24 Agustus 2009

PERAYAAN HUT PAROKI KE-70 & KEMERDEKAAN RI KE-64:

JALAN SANTAI SAMBIL MEMBERSIHKAN LINGKUNGAN

ARTI KEMERDEKAAN


Oleh: Romo Ign. Allparis Freeanggono, Pr

Saudara–saudara yang terkasih dalam Yesus,

Setiap bulan Agustus, secara istiwewa kita merayakan hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sebuah hal yang layak bagi kita sebagai Gereja Katolik untuk merefleksikan arti sebuah kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan sederhana berikut agar kita sebagai warga Negara dan Gereja semakin hari semakin berkembang.

Gereja Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda telah ada sejak 70 tahun yang lalu. Sementara itu bangsa Indonesia merdeka 64 tahun yang lalu. Kalau dilihat, 6 tahun setelah paroki berdiri, Indonesia merdeka. Paroki kita mengalami 6 tahun dalam masa penjajahan oleh Belanda dan Jepang. Kita akan bertanya –tanya, apa yang telah dilakukan Gereja dalam masa penjajahan itu? Apakah Gereja ikut mengambil bagian dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan bangsa ini? Apakah dalam doa-doanya, Gereja berdoa bagi bangsa ini? Dapat pula diajukan pertanyaan bias berikut: Apakah gereja mangalami dan merasakan penindasan pada saat Indonesia masih dijajah? Apakah kita mempunyai pahlawan kemerdekaan? Dsb.

Pada jaman Indonesia merdeka seperti sekarang ini, kita harus berani bertanya, apa yang telah dilakukan Gereja untuk mengisi kemerdekaan ini? Apakah Gereja mengalami kebebasan untuk mewartakan Injil dan seterusnya. Kita juga pernah mendengar istilah bahwa kita adalah 100 % orang Indonesia, 100 % orang Katolik. Apa arti dari kalimat tersebut? Kita lahir di Indonesia, Gereja ada di Indonesia, umat Katolik lahir dan hidup di Indonesia, mencari nafkah di Indonesia, bahkan mungkin nanti mati juga di Indonesia. Pertnyaan reflektifnya: Apa yang telah diperbuat oleh warga Katolik untuk bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan? Peran apa yang telah diberikan oleh warga kita untuk membangun negara kita? Apakah kita mempunyai politikus katolik, yang peduli terhadap negara? Apakah kita mempunyai pejabat Katolik yang peduli terhadap bangsa? Apakah anak-anak kita menjadi anak-anak katolik yang peduli dengan persoalan bangsa kita? Apakah kita mempunyai imam, suster, frater, bruder yang peduli dengan persoalan bangsa ini? Apakah kita mempunyai pengusaha, pedagang, kontraktor, guru, karyawan Katolik yang mau terlibat dalam hidup berbangsa dan bernegara? Itu adalah pertanyaan- pertanyaan reflektif agar kita sebagai umat paroki Santa Maria Kelayan menyadari bahwa kita dipanggil untuk terlibat untuk membangun bangsa ini.

Melalui hidup menggereja yang benar, marilah kita membangun bangsa. Kita menyadari bahwa Gereja kita adalah bagian dari negara ini. Sudah selayaknya kita peduli dengan persolan bangsa ini serta menghindari untuk mengambil sikap sebagai warga yang egois atau warga yang hidup dalam lingkungannya sendiri. Salah satu wujud kepedulian yang dapat kita lakukan adalah dengan menghormati saudara-saudara kita yang muslim dalam menjalankan ibadah puasa. Mari kita saling menghormati. Kita yang tidak puasa menghormati yang puasa, yang puasa menghormati yang tidak puasa. Dengan demikian kita dapat hidup berdampingan dengan saling menghormati.

Saudara-saudara yang terkasih,

Tak lama lagi pada bulan September, kita memasuki bulan Kitab Suci Nasional. Mari bersama-sama menimba sabda Allah secara lebih mendalam dan mari kita terapkan dalam hidup sehari-hari warga negara Indonesia dan umat Katolik. Semoga pendalaman Kitab Suci yang kita lakukan bukan saja menambah iman kita kepada Tuhan, tetapi juga membawa berkat bagi sesama. Tuhan memberkati.

23 Agustus 2009

Peringatan HUT Paroki ke-70 dan HUT Kemerdekaan RI ke-64:









Jalan Santai Sambil Membersihkan Lingkungan

Dalam rangkaian peringatan HUT ke-70 Paroki Kelayan sekaligus peringatan HUT Kemerdekaan RI yang ke- 64, pada hari Minggu, 17 Agustus 2009 dilaksanakan Jalan Santai sambil membersihkan sampah di sepanjang jalan yang dilalui. Kegiatan yang diikuti sekitar 300 orang ini, dimulai tepat pukul 07.00 Wita dengan bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya dipimpin oleh Bp. Anton dan mengheningkan cipta dipimpin oleh Ibu Anna Trombine selaku MC acara.

Saat bendera start dikibarkan oleh romo Allparis, para peserta pun mulai bergerak, berjalan perlahan-lahan. Masing-masing peserta memegang kantong plastik tempat sampah yang telah dibagikan oleh Komka sebelum acara dimulai. Dengan penuh semangat anak-anak maupun kaum dewasa memungut sampah yang ditemui sepanjang perjalanan sehingga terkumpul sebanyak 1 pick-up sampah. Sesekali ibu Anna mengingatkan para peserta untuk tidak menghalangi jalan. Di pertengahan rute perjalanan, panitia menyobek kupon yang dibawa peserta untuk diundi di akhir acara.

