29 November 2010

KEDEWASAAN IMAN dalam SAKRAMEN KRISMA


Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus,

Di akhir bulan November ini kita akan masuk masa Adven, Natal dan Tahun Baru. Ada banyak hal yang sangat berarti yang telah terjadi. Ulang tahun paroki ke-71 tahun Paroki Santa Maria tepatnya 11 November; penerimaan sakramen krisma sebanyak 236 orang; adanya Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia; perpisahan romo Yohanes. Sementara itu di seberang lautan terjadi bencana alam.

Peristiwa-peristiwa yang terjadi itu membawa refleksi tersendiri bagi kita. Di sini saya akan menekankan tentang Sakramen Krisma, yang juga disebut sakramen penguatan atau sakramen kasantosan. Sakramen ini menandakan kedewasan iman, bukan kedewasaan biologis. Dengan menerima sakramen krisma, seseorang telah dianggap dewasa imannya. Dia tahu kepada siapa dia percaya, dia tahu bagaimana beriman Katolik, dia tahu bagaimana berpikir secara Katolik, dia tahu bagamana berperilaku secara Katolik. Setelah mengetahui itu, dia melakukan tugas perutusan sebagai orang Katolik dengan sebuah kesadaran dan kehendak bebas. Semua itu terjadi karena pencurahan Roh Kudus. Roh Kudus mengobarkan hati mereka yang telah diurapi dengan minyak krisma.

Setelah menerima Roh Kudus ini mereka diharapkan menjadi pribadi yang dewasa dalam iman, yang sadar akan panggilannya sebagai orang Katolik. Kesadaran seperti apa yang diharapkan? Sebagai tekanan adalah kesadaran sebagai saksi Kristus. Apa artinya sebagai saksi Kristus? Pertama-tama tentu setelah menerima Sakramen Krisma berkotmitmen tak akan ke lain hati lagi soal iman. Iman Katolik dipegang teguh apapun yang terjadi.

Selanjutnya setelah berkomitmen seperti itu, berusaha menjadi pewarta tentang Yesus dalam setiap kesempatan, sebuah komitmen, apapun yang terjadi , setiap orang yang telah menerima krisma menampakan Kristus yang hidup dalam dirinya.

Setiap orang yang telah menerima Sakramen Krisma akan bersikap dewasa dalam menghayati imannya. Kini dia berani mengatakan: “Sekarang saya percaya kepada Yesus dan menjadi Katolik karena saya telah mengenal Yesus secara benar, mengalami kebahagiaan dan bangga hidup sebagai orang Katolik.” Kedewasaan iman ini akan terpancar dalam tindakan sehari-hari: ke gereja pada hari Minggu serta hadir dan turut ambil bagian dalam kegiatan komunitas dan paroki. Semua itu dilakukan sebagai sebuah panggilan dari penghayatan iman yang dewasa dan bukan karena pastornya, pengurus komunitas ataupun dewan paroki.

Iman yang dewasa berarti mempunyai semangat pengampunan yang tinggi, tidak mudah patah semangat, tidak mudah ngambeg, tidak mudah merajuk. Pengampunannya jauh lebih besar dari rasa kecewa. Pengorbanannya jauh lebih besar dari pada harapan akan adanya pujian. Kasihnya jauh lebih besar dari pada penderitaan yang harus ditanggungnya. Harapannya jauh lebih besar dari pada kecemasan. Itu semua bagian dari tanda tanda orang yang dewasa dalam iman.

Semoga Sakramen Krisma yang telah dicurahkan dengan pengurapan minyak krisma yang telah diterima di dahi semakin mengobarkan semangat Roh Api Cinta. Dengan Roh Kudus yang telah tercurah, kita semua dimampukan untuk bersaksi.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung terselenggaranya upacara penerimaan sakramen Krisma. Anda telah menjadi menjadi rasul dengan menyiapkan rasul-rasul baru teristiwewa kepada Bidang Pewartaan, Seksi Krisma, Tim Pengajar, Tim Pembina serta para orang tua yang mengantar anak-anaknya mengikuti pejalaran, Staf SMA Don Bosco, Staf SMP Santa Maria dan semua saja yang telah mendukung kegiatan ini. Terima kasih juga pada segenap panita, Pengurus Dewan Paroki Pleno dan para donatur. Selamat dan Proficiat bagi krismawan dan krismawati baru, selamat menjadi saksi Kristus yang dapat diandalkan.

Tuhan memberkati.

