal-hal baik yang terkait dalam relasi kita dengan Tuhan. Pastor Sing juga menyoroti betapa pentingnya Pendidikan Religiusitas bagi anak-anak kita; dimana pendidikan ini dapat disampaikan melalui jalur sekolah dengan tujuan untuk membawa siswa dalam hubungannya secara pribadi dengan Tuhan.

Dalam mengadakan ”kontak” dengan Tuhan, hendaklah kita ”jujur” dalam mengungkapkan isi hati kita; jangan sekedar mementingkan ”ritus” atau hal-hal ritual saja. Dalam proses kontak dengan Tuhan itu kemudian timbul pertanyaan : ”Apa yang kita cari ketika kita pergi ke Gereja/datang kepada Tuhan?” Karena patut disadari bahwa sebagian umat kita tahu soal doktrin akan tetapi pada kenyataannya kurang menghayati imannya. Sesi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab terkait materi yang telah disampaikan sebelumnya hingga menjelang pukul 22.00 Wita dan diakhiri dengan Doa Penutup.

Hari berikutnya, Sabtu, 16 Pebruari 2008, Rm. Sing mengajak peserta rekoleksi untuk menelaah secara mendalam isi bacaan dari Kitab Mazmur 119:33. Dalam relasi pribadi dengan Allah, relasi ini harus terus-menerus dibangun dan bersifat konsisten (tetap). Demikian halnya juga dengan relasi kita dalam keluarga, komunitas, lingkungan, paroki, masyarakat dan seterusnya, dengan memandang bahwa kita ini adalah saudara satu sama lain.

Pada sesi selanjutnya, Rm. Sing kembali mengajak peserta untuk menelaah Kitab Mazmur 119:73-76. Ketika kita konsisten menyatakan kepada sesama kita bahwa Allah adalah kasih, maka lambat laun mereka pun akan mengenal-Nya. Di sini kita harus tulus mengasihi. Kita ini dianugerahi Tuhan berbagai potensi dalam kehidupan ini. Tuhan Yesus sendiri tidak hanya memberikan perintah-perintah saja kepada kita, akan tetapi lebih daripada itu juga mendorong kita juga kepada “keutamaan-keutamaan,” dengan tidak mementingkan hal-hal yang bersifat intelektuil belaka. Sebab hanya manusia saja yang dapat menghayati keutamaan-keutamaan, sedangkan binatang tak mampu melakukannya. Dengan penghayatan yang baik atas keutamaan-keutamaan ini, maka relasi yang ada tidak akan padam. Dalam Yohanes 16:31-35 disampaikan tentang Perintah Hukum Kasih, dimana di dalam Yesus dinyatakan kasih Allah yang tak terbatas. Kebaikan kita adalah keutamaan kita sebagai “citra Allah”; jadi sikap kita/way of life kita adalah “keutamaan iman,” maka dalam Injil dinyatakan bahwa, “Hendaklah kamu saling mengasihi sama seperti Aku mengasihi kamu. Dengan makin menghayati keutamaan (kebaikan hati) ini maka kita akan mengalami kebahagiaan hidup.