Pukul 08.00 Wita, seluruh peserta telah sampai di gereja dan langsung menyerbu teh, kopi, roti, pisang rebus dan singkong rebus yang telah disediakan ibu-ibu PKP di Pendopo Santo Yosef. Setengah jam kemudian para peserta kembali berkumpul di depan Aula Syalom untuk melakukan senam bersama dipimpin oleh ibu Eni. Setelah senam bersama, acara dilanjutkan dengan pengundian door prize. Satu persatu sobekan kupon diundi dan dibacakan untuk memperebutkan 84 hadiah berupa kaos, lentera, setrika, dispenser, magic jar. TV serta sepeda diperebutkan sebagai hadiah utama.

Pukul 09.00 Wita, kegiatan jalan santai ini berakhir. (smr)

Foto-foto: Riyanto & Maria Roesli

HUT PAROKI

AGENDA PERAYAAN HUT 70 TAHUN PAROKI BULAN SEPTEMBER 2009

5 September 2009 : Batas waktu mengumpulkan Lomba Foto Jadul

13 September 2009 : Lomba Outbond antar komunitas

15 September 2009 : Batas waktu mengumpulkan Lomba Mengarang Tema : Menghayati Kehidupan Berparoki di Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkadung Tanpa Noda

ANAK BANGSA YANG BERSATU DALAM KEMERDEKAAN

Amanat Bersama #IndonesiaUnite (16 Agustus 2009)

- Kami adalah generasi baru, pewaris sah Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia

- Kami adalah generasi baru, yang menolak untuk hidup dan tumbuh dengan rasa takut. Kami memilih menjadi pemberani.

- Kami adalah generasi baru, yang percaya setiap kekerasan hanya akan melahirkan kekerasan baru. Karena itu, kami akan berusaha untuk memutus rantai kekerasan melalui karya kemanusiaan di mana pun kami berada.

- Kami adalah generasi baru, yang percaya penuh dengan prinsip demokrasi, kemanusiaan, kesetaraan, dan saling menghormati. Karena itu, kami menolak segala bentuk diskriminasi.

- Kami adalah generasi baru, yang akan membangun sebuah bangsa dan negara yang bermartabat dan terhormat, mampu mempersatukan Indonesia, melindungi hak-hak individu, berdiri di atas semua golongan, serta memuliakan manusia-manusia yang menjadi rakyatnya.


“Amanat Bersama” ini melalui proses wiki yang berjalan di halaman #Indonesia Unite, sejak 9 Agustus 2009 sampai dengan 14 Agustus 2009.

(#Indonesia Unite adalah sebuah forum di situs jejaring sosial yang menampung berbagai apresiasi anak bangsa dalam hal kemajukan dan kemajuan bangsa tercinta ini)


Amanat bersama yang tercantum di atas, sungguh merupakan sesuatu yang menjadi tantangan para anak bangsa dalam konteks tulisan ini. Gereja dalam hal ini paroki kita harus berani mengatakan dan mewujudkan makna kemerdekaan di usia bangsa ini yang sudah 64 tahun. Teringat sebuah petikan dari Mgr. Soegijapranata, SJ (alm) yang mengungkapkan ‘Jadilah 100% Warganegara (Indonesia) dan 100% Katolik.

Ada sebuah pertanyaan yaitu apa sumbangsih yang telah kita berikan kepada bangsa ini? Terkadang atau mungkin sering kita menuntut apa yang menjadi hak dari pada kewajiban.

Banyak hal yang dapat kita lakukan sebagai anak bangsa untuk mewujudkan makna sebuah kemerdekaan, yaitu dengan hal – hal kecil dulu. Dalam sebuah amanat bersama di atas dapat ditemukan berbagai tindakan yang dapat kita lakukan bersama (gereja) dalam membagikan kasih Kristus di masa ini. Di point ke dua dalam amanat bersama diungkapkan tentang penolakan hidup dan tumbuh dalam rasa takut, mungkin dapat kita rasakan bersama bahwa kita (gereja) yang dipandang sebagai kaum minoritas selalu berjalan dalam rasa takut. Itulah yang perlu dijawab, kapan kita (gereja) dapat tampil tanpa rasa takut? Jadilah pemberani!! Itulah pesan point ke dua dalam amanat bersama diatas. Dalam point ke tiga pun diungkapkan tentang pemutusan garis kekerasan melalui berbagai karya kemanusiaan, dalam hal ini di paroki kita sudah terlaksana berbagai karya kemanusiaan yang melibatkan masyarakat umum seperti berbagai aksi sosial dan nantinya berbagai kegiatan di Ulang Tahun Paroki yang ke 70 juga diisi kegiatan – kegiatan aksi sosial bagi masyarakat umum, di tingkat keuskupan pun melalui Misi Meratus dilaksanakan sebuah karya kemanusiaan untuk menyentuh warga pegunungan Meratus yang masih jauh dari kata menikmati hidup merdeka (buta huruf, buta angka, tertinggal dll).