Penanda Ulang Tahun Paroki ke-71: PENERIMAAN SAKRAMEN KRISMA


Menandai Ulang Tahun ke-71 Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan, maka bertepatan dengan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam, 21 November 2010 pada Perayaan Ekaristi Minggu Pagi dilaksanakan Penerimaan Sakramen Krisma kepada 236 umat oleh Bapak Uskup Petrus Timang.

Para penerima sakramen krisma ini telah belajar selama 4 bulan dengan dibimbing Suster Christian SFD, Suster Anna SFD, Ibu Yovita, Frater Theo CMM, Frater John CMM, Frater Anton, Bp. Harjo, Bp. Abdoel, Bp. Anton Kuwat, Bp. Anton DN, Ibu Lena dan Ibu Sri Lestari. Beberapa hari sebelum menerima sakramen krisma, para krismawan dan krismawati ini telah mengikuti rekoleksi yang dipimpin oleh Romo Lioe Fut Khin, MSF serta telah menerima sakramen tobat.

Perayaan ekaristi penerimaan krisma dipimpin oleh Bapak Uskup Petrus Timang didampingi Romo Allparis dan Romo Lioe Fut Khin. Petugas liturgy dilaksanakan oleh para penerima krisma, koor oleh PSP Serafim. Dalam homilinya, Bapak Uskup menyatakan bahwa sungguh baik waktu penerimaan krisma dilaksanakan bertepatan dengan Hari Raya Tuhan Yesus Kristus Raja Semesta Alam yang jatuh pada minggu terakhir penanggalan liturgi. Hal ini mengandung makna bahwa semua mahluk bahkan kuasa kegelapan takluk pada Yesus, Sang Raja Semesta Alam sehingga kita tidak perlu mencari kuasa-kuasa lain selain tunduk pada Yesus.

Dalam bacaan Injil dari Lukas 23:35-43, sebutan “Raja” diucapkan oleh seorang penjahat yang disalibkan bersama-sama Yesus. Sebutan “Raja” bagi Yesus berarti:

· Penguasa, wakil Allah yang mengatur segala sesuatu di bumi.

· Memerintah untuk kesejahteraan orang banyak.

· Menyerahkan hidupnya bagi orang lain.

· Mengutus umat-Nya untuk bersaksi.

Kristus Raja bagi kita berarti bahwa Yesus adalah idola dan panutan kita. Yesus menjadi satu-satunya tokoh yang diandalkan sehingga tawaran-tawaran iblis yang menggiurkan tidak ada artinya bagi kita.

Dalam Gereja Katolik ada disebut Sakramen inisiasi, yaitu sakramen baptis, krisma dan ekaristi. Dengan menerima sakramen inisiasi ini secara lengkap berarti kita telah mempunyai “KTP’ Kerajaan Surga dan menjadi anggota gereja. Kita dianggap sebagai orang-orang yang dipilih dan siap diutus oleh Yesus. Untuk itu sudah selayaknya kita merasa bangga dan bahagia menjadi pengikut-Nya.

Sebelum berkat penutup, diberikan kesempatan kepada ketua panitia penerimaan krisma, Ibu Melina untuk memberikan sambutan dan diberikan surat kenangan krisma secara simbolis kepada para krismawan dan krismawati yang diwakili oleh Bp. Maringan Manihuruk, Sdri. Agnes Sardjono dan Sdri. Regina Clarissa. Setelah perayaan ekaristi selesai, para penerima krisma beramah tamah dengan Bapak Uskup di Aula Syalom dan ditutup dengan makan bersama. (smr)

Penanda Ulang Tahun Paroki ke-71: PEDULI KORBAN BENCANA ALAM



Saat ini negara kita sedang mengalami saat-saat yang sulit di berbagai tempat: banjir di Wasior, gempa dan tsunami di Mentawai dan meletusnya gunung Merapi di Jawa. Penderitaan akibat bencana makin diperparah dengan kekacauan politik, ekonomi, perselisihan antar suku, antar kelompok, antar agama. Hal itu terjadi seiring dengan hari ulang tahun paroki ke-71 sehingga tidak ada peringatan yang meriah. Kita dipanggil untuk bersaksi, mencoba terlibat untuk membantu mereka yang tertimpa musibah. Meskipun bantuan kita tak seberapa besar dibandingkan dengan penderitaan mereka, setidaknya kita merasa bahwa kita adalah bagian dari mereka dan ada niat untuk membantu. Doa yang kita lantunkan merupakan sebuah tindakan nyata. Selain doa, kita juga memberikan bantuan secara finansial. Dana telah kita kumpulkan dari kolekte maupun dari sumbangan pribadi, yang dikirim melalui paroki, keuskupan maupun dikirim secara pribadi.