Kemudian Rm. Sing melanjutkan menerangkan materi tentang hubungan tata keakraban dengan Allah melalui bacaan Yohanes 14:1. Materi selanjutnya adalah refleksi dari Injil Yohanes 17 tentang Doa Yesus, ”Jadilah mereka satu seperti Aku dan Bapa adalah satu.” Sebagai umat Allah kita harus saling melayani dan saling mendukung untuk membantu saudara-saudara kita yang lain untuk turut melayani juga seturut kemampuan mereka masing-masing sesuai dengan panggilannya. Rm. Sing juga mengingatkan betapa pentingnya membaca Sabda Tuhan. Dengan membaca Sabda Tuhan secara berulang-ulang untuk selanjutnya merenungkannya, maka kita akan semakin menghayani kebaikan-kebaikan hati/keutamaan-keutamaan.
Sebagai selingan, para peserta kembali diajak untuk bertanya jawab. Salah seorang umat dari Paroki Veteran, Ibu Adriana Sofjan menanyakan tentang kiat-kiat agar umat di paroki dapat lebih terlibat, yang meliputi sumbang pikir hingga kepada keterlibatan secara fisik. Rm. Sing menanggapinya dengan cukup bijaksana, dimana di dalam persaudaraan biasanya orang senang dipuji/disanjung, di sini koneksi/hubungan yang bersifat personal sangat diperlukan. Ada pepatah Cina yang berbunyi : “Masuklah melalui gerbangnya dan keluarlah melalui gerbang kita.” Kita bisa memulainya dengan proses recruiting. Secara sadar ataupun tidak, dalam kehidupan ini sebenarnya kita membentuk “pola,” misalnya saja jika anak sedari kecil dibiasakan ikut terlibat kegiatan Gereja, maka hal inipun akan terbawa sampai dewasa hingga berkeluarga. Kita juga harus sadari bahwa makin berbau kota, maka kesannya akan makin individuil. (bersambung...)

Suara Umat

BERBAGI TANGGUNG JAWAB DI KOMUNITAS
contoh praktik yang dikembangkan di komunitas Matias
oleh: Sri Marganing *)

Beberapa minggu yang lalu, menjelang pemilihan pengurus komunitas, wilayah dan dewan paroki umat di paroki Kelayan sibuk membicarakan nama-nama yang dianggap pantas untuk diserahi tanggung jawab. Kesibukan lain yang tak kalah serunya adalah kesibukan mencari-cari alasan agar nama masing-masing tidak masuk dalam daftar yang akan diserahi tanggung jawab. Ada yang beralasan sibuk di pekerjaan, bisnis, sering keluar kota, mau pindah tugas, tidak mampu memimpin, dll. Bisa dipahami apabila umat cenderung menghindar menjadi pengurus komunitas, wilayah dan dewan paroki. Yang selama ini terjadi adalah para pengurus yang tidak mendapat imbalan apa-apa ini, bila tidak dapat menjalankan tugas dengan baik, maka mereka akan menerima kritik, pembicaraan negatif sampai cacian. Sebaliknya kalau mereka tidak menjadi pengurus, mereka akan aman dari hal-hal semacam itu dan nama mereka akan tetap “bersih” di depan umat lain.
Syukur pada Tuhan, di tengah-tengah kenyataan seperti itu ada banyak umat yang menyediakan diri diberikan tanggung jawab. Pengurus komunitas, wilayah dan dewan paroki telah terbentuk. Bukan berarti kita hanya menggantungkan harapan pada mereka untuk menjalankan tugas-tugas di paroki sementara tugas kita (dalam memilih mereka) sudah selesai. Tanggung jawab melaksanakan tugas-tugas dan mengembangkan gereja merupakan tanggung jawab umat seluruhnya.
Mengingat bahwa banyak potensi-potensi “terpendam” yang mungkin enggan untuk menonjolkan diri karena budaya orang timur memang demikian dan untuk menghindari yang muncul orang itu-itu saja, maka pada kepengurusan baru ini, komunitas Matias mencoba untuk berbagi tanggung jawab dengan seluruh umat di komunitas. Pertama-tama inventarisasi umat dilaksanakan. Pada dasarnya masing-masing umat diberikan tugas pada pelayanan misa di gereja dan di pertemuan komunitas. Pada pelayanan misa dikelompokkan siapa yang harus siap menjadi lektor, mazmur dan petugas kolekte / persembahan. Lektor, pemazmur dan petugas kolekte masing-masing ada penanggung jawab yang bertindak untuk mengatur giliran dan bila perlu melatih. Pada pertemuan komunitas, dikelompokkan umat yang bisa memimpin ibadat sabda, memimpin Pendalaman Iman/Kitab Suci dan yang lain kelompok pemimpin Doa Rosario. Tugas-tugas lain pun dibagi seperti membagi undangan, mengurusi kegiatan PKP, mengatur latihan koor, dll. Agar seluruh umat tetap tersapa maka ditunjuk juga seksi Sosial di tingkat komunitas untuk mengajak kunjungan ke keluarga-keluarga anggota komunitas. Hampir semua anggota komunitas mendapat bagian partisipasi pada 1 tugas kegiatan. Deskripsi tugas dan koordinasi kerja diatur agar kegiatan bisa dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Formulir baku seperti lembar pencatatan keuangan, giliran tugas menyediakan makan Romo, dlsb juga dibuat.
Pelaksanaan pembagian tanggung jawab dilaksanakan setelah pelantikan pengurus tanggal 11 Mei 2008. Pengurus baru mensosialisasikan ke seluruh umat di komunitas dan mengumpulkan umpan balik dari mereka.
Semoga usaha tersebut dapat menjadi sarana untuk berbagi tanggung jawab di antara seluruh umat dan mungkin bisa menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas lain.(zo)