Mengambil petikan point ke empat yaitu prinsip kesetaraan, gereja dalam hal ini mempunyai tantangan yaitu gereja yang notabene kaya tidak merasa diri menjadi eksklusif, dapat diambil contoh yang sudah terjadi bagaimana pada masa ini pembangunan gereja – gereja baru selalu mendapat pertentangan dengan kaum mayoritas, menurut hemat pikiran penulis itu terjadi karena ke-eksklusifan gereja yang merasa punya izin, duit dan tanah terus membangun. Membangun gereja itu “proses bukan proyek” sebaiknya bagi para penerus gereja harus memperhatikan hal itu artinya membangun pondasi gereja dalam masyarakat dan relasi serta komunikasi ke masyarakat dahulu, baru membangun gedung gerejanya. Sehingga “kemerdekaan” dalam hal membangun gereja dapat kita nikmati. Mari kita sebagai anak bangsa bersama mewujudkan sebuah kemerdekaan melalui berbagai karya membagikan kasih Kristus ke sesama.

64 tahun sudah republik ini berusia. Usia yang cukup tua bagi manusia tapi masih merupakan perjalanan yang panjang bagi sebuah bangsa. Jalan berliku dan terjal masih mengintai di depan mata. Semoga kita bisa melewatinya dan bisa mencapai mimpi Indonesia, menjadi sebuah bangsa besar yang memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya. (Tommy)

Mempertanggungjawabkan Sebuah Kebebasan

Kebebasan merupakan salah satu bentuk ekspresi Kemerdekaan. Oleh karena itu kita diajak penulis untuk merenungkan arti kebebasan yang kita miliki…

Anda pasti sudah tahu kalau manusia itu adalah ciptaan yang paling sempurna. Ciptaan yang paling disayang. Mau tau buktinya. Sudah jelas tertulis dalam Kitab Kejadian yaitu pada peristiwa penciptaan. Bab dan ayat berapa? -Silahkan cari sendiri, sekalian mulai membuka Kitab Suci, bulan depan-kan (September) bulan Kitab Suci. Minimal tahu letak dan kondisi Kitab Suci tersebut.- Pada kisah penciptaan manusia diciptakan paling terakhir, setelah segala sesuatunya tersedia. Makan tinggal makan dan minum tinggal minum. Semua disediakan tanpa harus membayar, enak too.


Tetapi semua yang diberikan Tuhan itu ternyata ada syaratnya. Dan itu sangat ringan. Manusia cuma dilarang memakan satu buah terlarang yang sudah ditandai oleh-Nya. “Nanti kamu akan mati”, begitu pesan Tuhan kepada manusia ciptaan-Nya. Maka dalam arti ini,

Tuhan memberikan kebebasan secara penuh kepada manusia ciptaan-Nya yang paling mulia itu. Bebas untuk tinggal dimana saja. Bebas untuk makan apa saja. Bebas untuk bertindak seturut kehendaknya. Tetapi kebebasan itu tetap ada batasanya. Kebebasan itu harus ada aturannya. Mengapa? Karena Tuhan menciptakan manusia secitra dengan Diri-Nya (sama dengan Allah). Artinya manusia diberikan juga hati nurani untuk berpikir, bertindak dan mengambil keputusan yang harus benar di mata Allah.

Pada awal penciptaan itu, Tuhan Allah “hanya” melarang manusia untuk tidak memakan buah yang telah “ditandai” Allah. Allah sebenarnya mau melihat, apakah manusia itu menggunakan kebebasannya dengan bijaksana atau tidak? Kita lalu akan berpikir, berarti manusia itu bukan ciptaan yang sempurna, karena toh akhirnya manusia tidak mentaati perintah Allah. Jadi dalam arti tertentu Allah telah gagal menciptakan manusia. Benarkah demikian? Jelas salah. Sekali lagi salah. Allah justru memberikan yang terbaik untuk ciptaan-Nya. Allah memberikan kebebasan kepada manusia, untuk berbuat seturut kehendaknya sendiri. Persoalannya apakah kehendak manusia itu sama dengan kehendak Allah?


Buah terlarang yang tidak boleh dimakan merupakan gambaran bahwa dalam setiap kehidupan selalu ada norma/aturan yang telah ada dan telah disepakati oleh semua ciptaan. Buktinya cuma manusia saja yang berani memakan buah itu. Ciptaan lain tidak ada yang berani. Jadi manusialah yang melanggar norma yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Manusialah yang melanggar kebebasan itu. Dan ketika Sang Pencipta meminta sebuah pertanggung jawaban, menusia itu mengelak dengan hebatnya. “Karena ular itu yang merayu”, begitu kata perempuan itu (Hawa). Lalu kata yang lelaki (Adam); “Karena perempuan itu yang menyuruh”. Jadi sudah dari awal manusia selalu mencari “yang lain” untuk membela dirinya dan seolah-olah dia tidak bersalah. Dan “seni” melempar kesalahan kepada “yang lain” masih terlihat sangat jelas sampai sekarang. Adakah di antara kita yang berani berkata; “Ya saya salah” ketika berbuat satu kesalahan tanpa harus terlebih dahulu memberikan alasan (baca: pembelaan)?