Berikut ini beberapa hal yang dapat diinformasikan seputar kemana dana itu mengalir:

1. Dana yang dikumpulkan untuk korban di Mentawai dikumpulkan di keuskupan bersama dengan paroki-paroki di keuskupan Banjarmasin, kemudian disalurkan melalui keuskupan Medan, dimana Mentawai merupakan bagian dari keuskupan Medan.

2. Dana yang dikumpulkan untuk Peduli Korban Merapi disalurkan melalui para suster PMY. Bantuan diwujudkan berupa pemberian nasi bungkus, bahan pangan, penyembuhan dari trauma akibat bencana, dan sebagainya. Para suster PMY bersama dengan sukarelawan terlibat langsung menyalurkan bantuan yang diterimanya, termasuk dana dari umat paroki Kelayan. Dana yang terkumpul di paroki, ditransfer ke rekening atas nama :

SR MAGDALENA SUKIJAM PMY. BANK BCA , NO REK:1691761598.

Kontak person untuk tugas lapangan dalam penyaluran dana:

Sr. Anastasia PMY , no Tlp. 085328001960.

Masih terbuka peluang bagi umat akan membantu dengan mengirim langsung ke no rekening diatas. Para suster PMY tersebut berdomisili di Yogyakarta dengan alamat SLB HELEN KELLER INDONESIA. Jln. Martadinata, Wirobrajan, Yogyakarta.

Rincian dana yang ditransfer melalui paroki ke rekening tersebut di atas adalah sbb:

Dana kolekte II paroki terkumpul Rp. 10.000.000._

Dana kolekte II Komunitas Daniel Rp. 700.000._

Sumbangan NN RP. 5.000.000._

Sumbangan yang ditransfer sendiri ke rekening di atas Rp. 2.000.000._

Saya yakin ada yang mentransfer / menyumbang sendiri ke rekening tersebut tanpa sepengetahuan saya,siapa dan berapa jumlahnya.

Atas peran serta segenap umat dalam kepedulian ini, diucapkan terima kasih.

(R.D. Allparis)

MENEMUKAN WAJAH YESUS DALAM KERAGAMAN Catatan & Sharing Mengikuti Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia (SAGKI) 2010


Perhelatan akbar limatahunan Gereja Katolik telah diwujudkan dalam Sidang Agung Gereja Katolik Indonesia yang berlangsung pada 1-5 November 2010 di Wisma Kinasih, Caringin, Bogor. Perayaan yang mengambil tema, “Ia Datang supaya Semua Memperoleh Hidup dalam Kelimpahan”(bdk. Yoh 10:10) ini dihadiri oleh 385 orang perwakilan umat dari seluruh keuskupan di Indonesia. Semua peserta diberikan kesempatan untuk menuturkan kisah iman dan pengalamannya akan Yesus yang direfleksikan dalam konteks keragaman budaya, agama dan kepercayaan lain, serta pergumulan kaum marginal dan terabaikan.

Metode yang dipakai dalam SAGKI 2010 adalah metode narasi, yaitu penuturan kisah-kisah pengalaman hidup yang dibaca dalam terang iman. Kisah yang dituturkan dengan baik dan didengarkan dengan hati akan membawa pendengar “masuk” dalam kisah itu. Para pendengar bisa menangis, marah, gembira dan tertawa sejalan dengan dinamika kisah tersebut. Kisah itu juga mempunyai daya memperbaharui dan bahkan mengubah kehidupan. Gereja memberI kesaksian tentang Yesus dalam kisah. Dalam Kitab Suci kita dapat menemukan berbagai kisah tentang Yesus: Kisah sengsara, kisah masa kanak-kanak Yesus, kisah mujizat, kisah kebangkitan, dsb. Dalam mengajar, Yesus pun banyak mengungkapkan suatu kisah dengan menggunakan perumpaan-perumpamaan. Kisah-kisah perjumpaan pribadi dengan Yesus yang memperbaharui kehidupan dan berbuah kebaikan iman akan memiliki daya melahirkan dan menghadirkan Yesus pada orang lain.