*) Anggota pengurus komunitas Matias

Jejak Langkah Paroki


Pastor Leo Bussemakers, MSF
(Berkarya di Paroki Tahun 1950-1956)
“Pastor Paroki V: Pribadi yang suka bergaul”


Informasi utama tulisan ini dari Mgr. Demarteau & kami kompilasi untuk menyusuri jejak langkah paroki.
Lahir di Sevenum (Belanda) tanggal 6 November 1903. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 25 Juli 1936. Sesudah kerja lama di bidang karya misi, tahun 1948 ia berangkat ke Kalimantan. Ia bertugas di beberapa tempat dan menjadi Pastor Paroki Kelayan sejak 1950 sampai dengan 1956. Sesudah itu ia masih berkarya selama 7 tahun di Jawa Tengah. Tahun 1974 ia pulang ke Belanda dan meninggal tanggal 21 Agustus 1989. pastor Bussemakers merupakan pribadi yang suka bergaul, kenal banyak orang, baik dengan umat Katolik maupun yang tidak Katolik. (zo)

Kabar Komunitas

PEMILIHAN KETUA WILAYAH & KETUA KOMUNITAS YANG BARU

Pada hari Rabu malam, tanggal 26 Maret 2008 yang lalu di Wilayah Santa Sisilia dilangsungkan pemilihan Ketua Wilayah dan Ketua Komunitas yang baru. Sehari sebelumnya dilangsungkan pertemuan antara Pengurus Wilayah yang lama dengan para calon pengurus yang baru. Dalam pemilihan Ketua Komunitas, mekanismenya mempergunakan kartu suara yang diedarkan ke masing-masing kepala keluarga (KK), dimana masing-masing KK mempunyai 1 hak suara. Penghitungan kartu suara dilakukan dalam pertemuan wilayah yang diselenggarakan di salah satu rumah umat. Setelah dilakukan penghitungan, maka terpilihlah Bapak FX. Muhammad Krisna (Engho) selaku Ketua Komunitas Timotius dan Ibu M. Yuming sebagai Ketua Komunitas Yustinus. Untuk pemilihan Ketua Wilyah dilangsungkan pada malam hari itu juga setelah masing-masing Ketua Komunitas terpilih. Dari 2 calon yang diajukan, makan terpilihlah Bapak Petrus Jhoni Rosadi sebagai Ketua Wilayah Sisilia didampingi oleh Bapak Simon Sunardi Nata selaku Wakilnya.