Sangat disayangkan, karena manusia pertama yang diciptakan Allah menjual kebebasannya dengan sebuah buah terlarang. Saya berandai-andai jika buah itu tidak dimakan. Tentu kita sekarang berada di Taman Eden, semua tersedia tanpa harus membeli. Karena kebebasan itu dilanggar maka sekarang manusia itu harus menerima sebuah konsekuensi dari perbuatan itu. Perempuan itu mendapat kesusahan karena akan melahirkan keturunan baru (namun toh ada kenikmatan juga, apa itu? Baca saja Kitab Kejadian tentang kisah ini dengan lebih seksama). Dan laki-laki itu akan bersusah payah untuk bekerja supaya bisa bertahan hidup. Tidak ada lagi yang gratis, semua harus dicari dengan berpeluh. Dan untuk si ular, dia akan selalu dibenci dan berjalan dengan perutnya.Semoga kita dapat menggunakan semua kebebasan yang kita terima dari siapa saja, dengan lebih bijaksana. Setiap kebebasan selalu mengandung sebuah konsekuensi. Selamat menikmati kebebasan yang Anda miliki dengan lebih bijak. Termasuk kebebasan untuk menentukan pilihan apa saja. Kita bebas untuk; aktif atau tidak aktif dalam hidup menggereja (ingatlah saat ada kesusahan). Kita bebas untuk memilih makanan yang kita suka (ingatlah akan kadar gula, kolesterol, dan rekan-rekan sejawatnya). Kita bebas untuk menyekolahkan anak kita kemana saja (asal sesuai budget dan kemampuan si anak). Kita bebas mau jadi apa saja (asal mau dan mampu). Dan memang semua kebebasan itu mengandung konsekuensinya masing-masing.

Selamat merenungkan. (ib)

Seminar Kerahiman Ilahi



Minggu, 02 Agustus 2009, bertempat di Aula Syalom sekitar pk.10.00 wita, diadakan Seminar Kerahiman Ilahi dengan narasumber P. Ceslaus Osiecki, SVD. Pastor keturunan Polandia namun sudah berkewarganegaraan Indonesia ini, membahas tentang Kerahiman Ilahi yang telah disebarluaskannya sejak tahun 1997, melalui buku yang ditulisnya dengan judul Rasul Kerahiman Ilahi (Devosi Kepada Kerahiman Ilahi). Berawal dari Flores, NTT yang kemudian tersebar ke seluruh Indonesia, melalui Keuskupan-keuskupan setempat.Dalam seminar ini, P. Ceslaus Osiecki, SVD, menerangkan bahwa Doa Koronka (Doa Kerahiman Ilahi) adalah doa yang diajarkan Yesus kepada St.Faustina, dan merupakan salah satu Devosi yang kita kenal sekarang. Ada 4 inti dalam Devosi ini, yaitu :

1. Gambar Yesus Maharahim, yang memperlihatkan Kerahiman Yesus melalui air dan darah yang terpancar dari lambung Yesus setelah ditikam, dengan tulisan Yesus, aku berharap padaMu (Jesus, I trust in You) di bawahnya. Menurut P.Ceslaus, SVD pada awalnya gambar Kerahiman Ilahi tidak terdapat gambar monstran. Tetapi kemudian, atas usul Bapa Suci Yohanes Paulus II, untuk meningkatkan Adorasi terhadap Sakramen Mahakudus, maka dalam gambar Kerahiman Yesus diletakkan gambar Monstran sebagai upaya agar umat ingat tidak saja pada Kerahiman Yesus juga akan Sakramen Mahakudus, walaupun secara garis besar baik gambar yang sekarang (dengan monstran) atau sebelumnya, fungsinya tetap sama yaitu mengingatkan umat akan Kerahiman Yesus.

2. Pesta Kerahiman Ilahi, dirayakan pada Minggu ke-2 Paskah (seminggu setelah Hari Raya Paskah). Sebelum memasuki Pesta Kerahiman Ilahi, diadakan Novena Kerahiman Ilahi yang dimulai pada hari Jumat Agung.

3. Doa Kerahiman Ilahi, lebih dikenal dengan sebutan Koronka, dapat didaraskan kapan saja, tidak melulu harus tepat pukul 3. Pukul 3 siang adalah saat merenungkan wafat Yesus di Salib. Doa yang seringkali dilakukan dengan rosario biasa ini, dapat kita isi dengan berbagai macam intensi untuk berbagai keperluan.

4. Penyebarluasan Devosi Kerahiman Ilahi. Seperti pesan Yesus pada St.Faustina, supaya menyebarluaskan Devosi ini kepada siapa saja, demikian juga kita yang telah tahu manfaat besar dari Kerahiman ini diminta untuk juga menyebarkan Devosi ini, entah melalui buku, gambar, tulisan-tulisan dan sebagainya.

Selain ke-4 inti tersebut, yang terpenting dari Devosi Kerahiman Ilahi ini adalah perbuatan/ praktek belas kasihan terhadap sesama. Karena iman tanpa perbuatan adalah sia-sia belaka.

Setelah selesai uraian dan penjelasan P.Ceslaus Osiecki, SVD, diadakan sesi tanya jawab juga sharing, baik dari umat maupun dari beberapa biarawati, mengenai doa pada umumnya serta Koronka pada khususnya.