Keuskupan Banjarmasin me ngirimkan 10 orang utusannya yang berasal dari berbagai paroki. Romo Allparis, Anton dan Nining dari paroki Kelayan mendapatkan kesempatan “mendulang” kekayaan dalam SAGKI 2010 tersebut. Demikian kisah-kisah iman ketiga peserta tersebut dalam mengikuti perhelatan akbar tersebut:

Romo Allparis:

Gereja dengan warna budaya lokal

Ditunjuk sebagai kontak person Keuskupan Banjarmasin dengan Panitia SAGKI membuat saya cukup gugup. Hal yang membuat gugup itu bukan sidangnya, bukan agenda-agenda sidang, tapi yang membuat gugup itu huruf “A” dalam kata SAGKI yang merupakan singkatan dari kata AGUNG. Berjumpa dengan kata “Agung” dalam persidangan membuat saya berpikir, “Sebagai wakil dari keuskupan Banjarmasin, apa yang perlu dipersiapkan dalam sidang nanti?”. Persiapan-persiapan, dari bahan sidang sampai proses perjalanan pulang pergi utusan keuskupan pun dilakukan disertai niatan untuk wisata kuliner selera Sunda.

Seluruh rangkaian sidang mencoba menggali, menemukan, membawa Yesus dalam budaya, dalam kepercayaan lain serta dalam diri orang lain yang termarginalkan. Proses sidang tersebut membawa pada sebuah permenungan dan refleksi tersendiri, terlebih setelah mendengarkan kisah-kisah dari para nara sumber.

Dalam persidangan tersebut, saya berjumpa dengan wakil-wakil umat Katolik dari seluruh Indonesia, dengan segala ragam budaya. Saya menemukan betapa kayanya Gereja Katolik. Budaya-budaya setempat dapat digali sebagai jalan pewartaaan sabda. Sebuah proses yang tidak mudah, perlu waktu bertahun-tahun, bahkan berabad-abad. Ketika menyaksikan bagaimana Gereja diterima di suatu tempat, bahkan Gereja mampu menguduskan sebuah budaya yang baik dan suci, Gereja terpanggil dalam suka duka masyarakat setempat. Hal ini sungguh merupakan sebuah harapan baru dalam evangelisasi. Semuanya menjadi tantangan bagi saya sebagai seorang imam Kalimantan Selatan. Dengan cinta yang luar biasa, ada harapan untuk mengubah segalanya. Sebuah tantangan tersendiri untuk menemukan hal-hal baik dalam budaya Banjar yang selaras dengan nilai-nilai Kristiani serta menemukan Yesus dalam budaya Banjar.

Muncul sebuah permenungan setelah saya menyaksikan dan mendengar kisah-kisah dan pentas budaya lokal dari beberapa keuskupan. Bukan rasa iri, tapi sebuah tantangan bagi saya untuk mengenal budaya Banjar dan mencintai budaya Banjar. Mencintai budaya Banjar bisa saya lakukan dari berbagai sudut: kebiasan-kebiasan, makanan, lagu-lagu, tari-tarian, musik, bahasa dll. Semoga suatu saat gereja yang ada di Banjarmasin menjadi gereja yang hidup dan mempunyai warna budaya Banjar.

Anton: Bernarasi adalah Berdialog

Bernarasi dalam konteks ini adalah usaha untuk mengungkapkan kejujuran, membawa wajah Yesus dan mencoba menemukan wajah Yesus dalam diri lawan bicara kita. Sebuah usaha bersaksi dan bermisi. Kita mencoba mendengar dengan hati suatu kisah yang dituturkan oleh peserta lain dengan seksama. Narasi tidak untuk disangkal atau dipermasalahkan melainkan untuk diteguhkan. Saya mendapatkan sapaan SAGKI 2010 untuk berkomitmen mengembangkan katekese naratif, bertutur akan pengalaman iman kepada Yesus, dengan cara berdialog dengan kebudayaan setempat, menggunakan berbagai bentuk kesenian, menyapa anak-anak dan kaum muda, berdialog dengan umat beragama lain, melakukan aksi nyata, bersolidaritas dengan mereka yang miskin dan terabaikan serta memelihara lingkungan hidup.

Nining: Keragaman Kisah Yesus

Warna-warni kisah yang dituturkan oleh para utusan seakan-akan mengungkapkan wajah Yesus yang hadir dalam segala aspek kehidupan di nusantara ini. Pertukaran kisah Yesus itu semakin mengingatkan akan tugas perutusan umat Katolik untuk selalu membawa wajah Yesus yang penuh kasih, solider, penolong, dan tahan uji.

Saya mengagumi kearifan budaya-budaya yang dituturkan para utusan karena di dalamnya banyak nilai-nilai positif yang sesuai dengan iman Kristiani. Namun tak dapat dipungkiri, di beberapa tempat terjadi benturan dan konflik budaya dengan penghayatan iman Katolik. Dalam hal ini Gereja Katolik dituntut bersikap kritis dan berani untuk diperbaharui sekaligus memperbaharui unsur-unsur kebudayaan tersebut dengan kekuatan Injil.