Lembar Kartu Suara





Dalam kata sambutannya, Bapak Engho mengucapkan terimakasih atas kepercayaan yang telah diberikan. Beliau menerima hasil pemilihan ini dengan lapang dada dan berharap adanya kerjasama dari seluruh umat di Komunitas Timotius. Sedangkan Ibu Yuming (Ketua Komunitas Yustinus) dengan nada yang sama juga mengucapkan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan. Bapak Jhoni sebagai Ketua Wilayah Sisilia yang baru dalam sambutannya tetap menekankan tentang pentingnya kerjasama umat dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan untuk kemajuan Wilayah Sisilia, juga hendaknya bila Ketua Wilayah berhalangan, umat tetap mendengarkan dan menghargai segala keputusan Wakil Ketua Wilayah karena itu adalah sah demi kepentingan umat. Sebagai Ketua Wilayah Sisilia periode sebelumnya, Bapak Fl. Sudarmo mengungkapkan rasa sukacitanya selama menjalankan tugas, karena beliau merasa diterima dengan baik oleh umat. Bapak Darmo mengajak agar segenap umat di Wilayah mendukung para Ketua Komunitas maupun Ketua Wilayah yang baru, juga mengajak untuk menyapa umat yang selama ini belum aktif dan menjaga apa yang sudah dicapai bersama selama ini. (agus_bli)


Bapak Jhoni memberikan sambutan

DUKUNGAN BAGI YANG MENAPAKI PANGGILAN


Apakah yang dapat aku lakukan untuk mendukung panggilan? Salah satu aksi nyata adalah mendukung biaya pendidikan bagi para calon imam/suster/bruder yang sedang menapaki panggilan. Ternyata biaya yang mereka keluarkan tidak sedikit. Supaya mereka fokus pada panggilannya maka tidak ada salahnya umat ikut berpartisipasi mendukung pembiayaan pendidikan mereka. Rm. Doni Tupen,MSF yang lama berkecimpung di Seminari Persiapan Yohaninum Banjarbaru, memberikan gambaran,” Data terbaru pasti berubah-ubah, tetapi rata-rata per bulan kami mengeluarkan kira-kira Rp.700.000,- all in untuk satu seminaris. Jadi untuk makan, asrama dan sekolah. Sedangkan untuk biaya para frater pasti lebih dari itu.” Wah, banyak sekali biayanya Mo, dari mana sumber dananya? Rm. Doni memberi penjelasan lebih lanjut,” Sumber dana dari donatur dalam dan luar negeri dan juga dari orang tua seminaris. Dana dari dalam negeri, khususnya dari umat belum maksimal terkumpul. Mungkin umat belum tahu. Yang pasti bantuan luar negeri makin tipis.” Aduuh…
Praktik keluarga-keluarga dalam sebuah wilayah di suatu paroki membiayai anggota umatnya yang terpanggil dan bersama-sama rutin mendoakannya mungkin pernah anda jumpai. Rupanya Rm. Doni mempunyai mimpi lebih tentang hal ini,” Saya pernah punya mimpi Seminari Yohaninum di Banjarbaru punya mitra atau semacam orang tua asuh tetapi bukan ditujukan ke satu per satu orang seminaris melainkan ke lembaga, jadi lebih terorganisir dengan baik. Kelompok ini dapat dimulai dari penderma lewat sebuah celengan plastik.”
Celengan plastik yang mana Mo?
Celengan plastik untuk Seminari MSF
Jika anda melihat celengan plastik di pastoran bertuliskan “Persembahan untuk Seminari MSF” maka jangan ragu-ragu untuk mengambil & mengajari putra-putri kita ikut menyisihkan uang sakunya bagi dukungan panggilan di seminari, dan…siapa tahu putra-putri anda ikut terpanggil!.
Jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi? (zo)

Rosario

DOA ROSARIO SEPANJANG BULAN MEI 2008

Meski kenampakan Gua Maria baru di samping pastoran sudah terbentuk, namun umat komunitas tetap dengan khusuknya melaksanakan devosi di Gua Maria di depan pastoran. Sepanjang hari, setiap jam 20.00 wita, umat dari komunitas yang berbeda bergiliran mendaras rosario. Permadani biru terhampar menghadap patung Bunda Maria yang bermandikan cahaya lilin.Lampu mercury dari atas ruang sakristi menyorot mereka. Romo Allparis & Rm. Liu Fut Khin hadir berdoa bersama umat apabila tidak ada tugas atau rapat. Selesai doa Rosario umat & romo bertegur sapa & bercakap-cakap dengan hangat. (zo)