Sebelum acara diakhiri, Ibu Luci (dari P.Katedral) selaku MC, memberi tambahan uraian tentang 7 bentuk praktek kerahiman jasmani maupun rohani setelah kita dipersatukan oleh Kristus, sebagai berikut:

Kerahiman Rohani :

1. menobatkan orang berdosa

2. mengajar orang yang tidak berpengetahuan

3. menasehati orang yang hilang

4. menghibur orang sedih/ berduka

5. bersabar dalam ketidakadilan

6. memaafkan penghinaan

7. berdoa bagi orang yang hidup dan mati.

Kerahiman Jasmani :

1. memberi makan orang lapar

2. memberi minum orang haus

3. memberi pakaian orang telanjang

4. membebaskan para tawanan

5. menjamu/ menerima orang asing

6. mengunjungi orang sakit

7. menguburkan orang meninggal.

Acara yang dihadiri 74 peserta ( 2 imam, 6 suster, 66 umat), dengan MC: Ibu Luci (Katedral), Moderator : P.Ign.Allparis, Pr dan Bpk.S.Ryanto (Veteran), narasumber P. Ceslaus Osiecki, SVD, ditutup dengan doa dari Bpk. A. Suharjo dan berkat dari P. Ignatius Allparis Freeanggono, Pr.

(Cecilia M – Sekretaris Paroki Kelayan)

Lektor, Bukan Pembaca Berita


Membaca adalah yang tidak mudah. Terlebih membaca bukan untuk dirinya sendiri. Artinya membaca untuk dibagikan kepada orang lain. Membaca, agar orang lain menyimak, mendengarkan, mengerti dan akhirnya meresapkan apa yang telah dibacakan. Untuk ini perlu kesiapan dari mereka yang akan membacakan sebuah cerita atau berita.

Sehebat apapun suatu cerita atau berita, tetapi kalau yang membacakan tidak menarik, dibacakan secara tidak menarik, maka cerita atau berita itu akan terasa hambar. Lihatlah para pembaca berita di televisi. Mulai dari pembaca berita gossip, berita politik atau berita criminal selalu memiliki gaya yang khas. Penampilan yang menarik, sehingga orang tak jemu memandangnya. Suara yang indah sehingga orang enggan untuk tidak mendengarkan. Gaya membaca yang menarik sehingga orang “dipaksa” untuk selalu menyimak.

Saya yakin yang membuat mereka dapat menjadi baik adalah karena, latihan. Ya, karena membaca bagi mereka adalah sebuah profesi. Dengan membaca mereka dapat mengisi pundi-pundi uangnya dan membuat dapur-nya selalu ngebul yang menandakan ada suatu kemakmuran di sana. Dari mana asal-muasalnya? Ya dari membaca. Jadi supaya membaca itu menarik orang harus LATIHAN.

Nah, dalam Gereja Katolik kita juga punya para pembaca, yang disebut lektor. Lektor adalah suatu tugas yang sangat mulia. Karena yang dibacakan adalah Kitab Suci. Dan kisah-kisah yang dibacakan bersumber dari kekuatan Roh Kudus. Dan sadar atau tidak para pembaca itu memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Dia harus mewartakan Sabda Tuhan. Ingat pada setiap akhir bacaan, selalu diakhiri dengan perkataan; “Demikianlah Sabda Tuhan”. Maka pembaca harus sadar bahwa yang dibacakan bukan berita gossip, bukan juga berita criminal tapi merupakan warta keselamatan untuk siapa saja yang mendengarkan bacaan itu.

Lektor, bukan sekedar pembaca berita. Ia adalah pewarta. Pembaca berita, memiliki studio khusus untuk membacakan beritanya, agar semua orang bisa melihat, mendengar dan mencerna apa yang diberitakan. Lektor juga, bahkan tempat yang lebih mulia yaitu di rumah Tuhan, dalam Gereja. Tempatnya pun khusus, ada mimbar yang dipersiapkan agar semua mata menuju kepadanya. Ada peralatan sound system yang mendukungnya supaya semua yang hadir bisa mendengar dengan jelas. Persoalanya bagaimana dengan pembaca-nya?

Kalau pembaca berita sebagai profesi, jelas karier yang cari maka ia akan memberikan yang terbaik supaya kariernya juga bisa baik dan akhirnya hidup lebih terjamin. Bagaimana kalau pembaca Sabda Tuhan? Apakah sebuah profesi? Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Tetapi jelas, semua perlu ada persiapan yang sungguh matang. LATIHAN adalah jawaban dari ini semua. Ditambah penampilan yang menarik, sikap yang apik dan gaya yang khas, Sabda Tuhan akan terasa lebih hidup.

Salut untuk semua lektor, yang telah berani menjadi pembawa Sabda Allah ke hadapan para umat. Karena tidak semua umat mau. Dengan berbagai alasan selalu ada cara untuk menolak tugas ini, padahal lektor adalah tugas yang mulia. Tinggal Anda para lektor, memperbaiki semua kekurangan dan mengisi kekurangan itu dari sumber-sumber lain, supaya Sabda yang diwartakan dapat didengar oleh setiap umat dan akhirnya menjadi santapan rohani bagi jiwanya. Sekali lagi salut untuk Anda semua yang berani mengemban tugas mulia ini. (ib)

PERAYAAN EKARISTI KELUARGA BULAN AGUSTUS

“Apa yang dipersatukan Allah janganlah diceraikan oleh manusia”

Jumat, 14 Agustus 2009 dilangsungkan perayaan ekaristi keluarga dipimpin oleh romo Allparis. Tidak ada pasangan suami istri yang memperbaharui janji perkawinannya pada misa tsb.