Sebuah relasi akan terbangun dengan baik saat kita mau berdialog dengan terbuka, mau belajar dan mampu mengatasi pikiran yang terkotak-kotak. Aneka ragam agama dan kepercayaan yang dihayati oleh rakyat Indonesia bukanlah sebuah ancaman perpecahan apabila ada dialog di dalamnya. Konflik Maluku, seperti dituturkan oleh Mgr. Mandagi dalam homili misa harian, adalah sebuah contoh negatif dari sebuah krisis dialog. Tidak ada wajah Yesus di situ. Yang nampak adalah wajah setan penuh kekerasan dan balas dendam.

Kelompok marginal dan kemiskinan seringkali hadir dalam kehidupan di dunia ini dan tak jarang juga hadir di dalam gereja. Keterpinggiran dapat dialami seseorang, suatu kelompok bahkan mereka yang hidup berkemewahan. Berbagai kisah perjuangan kaum marginal dan terabaikan digambarkan dalam narasi publik dan sharing kelompok menimbulkan suatu perasaan sedih dan terharu. Saat itu saya menemukan wajah Yesus yang terluka, tertekan dan penuh air mata. Muncul sebuah pertanyaan dalam diri saya, “Bagaimana diriku dalam tugas perutusan sebagai umat Katolik dapat menghadirkan kelimpahan hidup bagi yang terpinggirkan, terabaikan dan kekurangan?”

TAHBISAN IMAM DIAKON YOHANES SUSILOHADI, Pr.


Perayaan Ekaristi Tahbisan Imam

Setelah 3 bulan menjalani masa diakonat di paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda, Kelayan, Banjarmasin, akhirnya pada tanggal 13 Oktober 2010 Diakon Yohanes Susilohadi, Pr ditahbiskan sebagai imam diosesan Keuskupan Banjarmasin. Perayaan tahbisan yang dimulai pukul 18.05 Wita tersebut dipimpin oleh Mgr. Petrus Timang dan Rm. Yuliono, MSC serta Rm. Simon, Pr yang bertindak sebagai asisten I dan II. 25 imam juga mendukung tahbisan imam tersebut.

Dalam homilinya Bapak Uskup mengungkapkan bahwa bacaan yang diambil dari Yer 1:4-9, 2 Kor 4:1-2,5-7, Luk 10:1-9 tentang panggilan Allah. Peristiwa tahbisan menyatakan Allah sendiri yang memanggil, mengutus, bekerja dan berkarya. Perkataan Yesus dalam bacaan Injil, “Tuaian memang banyak, tapi pekerja sedikit,” sangat sesuai dengan kondisi Keuskupan Banjarmasin yang saat ini baru 5 imam diosesan.

Seperti Yesus yang memberikan tantangan bagi para murid-Nya, “….Aku mengutus kamu bagai domba di tengah serigala,” ada bermacam-macam tantangan yang dihadapi imam di Keuskupan Banjarmasin, antara lain: Situasi kemiskinan di perkotaan sampai ke pelosok-pelosok dan kerusakan lingkungan di keuskupan Banjarmasin. Tanta-ngan tesebut menjadi semakin berat dengan sulitnya medan pelayanan. Oleh karena itu imam perlu mengandalkan Tuhan karena Dia yang member jaminan, perlindungan dan pemeliharaan.

Tugas perutusan imam tidak terlaksana tanpa karunia-karunia atau karisma-karisma yang dimiliki umat karena gereja dibentuk dari umat dengan karismanya masing-masing.

Dalam bacaan kedua dinyatakan bahwa menjadi imam merupakan rahmat dan kemurahan Allah belaka sehingga tugas imam adalah bersyukur dengan merayakan ekaristi tiap hari karena ekaristi adalah pusat hidup seorang imam dan tanda kehadiran Allah.

Menutup homili, Bapak Uskup menegaskan bahwa imam diosesan mengucapkan janji selibat dan ketaatan supaya perhatiannya tidak terpecah-pecah. Harapannya, semoga kehadiran umat yang banyak dalam acara tahbisan imam tersebut merupakan kekuatan bagi Diakon Yohanes Susilohadi untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi umat yang dipercayakan kepadanya.