Seputar Paroki

PEMBANGUNAN KOMPLEK GUA MARIA

Perkembangan pembangunan Gua Maria di paroki kita sudah semakin mendekati penyelesaian. Bentuk fisik sudah terlihat. Pembentukan tekstur kenampakan gua dalam wujud bukit kecil berongga tampak kokoh untuk menampung umat yang ingin berdoa di dalamnya.Bagian dalam gua luas bisa menampung ± 150 orang. Saat ini kegiatan finishing mulai dikerjakan untuk memoles & mempercantik kenampakan gua. Pembangunan masih terus berlanjut, doa & partisipasi umat tetap diharapkan! (zo)

Gua Maria tampak depan


Relief gua Maria tampak samping
Relief gua Maria tampak dalam

Rapat Dewan

BUTIR-BUTIR RAPAT DEWAN PAROKI TGL 15 MEI 2008

Kamis 15 Mei 2008 jam 20.00-22.00 di Pastoran dilangsungkan rapat Dewan Paroki Inti dengan 4 koordinator bidang kegiatan. Butir-butir hasil pertemuan adalah:
1. Pelaksanaan raker DP direncanakan tgl 11 sd 13 Juni 2008 pukul 18.00 – 22.00.
2. Pembekalan rohani (Triduum) bagi pengurus DP Periode 2008-2011 dilaksanakan setelah raker. Waktu pelaksanaan dalam konfirmasi. Pembimbing Triduum adalah Rm. FX Sukendar Wignyosumarta,Pr., seorang pastor yang lama berkecimpung di bidang pendidikan Seminari Mertoyudan, sekarang menjabat pastor paroki Santa Maria Fatima Sragen-Jateng.
3. Akan dibentuk Panitia Ad Hoc, yang terdiri dari DP Harian, Ketua Wilayah & notulis, sebagai pelaksana Raker.
4. Empat Koordinator Bidang (Liturgi, Pewartaan, Diakonia & Koinonia) menyiapkan kuisioner bersama dengan seksi-seksinya & dirangkum oleh Panitia Ad Hoc untuk disebarkan ke pengurus komunitas. Tujuan kuisioner ini untuk mencari umpan balik dari umat menyangkut segala kegiatan dalam paroki yang digunakan sebagai salah satu materi raker. Diharapkan tgl 25 Mei kuisioner sudah sampai ke tangan pengurus komunitas. Pengurus komunitas membahasnya dan mengembalikan dalam tempo 1 minggu.
5. Mengingat tata waktu yang sangat pendek maka diharapkan kerja sama yang maksimal antar pengurus DP dengan wilayah dan komunitas. (zo)

Komuni Pertama

PERAYAAN HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRITUS SERTA PENERIMAAN KOMUNI PERTAMA

Bertepatan dengan hari raya Tubuh dan Darah Kristus, pada perayaan ekaristi minggu pagi, 26 Mei 2008 di gereja kita mengadakan perhelatan istimewa penerimaan komuni pertama untuk 31 anak. Perayaan ekaristi yang dimulai pukul 08.00 WITA dipimpin oleh romo Allparis sebagai konselebran utama dengan didampingi oleh romo Liu Fut Khin. Perayaan ekaristi saat itu terasa istimewa dengan penampilan anak-anak penerima komuni pertama yang berbaju putih dengan hiasan bunga di kepala bagi anak-anak perempuan dan kemeja putih, celana hitam serta ikat pinggang merah bagi anak-anak laki-laki. Orang tua mereka duduk mendampingi. Pelayanan liturgi dilaksanakan oleh anak-anak dan orang tua penerima komuni I serta koor oleh PSP Serafim.