Dengan mengambil bacaan pada hari itu (Mat 10:16-23), romo Allparis dalam homilinya menyatakan bahwa meskipun suatu keluarga mendapatkan surat cerai dari catatan sipil, namun menurut gereja perceraian tersebut tetap tidak sah karena di catatan sipil, keluarga tersebut hanya mencabut berkas dan bukan membatalkan perkawinan.

Dalam Injil Matius, Yesus dengan tegas menyatakan bahwa orang tidak boleh bercerai. Kalaupun Musa mengeluarkan surat cerai, itu karena ketegaran hati orang. Ada sekelompok orang berpendapat bahwa jika pasangannya berselingkuh, maka dia berhak minta surat cerai. Pendapat ini salah dan tidak ada di dalam hukum gereja.

Ada 3 hal yang menyebabkan orang tidak kawin, yaitu:

1. Orang tidak bisa kawin karena kelainan sejak awalnya.

2. Dibuat orang lain, contoh: sida-sida / orang yang dikebiri. Hal ini ditentang oleh gereja.

3. Orang tidak kawin demi Kerajaan Allah, contoh: Yesus.

Sebelum mengakhiri homilinya romo Allparis mengajak umat untuk mendukung keluarga-keluarga yang banyak persoalan agar dapat menyelesaikannya bersama Yesus. (smr)

Pelantikan Misdinar


Misa Minggu Pagi, tanggal 16 Agustus 2009 terasa istimewa dengan hadirnya 40 misdinar. Dalam misa yang dipimpin oleh romo Allparis itu, dilaksanakan pelantikan misdinar. Beberapa anak-anak misdinar yang baru dan lama bertindak sebagai petugas liturgi. Koor komunitas Stefanus.

Dalam homilinya, romo Allparis mengambil suatu gambaran bahwa makanan akan mempengaruhi kesehatan seseorang dan didikan dari orang tua akan membentuk karakter seorang anak. Bila demikian halnya akan timbul pertanyaan, apakah Tubuh dan Darah Kristus yang kita makan dalam ekaristi dapat membentuk karakter kita menjadi seperti Kristus? Dalam Injil Yohanes 6:51-58, Yesus mengatakan, “Tubuh-Ku adalah benar-benar makanan dan Darah-Ku adalah benar-benar minuman.” Perkataan Yesus ini menyadarkan kita bahwa bila kita makan Tubuh dan minum Darah-Nya, maka Yesus tinggal di dalam kita dan kita tinggal di dalam Yesus sehingga kita memperoleh hidup yang kekal.

Setelah homili, kedelapan belas anak-anak misdinar yang akan dilantik membacakan janji serta berdoa di depan altar dan kemudian diberkati oleh romo Allparis. (smr)

SMP SANTA MARIA DAN SMA FRATER DON BOSCO


MENJUARAI LOMBA PADUAN SUARA LAGU-LAGU PERJUANGAN

MEMPEREBUTKAN TROPHY DANREM 101 ANTASARI

Sejak tanggal 10 sd 13 Agustus 2009, sebanyak 78 sekolah di Banjarmasin, Banjarbaru, Martapura dan Marabahan berkompetisi paduan suara lagu-lagu perjuangan memperebutkan trophy Danrem di Markas KOREM 101 Antasari. Lomba dibagi menjadi 2 kategori, yakni tingkat SLTP dan SLTA. Tiga hari pertama merupakan babak penyisihan dimana dewan juri menyaring 6 SLTP dan 6 SLTA yang berhak maju ke babak final.

Perjuangan anak-anak SMP Santa Maria & SMA Frater Don Bosco bisa dibilang luar biasa mengingat persiapan yang singkat yakni 1 minggu saja. Kualitas dan semangat anggota paduan suara serta kepiawaian pelatih, yakni ibu Rossarini, membawa mereka ke puncak tangga kemenangan dan merebut Trophy juara I, 1 set perangkat komputer serta uang pembinaan dua juta rupiah. Romo paroki berkesempatan hadir mendukung anak-anak yang nota bene sebagian besar aktif dalam berbagai kegiatan di Paroki Kelayan. Catatan untuk seksi Koor : sudah banyak “potensi jadi” calon anggota koor kaum muda paroki…proficiat untuk sekolah dan anak-anak paduan suara! (zo)

Menyambut Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2009




YAKUB:
BERGULAT DENGAN ALLAH DAN MANUSIA

Satu lagi Bapa Para Bangsa, yakni Yakub, tokoh besar perjanjian Lama setelah Abraham akan kita geluti bersama dalam BKSN 2009. Lembaga Biblika menyediakan materi untuk kategorial anak, remaja, orang muda dan umat dewasa/komunitas.

Tema BKSN 2009 ini berkaitan dengan Tema BKSN 2007: Abraham: berkat bagi Segala Bangsa. Kita dihantar pada kenyataan bahwa berkat yang dijanjikan Tuhan kepada Abraham semakin nyata terpenuhi dalam Yakub, cucunya. Tapi berkat ini harus diperjuangkan dari pihak keturunan Abraham.