Sebelum berkat penutup, diberikan kesempatan untuk memberikan kata sambutan kepada: Ketua Panitia: Ibu Murbaningsih, Wakil Keluarga, Pastor Paroki/Ketua UNIO Keuskupan Banjarmasin: Rm. Allparis, Pr., Romo Yohanes Susilohadi, Pr. dan Mgr. Petrus Timang.

Perayaan Syukur dan Agape

Setelah perayaan ekaristi selesai, umat dipersilakan untuk menyantap makanan yang telah disediakan oleh ibu-ibu PKP Paroki Kelayan dengan diiringi pentas seni oleh murid-murid SD & SMP Sanjaya Banjarbaru serta SD Santa Maria Banjarmasin.

Misa Perdana di Paroki Kelayan

Bertepatan dengan Minggu Misi ke-84 tanggal 24 Oktober 2010, romo Yohanes memimpin misa Minggu perdananya di Paroki Kelayan. Tidak ada seremoni khusus untuk misa perdana ini. Namun demikian, mulai akhir bulan Oktober sampai dengan pertengahan November, di antara jadwal misa perdanannya di gereja-gereja di Keuskupan Banjarmasin, romo Yohanes mengunjungi umat dan memimpin misa di wilayah-wilayah di Paroki Kelayan. Dalam misa perdananya di wilayah-wilayah, romo Yohanes menyatakan terima kasih kepada seluruh umat yang telah menerima beliau dan telah mendukung dalam pelaksaan acara tahbisan. Selanjutnya beliau mohon dukungan doa seluruh umat dalam karya dan pelayanannya.

Jumat, 19 November 2010 pagi, romo Yohanes telah berada di tempat tugasnya yang baru: Paroki Santo Yusup, Kotabaru. Selamat berkarya Romo….(smr)

KITA DIAJAK BERBENAH DIRI & MENJADI TERANG BAGI SESAMA Melalui Pendalaman Iman Masa Adven 2010 di Komunitas

Sekitar pertengahan Nopember 2010 PGI dan KWI telah mengumandangkan pesan Natal bersama dengan tema “Terang yang sesungguhnya sedang datang ke dalam dunia” (bdk. Yoh 1:9). Para pemimpin gereja menegaskan Peristiwa Natal membangkitkan harapan dalam hidup dan sekaligus memanggil kita untuk tetap mengupayakan kesejahteraan semua orang. Kita juga dipanggil dan diutus untuk menjadi terang yang membawa pengharapan, dan terus bersama-sama mencari serta menemukan cara-cara yang efektif dan manusiawi untuk memperjuangkan kesejahteraan bersama.

Delegatus Kitab Suci dan Komisi Kateketik Keuskupan Banjarmasin telah menyiapkan 4 bahasan pokok dan berjenjang untuk mengantar masuk ke dalam kesiapan rohani menyambut perayaan kelahiran Yesus Kristus Sang Juru Selamat. Kekuatan dari bahan pendalaman iman yang telah disiapkan ini adalah pada sharing pengalaman iman dari peserta yang hadir dengan bacaan-bacaan Kitab Suci pilihan. Adapun tema setiap pertemuan adalah:

· Minggu I: Celakalah orang yang hidup dalam kegelapan, dasar bacaan KS Yes 5:8.11-16.20-24. Nabi Yesaya mengkritik segala laku hidup yang tidak pantas di hadapan Tuhan, dengan kata lain hidup dalam kegelapan.

· Minggu II: Orang memerlukan terang hidup, dasar bacaan KS Mrk 10:46-52. Bartimeus, pengemis buta dari Yerikho dengan nekad dan bulat hati menyeruak maju dan berteriak-teriak memanggil,”Yesus, Anak daud, kasihanilah aku!” Bartimeus mendapat karunia melihat Terang yang ia perlukan.

· Minggu III: Yesus Sang Terang sejati , dasar bacaan KS Yoh 1:1-14. Rasul Yohanes membuka rahasia terang sejati yang ada dalam diri Yesus pada pembukaan Injilnya.

· Minggu IV: Orang yang diterangi menjadi terang, dasar bacaan KS Ef 5:8-14. Rasul Paulus dengan tegas menyatakan jemaatnya adalah terang di dalam Tuhan, sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang. Terang itu diusahakan menjalar menjadi terang bagi orang lain.

Sharing Tujuh Langkah tetap dipakai sebagai metode pendalaman iman. Sharing pengalaman iman yang telah mereka alami dengan sebenarnya merupakan kabar kesaksian yang sangat berarti bagi umat lain. Oleh karena itu dalam setiap pendalaman dihindari adanya perdebatan atau sanggahan terhadap sharing iman seseorang. Para peserta diajak untuk saling meneguhkan.