Dalam homilinya, romo Liu Fut Khin menjelaskan bahwa dari bacaan Injil (Yohanes 6:51-58) dinyatakan bahwa Tubuh dan Darah Kristus yang kita santap memberikan hidup pada kita. Rm. Fut Khin menegaskan,” Saat konsekrasi, kita percaya bahwa roti dan anggur sungguh-sungguh telah berubah menjadi Tubuh dan Darah Kristus. Ini berarti bahwa Yesus sendiri berkenan hadir pada kita, sehingga hendaknya kita menunjukkan sikap dan persiapan yang baik dalam menerima komuni serta dalam mengikuti perayaan ekaristi. Bila hal tersebut kita yakini, maka seharusnya perayaan ekaristi di gereja Katolik tidak menjadi sesuatu yang membosankan sehingga umat Katolik tidak perlu “jajan” di gereja lain. Kalau wanita yang sakit pendarahan saja percaya bahwa dengan menjamah jubah Yesus dia bisa disembuhkan dari penyakitnya, apalagi kalau kita bisa menyentuh dan bahkan menyantap Tubuh dan Darah Kristus, tentunya akan sangat besar kuasanya bagi hidup kita.”


Calon komuni I menunggu dengan hati berdebar2 di muka kamar pengakuan

Calon Komuni I mendapat pengarahan


Rm. Allparis melatih cara menerimakan Komuni I
Sebelum menutup perayaan ekaristi, romo Allparis menanyakan kesediaan untuk menjadi misdinar pada anak-anak yang baru pertama kali menerima komuni. Syukur pada Tuhan karena beberapa anak menyatakan kesediaannya.
Setelah perayaan ekaristi selesai, acara dilanjutkan dengan ramah tamah, pembagian sertifikat dan kenang-kenangan serta makan bersama di Aula Syaloom. (smr)

SAKRAMEN TOBAT MENDAHULUI PENERIMAAN KOMUNI I, Selasa 20 Mei 2008

Memanfaatkan hari libur Waisak, anak-anak calon komuni I didampingi orang tuanya berbaris rapi di bangku menuju kamar pengakuan. Rm. Allparis & Rm. Liu Fut Khin melayani pengakuan mereka. Ibu Sri Lestari & Ibu Kurniasih, selaku pembimbing calon komuni I, dengan sabar mendampingi anak-anak. Ibu Lena mengajak orang tua berdoa rosario. Sekeluar dari kamar pengakuan, anak-anak berdoa di hadapan patung Keluarga Kudus.
Memerimakan Sakramen Tobat memberikan pengalaman rohani yang hampir sama bagi semua anak. Selin & Maria berkomentar,” Saya gugup sebelum masuk kamar pengakuan!” “Romo menanyakan juga lho asal komunitas saya, untung saya bisa jawab,” kata mereka lebih lanjut. Nha bagaimana setelah mengakukan dosa nak? “Wah lega!”kata mereka serentak. (zo)