Kisah Yakub kita temukan dalam Kitab Kejadian, dalam sebuah bagian yang biasa disebut Siklus Yakub, tepatnya Kej 25:19 – 36:43. Secara sistematis umat diajak masuk ke dalam 4 materi pertemuan yakni:

1. Pergumulan Yakub dengan Esau (Kej 27: 1-40)

2. Pertemuan Yakub dengan Tuhan (Kej 28: 10-22)

3. Pergumulan Yakub dengan Laban (Kej 29: 15-30)

4. Pergumulan Yakub dengan Allah (Kej 32: 22-32)

Kemasan BKSN 2009 sangat menantang kita untuk masuk ke dalam tema yang telah disiapkan. Bergulat atau bergumul menjadi kata sentral dalam materi. Seakan kita diajak berkelahi atau berkonfrontasi dengan orang lain (manusia) dan lebih-lebih dengan Allah. Bagaimana mungkin seorang manusia bergulat atau bergumul dengan Allah?

Jika kita membaca Perjalanan hidup Yakub, adik Esau dan putra pasangan Ishak-Ribka, maka kita akan segera bertanya karena seakan-akan terdapat ketidak adilan yang dibiarkan Tuhan bahkan direncanakan Tuhan!. Yakub bersama-sama Ribka, ibunya, melaksanakan penipuan agar Yakub mendapatkan berkat dari Ishak. Berkat ini menyangkut aspek jasmani (warisan) dan rohani (kepemimpinan dalam keluarga atau bangsa) dan tidak dapat ditarik kembali oleh si pemberi berkat. Sebelumnya Yakub juga telah mengambil Hak Sulung dari Esau digantikan dengan masakan merah. Sessi ini memberikan pembelajaran bagi kita untuk memahami Kitab Suci secara menyeluruh.

Makna perjuangan yang tak kenal lelah dari Yakub untuk mendapatkan janji Allah merupakan teladan yang menonjol dalam kisah ini. Bahkan Allah sendiri menguji kegigihan Yakub dalam menjalani kehidupannya. Dari sisi Allah memberikan kesempatan bagi Yakub untuk berkomunikasi dengan-Nya.

Tak berlebihan jika kehidupan Yakub memberikan teladan kepada kita agar gigih berjuang mendapatkan berkat dari Allah. Tuhan memberkati orang yang mau berjuang dengan tekun dan bersedia bekerja sama dengan baik. Teladan Yakub untuk tetap tekun berdoa dalam segala peristiwa menghasilkan kebaikan bagi Yakub.

Rupanya masih banyak yang menjadi tanda tanya bagi kita untuk mendalami kisah Yakub ini, oleh karena itu Seksi Pendalaman Iman Bidang Pewartaan mengajak para pemandu BKSN 2009 di tiap komunitas menggeluti materi ini. Komunitas diminta mengutus minimal 2 orang pemandu pendalaman Kitab Sucinya untuk menghadiri pembekalan pada Senin 24 Agustus 2009 di Pastoran jam 20.00 – 22.00 wita. (zo)

LEGIO MARIA ANAK & REMAJA: BERSIH-BERSIH GUA MARIA


Setiap hari sabtu, sepulang sekolah, anggota Legio Maria anak & remaja menjadwalkan waktunya untuk membersihkan bagian dalam Gua Maria Paroki. Kegiatan mereka membantu tugas koster dalam menjaga kebersihan lingkungan gereja. Anggota Legio Maria anak & remaja tersebut memiliki kesadaran supaya tempat doa tersebut selalu bersih dan tertata rapi. Tempat lilin dan padas batuan yang terkena lelehan lilin menjadi prioritas pembersihan. Selain itu menyapu, mengelap debu, merapikan bunga dan stock lilin mereka kerjakan bersama. Devosi kepada Bunda Maria dan kegembiraan persahabatan menjadikan kegiatan bersih-bersih Gua Maria sebagai salah satu agenda aktivitas. Mereka mengajak rekan seusianya untuk bergabung dalam pertemuan Legio Maria anak & remaja setiap minggu setelah misa minggu pagi di ruang pastoran di bawah bimbingan Romo Fut. (zo)

16 Agustus 2009

MENYAMBUT 70 TAHUN PAROKI


Oleh: Romo Ign. Allparis Freeanggono, Pr


Saudara saudara yang terkasih,

Tak terasa tahun ini usia Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda genap 70 tahun, tepatnya tgl 11 November 2009. Salah satu perhatian kita adalah dengan merayakannya. Panitia telah dibentuk, beberapa program, acara dan kegiatan telah direncanakan, untuk itu mohon doa dan partisipasi dari segenap umat paroki untuk bersama-sama merayakan peristiwa ini dengan penuh syukur.

Perayaan ini mengambil tema “Gereja menjadi tanda pengharapan bagi masyarakat”. Umat diajak untuk melakukan refleksi akan keberadaannya dalam suatu masyarakat yang majemuk. Tema ini kemudian ditindaklanjuti dengan berbagai acara dan kegiatan berupa lomba, pentas seni, bakti sosial serta ekaristi penuh syukur sebagai sumber dan puncak hidup orang beriman Katolik.