Para pemandu Pendalaman Iman Adven Komunitas telah mendapatkan pembekalan pada tgl 22 Nopember 2010 di Sasana Sehati oleh Rm. Doso dan Bp.Petrus dari Komisi Keteketik Keuskupan. Bahan Pendalaman Iman telah digandakan dan dibagikan. Sudah sepantasnya kita hadir bersama dalam pertemuan yang diselenggarakan komunitas. Tak berlebihan jika kita berusaha untuk menampakkan terang dan Sang Terang itu sendiri kepada semua orang. Selamat menyongsong Natal ! (zo)

Siapakah Yang Mengatakan?

Adik-adik, siapa kira-kira yang selalu mengatakan,”Ayo, sekarang waktumu belajar, jangan nonton TV saja!”……….ya benar, itu kalimat yang biasa dikatakan Mama untuk menasihatimu agar kalian pintar mengatur waktumu. Kalimat atau kata-kata yang diucapkan seseorang akan selalu diingat, teristimewa dalam masa menyambut kedatangan Kanak-Kanak Yesus.

Nah, tugas kalian sekarang mencari di dalam Kitab Suci SIAPAKAH yang mengatakan kata-kata yang terkenal ini :

1. “Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” kata ………...

2. “Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus,” kata …………

3. “Marilah kita pergi ke Betlehem untuk melihat apa yang terjadi di sana, seperti yang diberitahukan Tuhan kepada kita,” kata ……………………

4. “Dimanakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia,” kata …………

5. “Pergi dan selidikilah dengan seksama hal-hal mengenai Anak itu dan segera sudah kamu menemukan Dia, kabarkanlah kepadaku supaya akupun datang menyembah Dia,” kata ………….

KETERLIBATAN KAUM MUDA DALAM GEREJA


Saudara–saudara yang terkasih, salam damai Tuhan,

Bulan Agustus, adalah bulan dimana bangsa Indonesia memperingati Hari Kemerdekaan. Tentu kita patut menyukuri peristiwa tersebut tanpa mengabaikan masih banyak hal yang harus dikerjakan untuk mengisi kemerdekaan, salah satunya adalah berusaha mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.

Sebagai wujud kepedulian gereja, kita mengadakan perayaan ekaristi menyambut kemerdekaan dengan dua intensi besar. Pertama, kita mohon kemurahan Tuhan yang tiada batas untuk arwah para pahlawan bangsa yang telah gugur dalam memperjuangkan negara Indonesia yang merdeka. Yang kedua, kita berdoa untuk seluruh rakyat Indonesia, teristiwewa untuk para pemimpin negara ini, yang telah mempunyai hak dan wewenang untuk mengatur negara ini, agar mereka didampingi dan dilindungi oleh Tuhan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sehingga dapat mewujudkan masyarakat adil dan makmur.

Selain perayaan ekaristi, paroki juga mengadakan perlombaan-perlombaan. Melalui perlomban tsb, kita diingatkan bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu perjuangan dan kerja keras dalam kebersamaan. Perlombaan-perlombaan tersebut dimotori oleh kaum muda yang diutus oleh komunitas-komunitas di paroki kita. Kaum muda tersebut telah belajar berkorban dan melayani. Semoga kelak mereka dapat menjadi orang–orang yang dapat diandalkan. Proficiat untuk anak- anak KOMKA.

Terima kasih kepada seluruh umat yang telah mendukung dan terlibat dalam kegiatan tersebut. Terima kasih kepada para pendamping kaum muda dan para donatur dalam penyelenggaraan perlombaan-perlombaan sehingga semuanya dapat berjalan dengan baik dan lancar. Terima kasih juga kepada orang tua dan ketua komunitas yang telah membantu dan mengijinkan anak-anaknya untuk terlibat dalam paroki. Harapannya, kita akan terus menerus menggali kegiatan–kegiatan yang bermanfaat untuk kaum muda kita sehingga mereka dapat belajar bertanggung jawab, sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat nanti. Sekali lagi, dukungan orang tua dan ketua komunitas, sangat diharapkan.

Proficiat untuk semua. Merdeka!

KAUM MUDA DI KOMUNITAS


Kehadiran dan peranan kaum muda dalam aneka lomba memperingati HUT Kemerdekaan RI di Paroki Kelayan seolah mematahkan anggapan bahwa kaum muda di paroki cuma beberapa orang saja. Meskipun sebenarnya dari data umat bulan Agustus 2010 jumlah kaum muda di paroki adalah 373 jiwa, dengan sebaran per-komunitas sesuai grafik di bawah.