Pentakosta

Perjalanan rohani para murid sampai pada titik terendah sepeninggal Tuhan Yesus berangkat ke surga. Injil menyatakan mereka mengurung diri, penuh dengan ketakutan. Mereka penuh keraguan, akankah Roh yang berasal dari Allah yang dijanjikan benar-benar datang atas mereka.
Kenyataannya Allah mengambil peran aktif. Lidah-lidah api Roh Kudus hinggap atas mereka, menggerakkan lidah yang kelu, menyingkirkan ketakutan dan menumbuhkan keberanian berkata-kata tentang perbuatan-perbuatan besar yang dilakukan Allah kepada orang lain. Hebatnya mereka mendengar dalam bahasa daerah mereka sendiri-sendiri!
Itulah kedahsyatan Roh Kudus yang telah dinyatakan kepada umat perdana di dalam Kitab Suci dan pewartaan keselamatan itu berlaku untuk segala bangsa.
Setelah lebih dari 2000 tahun gereja umat Allah berkembang seperti saat ini, apakah kita pun merasakan kehadiran lidah-lidah api Roh Kudus di dalam diri kita?
Satu hal yang pasti bahwa kita yang mengaku pengikut Kristus telah menerima Roh Kudus saat kita dibaptis. Bahkan sejak dalam kandungan Allah menghendaki kita ada dan memiliki Roh-Nya! Peristiwa dahsyat tidak lagi kita kerjakan seperti para rasul tetapi perintah Yesus tetap berlaku yakni kita harus meneruskan Kabar Baik dimanapun juga kita berada.
Pentakosta hendaknyai membaharui kita menjadi rasul-rasul & saksi hidup.
Mgr. Prajasuta MSF dalam homili Pentakosta di gereja Santa Perawan Maria “Kelayan (11/5/08) mengungkapkan fakta kehidupan saat ini bahwa ORANG TIDAK TAKUT LAGI BERBUAT DOSA karena ORANG BAIK TAK PUNYA NYALI UNTUK BERBUAT BAIK DENGAN SEGALA RESIKO. Kekurangan dalam masyarakat tidak lagi ada keberanian moril. Bapak Uskup mengajak kita untuk mendoakan pemimpin bangsa, masyarakat & gereja untuk mempunyai keberanian moril dan mendorong kita agar berani tampil sebagai murid Yesus berbuat baik dengan segala resiko.
Perayaan Pentakosta sekaligus digunakan sebagai momen pelantikan pengurus Dewan Paroki Santa Maria periode 2008-2011. Peristiwa Pentakosta kiranya memberikan penguatan bagi para pengurus baru, bahkan yang sama sekali baru menjabat, untuk tidak pernah ragu-ragu, memiliki rasa percaya diri, menjalankan tugas dengan gembira karena Roh Kudus telah dicurahkan. Roh Kudus selalu menyertai kita dan dikenal dari buah-buah-Nya (Gal. 5:22,23) yakni kasih, suka cita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri.





Pengurus DP 2008-2001 berdiri mengucap janji












Serah terima kepengurusan DP lama ke yg baru, diwakili Bp.Keng Beng kepada Bp. Willy










Bapak Uskup, Bp. Willy & Rm. Allparis beramah tamah dengan pengurus DP baru & lama
di Aula Syalom (11/5/08)





PESAN BAPAK USKUP untuk DP Periode 2008-2011:
1. Kasih Persaudaraan di atas segalanya.
2. Perasaan yang sering timbul sehingga mengakibatkan keloyoan dan harus dihindari bersumber pada 2 hal :
a. Kita bekerja dengan mengandalkan kekuatan sendiri.
b. Bukan Tuhan yang kita layani tetapi diri sendiri.
3. Kita bekerja tidak untuk paroki sendiri tetapi juga untuk paroki lainya. (zo)


Bapak Uskup menyampaikan pesan kepada Dewan Paroki yang baru dilantik

Pemilihan Dewan Paroki Yang Baru

Selama 2 hari tanggal 26-27 April 2008 di Paroki Santa Perawan Maria yang Terkandung tanpa Noda (Kelayan) dilangsungkan pemilihan ketua I & II dewan paroki secara langsung oleh umat. Yang mempunyai 5 orang nominator calon ketua Dewan Paroki.
Dengan teknis cara pemilihan setelah selesai misa, dilangsungkan pemilihan langsung & masing-masing umat mendapat 1 kartu suara yang harus mencoblos 2 gambar calon ketua dewan Paroki I & II.
Dalam hal ini, teman-teman OMK Santa Maria Kelayan mendapat tugas sebagai panitia pemungut suara yang dikomando oleh Mbak Lucy selaku Ketua Komka.
Setelah berlangsung pemungutan suara selama 3 kali misa, dilangsungkan penghitugan suara yang bertempat di depan pastoran seusai Misa minggu sore.
Suasana penghitungan suara berlangsung seru, kejar-mengejar perolehan suara antar nominator terus terjadi.
Apalagi teman-teman OMK Santa Maria Kelayan membuat suasana menjadi “panas” dengan terus mensuport semua nominator ketua dewan yang deg-degan menunggu hasil akhir pemungutan suara.

Setelah selesai pemungutan suara, yang menghasilkan Bpk. Alfonsus Willy Sebastian dengan perolehan 578 suara terpilih menjadi Ketua I & Ibu Angelika Gaby Siantori dengan perolehan 557 suara terpilih menjadi Ketua II menggunguli 3 nominator lainnya.