Tentu perayaan ini akan jauh lebih semarak jika didukung oleh segenap umat. Kita akan bersama sama untuk bergembira dalam berbagai kegiatan yang intinya, kita mau berbagi, bergembira dan bersyukur. Semoga seluruh rangkaian kegiatan ini sungguh-sungguh menggambarkan rasa gembira, dan rasa syukur kita, serta semakin banyak orang merasakan kehadiran Gereja sebagai harapan. Gereja menjadi harapan bukan semata mata Gereja menjadi donatur dalam setiap kesempatan, tetapi bagaimana kehadiran Gereja di tengah masyarakat mencermin-kan Gereja ada bersama masyarakat dalam suka dan dukanya. Harapannya, Gereja yang berada bersama masyarakat itu adalah Gereja yang menjadi oase bagi masyarakat setempat di saat masyarakat memerlukannya. Dengan demikian, hal ini akan menjadi peluang bagi Gereja dalam mengambil bagian dalam pewartaan kabar gembira bagi sesama.

Gereja sebagai pengharapan bagi masyarakat artinya Gereja hendaknya tidak menampilkan sesuatu yang kontra produktif dan kehidupan pribadi, keluarga serta komunitas kristiani-nya tidak menjadi persoalan bagi masyarakat. Gereja yang menjadi harapan adalah Gereja yang selalu berusaha menampilkan kehidupan setiap pribadi, setiap keluarga, dan komunitas kristiani sebagai suatu teladan dan solusi bagi setiap persoalan (problem) dan oase dalam masyarakat.

Semoga harapan ini menjadi nyata. Bersama Yesus kita melakukan semuanya itu dengan gembira, lemah lembut, rendah hati dan penuh syukur. Selamat Pesta.

Tuhan memberkati.

PERINGATAN ULANG TAHUN PAROKI KE-70

Mengenang perjalanan 70 tahun Paroki Santa Perawan Maria yang Terkandung Tanpa Noda, sudah selayaknya kita bersyukur pada Tuhan atas kasih dan penyertaan-Nya. Kita juga patut berterima kasih atas suka, duka, perjuangan dan pelayanan umat, pastor, biarawan dan biarawati yang telah mendahului kita dan yang telah berkarya bagi pengembangan paroki. Sebagai ujud terima kasih itu, maka pada ulang tahun paroki yang ke-70, secara khusus kita diajak melakukan refleksi dan tindakan yang terangkai dalam suatu rangkaian kegiatan untuk menyatakan bahwa “Gereja menjadi tanda pengharapan bagi masyarakat.”

A. PEMBENTUKAN PANITIA

Selasa, 30 Juni 2009, dalam rapat Dewan Paroki Pleno telah dibentuk panitia peringatan Hari Ulang Tahun Paroki ke-70. Berdasarkan kesepakatan susunan panitia dan personil adalah sbb:

Ketua : F.A. Junaedi

Wakil Ketua : Venansius Genggor

Bendahara : Maelania & Trisia

Sekretaris : Antonius Florianto

Seksi-seksi:

1. Seksi Dana : Mulyadi

2. Seksi Liturgi : Charles Iwan Sutanto

3. Seksi Konsumsi : PKP (Ibu Novita)

4. Seksi Sosial : Horian Yauban

5. Seksi Lomba : Andreas Sunarko

6. Perlengkapan : Wilayah Martha

7. Dokumentasi : Sri Marganing

8. Keamanan : M.Hutagaol

9. Seksi Acara : Ana Trombine

10. Kesehatan : dr. Wina

B. PROGRAM DAN RENCANA KEGIATAN

Direncanakan rangkaian acara dan kegiatan tsb dilaksanakan mulai Agustus 2009 dan ditutup perayaan ekaristi dan pentas seni pada tanggal 14 November 2009. Kegiatan yang direncanakan:

1. Rangkaian Lomba

Lomba Vocal Group, Lomba Cerdas Cermat Kitab Suci & Pengetahuan Seputar Paroki, Lomba Kotbah, Lomba Catur Beregu, Lomba Tenis Meja, Lomba Mirip Sesepuh, Lomba Mengarang, Lomba Mengumpulkan Foto Jadul, Outbond, Lomba Memasak oleh Bapak-Bapak.

2. Kegiatan Sosial

a. Misa Lansia dan Ramah Tamah, dilaksanakan 25 Oktober 2009.

b. Donor darah, bazar dan menimbang bayi untuk umum akan dilaksanakan pada 01 November 2009 ( setelah misa pagi )

c. Pembuatan buku kenangan 70 Tahun Paroki

d. Baju kaos 70 Tahun Paroki ( dibuat sesuai pesanan ) Rp. 30.000,- / buah pesananan terakhir 30 September 2009

e. Jalan santai sambil memungut sampah, tgl. 17 Agustus 2009. Setelah jalan santai akan dilakukan pengundian door prize berupa sepeda, TV, kompor gas, dispenser, dll bagi peserta jalan santai. Biaya pendaftaran Rp. 5.000,- per orang.

f. Pemberian penghargaan kepada tokoh / para pendahulu.

3. Perayaan Ekaristi dan Acara Puncak

Perayaan Ekaristi HUT dan acara puncak akan dilaksanakan14 November 2009 .

Diharapkan partisipasi seluruh umat untuk pelaksanaan kegiatan tsb.