Ada banyak harapan dari terpilihnya Ketua Dewan Paroki yang baru ini oleh teman-teman Komka Santa Maria, salah satunya “Semoga kerjasama yang terjalin sangat baik antara Dewan Paroki & KOMKA terus untuk kedepannya”.
Ada juga 1 harapan dari anggota KOMKA bernama Rendy yang juga menjabat sebagai Koster gereja yaitu ”Semoga gaji koster naik…(hahahaha)”,yang di amini oleh segenap teman-teman OMK semua. (Tommy)

Dari Pastor Paroki


DARI KELUARGA TUMBUH PANGGILAN

Rm. Aloysius Lioe Fut Khin, MSF

Saudara-saudari terkasih,
Kita bersyukur bahwa kita boleh merayakan Paska dengan tenang dan khidmat khususnya selama Pekan Suci. Semoga saja ini bukan hanya perayaan rutin, tetapi sungguh ada kebangkitan juga dalam hidup iman, dalam hidup menggereja. Supaya tidak terjadi, sesudah Paska, gereja kembali sepi-sepi dan bangku gereja pada misa minggu banyak yang ompong.

Memang untuk memelihara iman kita, tidak cukup hanya sekedar menjadi katolik natal dan paska. Bahkan hanya sekedar hadir dalam perayaan ekaristi minggu pun belum cukup. Iman kita menuntut adanya spiritualitas, yakni suatu gaya hidup katolik, gaya hidup yang terlibat, mulai dari komunitas sampai ke tingkat yang lebih luas lagi, seluas Tuhan memanggil untuk “memakai” kita. Gaya hidup seperti ini hanya mungkin kalau kita terbuka terhadap bimbingan dan dorongan Roh Kudus.

Kita juga baru saja merayakan Minggu Panggilan Sedunia. Gereja mengajak semua pihak untuk berdoa bagi panggilan, khususnya panggilan untuk menjadi imam, biarawan-biarawati. Panggilan itu dari Tuhan. Jika sekarang ini panggilan berkurang, bukan karena Tuhan sudah uyuh memanggil, tetapi telinga yang dipanggil yang semakin tuli. Tuhan terus memanggil, tetapi hati yang dipanggil menjauh daripada-Nya. Untuk bisa mendengar panggilan Tuhan itu, kembali ke persoalan iman tadi. Apakah Tuhan masih menemukan iman di Kelayan? Apakah iman masih dijunjung tinggi di dalam keluarga? Apakah anak-anak sungguh menerima warisan iman yang sejati dari orang tua mereka?

Keluarga adalah seminari awal. Dalam keluarga anak mulai mengenal Tuhan, mulai mengalami kasih. Dari orang tua anak-anak mendapat contoh bagaimana mengungkapkan iman: berdoa-pribadi atau bersama, di rumah atau di gereja. Dari orang tua juga, anak belajar mewujudkan imannya dalam perbuatan kasih, mulai dari orang-orang serumah. Anak yang berdoa lahir dari keluarga yang berdoa. Anak yang beriman juga lahir dalam keluarga yang beriman. Semoga kita dapat bersyukur bahwa kita masih memiliki iman dan semoga kita tetap menjaga dan memeliharanya sebagai mutiara yang indah, yang deminya kita rela berkorban apa saja.

Redaksi Menyapa

Di sepanjang bulan April - Mei 2008 ini ada begitu banyak aktivitas yang terjadi di paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan yang kita cinta bersama. Agenda pemilihan Dewan Paroki yang baru, lalu ada perayaan Pentakosta yang dibarengi dengan pelantikan DP oleh Bapak Uskup, juga tentang perkembangan pembangunan Gua Maria yang kian hari kian tampak wujudnya. Tak lupa juga ada liputan kegiatan orang muda di paroki kita yang turut mendukung suksesnya pelaksanaan pemilihan DP yang baru. Proficiat untuk semua dan selamat bertugas!