Berawal dari keprihatinan paroki terhadap vakum-nya kegiatan kaum muda, maka Bidang Koinonia Dewan Paroki mengambil momen HUT Kemerdekaan RI sebagai sarana bagi kaum muda untuk mengambil peran aktif. Untuk memunculkan “wajah-wajah” baru, maka kaum muda dikumpulkan dengan bantuan ketua komunitas untuk mengirim utusan kaum muda di komunitasnya masing-masing. Meski belum maksimal, namun upaya ini cukup membuahkan hasil, terbukti sekitar 40 orang berhasil dikumpulkan.

Peranan orang tua dalam memberikan ijin bagi anak-anaknya dan mendukung anak-anaknya untuk mengikuti kegiatan-kegiatan di gereja pun patut dihargai. Semua berawal dari sebuah kesadaran bahwa paroki perlu suatu regenerasi yang berkesinambungan. (smr)

PERINGATAN HUT KEMERDEKAAN RI ke-65 Di PAROKI KELAYAN



PERAYAAN EKARISTI HUT KEMERDEKAAN RI KE-65

Persoalan kemerdekaan bukan lagi berperang mengangkat senjata melawan musuh. Tahun ini kita memasuki usia kemerdekaan Negara yang ke-65. Sebagai sebuah Negara yang berdaulat dan bermartabat, persoalan kemerdekaan sekarang justru telah bergeser. Pergeseran ini menuju sebuah pertanyaan besar akan makna kemerdekaan itu sendiri.

Romo Allparis dalam homili ekaristi Kemerdekaan RI, 17 Agustus 2010 mengajak umat untuk merenungkan arti tujuan merdeka. Mengapa? Dalam kurun beberapa tahun ini kita disuguhi aksi-aksi terror separatisme. Di lain tempat, banyak yang tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Atau punya barang tapi tidak ada barang. Sumber daya alam melimpah tapi fasilitas umum memprihatinkan. Masyarakat cemas karena perampokan bank dan tempat usaha menggila.

Romo Allparis mengajak umat agar dalam mengisi kemerdekaan ini kita tidak mengeluh tapi terus berdoa dan berusaha.

ANEKA LOMBA

Memperingati HUT Kemerdekaan RI, paroki Kelayan mengadakan perlombaan-perlombaan yang diadakan setelah perayaan ekaristi Minggu pagi tanggal 8 dan 15 Agustus 2010 di halaman SD Santa Maria. Pelaksana dari kegiatan ini adalah KOMKA dan utusan kaum muda dari komunitas. Kepanitiaan telah dibentuk pada hari Minggu 25 Juli 2010 dan yang ditunjuk sebagai ketua panitia adalah Henry dan Ekki sebagai wakil ketua.

Didahului dengan pendaftaran melalui surat edaran kepada ketua-ketua komunitas beberapa hari sebelumnya, maka pada tanggal 8 Agustus, komunitas-komunitas dan wilayah-wilayah berlomba menjadi yang terbaik melalui lomba sepak bola ibu-ibu dengan memakai sarung. Sementara itu bapak-bapak bermain sepak bola dengan dengan daster. Di sisi lapangan bola, dilangsungkan lomba membawa lari kelereng dalam sendok, mengambil koin dari papaya yang diolesi mentega dan coklat serta memasukkan paku ke dalam botol. Di pinggir lapangan, Diakon Johan, Yohanes dan Yandi bertindak sebagai komentator pertandingan sepak bola sehingga keseluruhan pertandingan berlangsung dalam suasana keceriaan dan kebersamaan.

Tanggal 15 Agustus 2010, pertandingan kembali dilanjutkan dengan lomba makan kerupuk, adu lari dengan bakiak dan final lomba sepak bola ibu-ibu serta sepak bola bapak-bapak. Tak kalah seru pada kegiatan hari itu adalah lomba suami merias istri.

Pada perayaan ekaristi Minggu pagi tanggal 22 Agustus 2010 diumumkanjuara umum lomba peringatan HUT Kemerdekaan RI sekaligus berhak membawa pulang piala bergilir yang selama 6 tahun berturut-turut berada di wilayah Theresia. Pada tahun ini juara umum diraih oleh Wilayah Lucia. Penyerahan piala dilakukan oleh Romo Allparis yang memimpin misa pada hari itu kepada Bp. Xaverius selaku wakil wilayah Lucia.

Pemenang Lomba selengkapnya adalah sbb (berturut-turut juara 1 s.d 3):

· Sepak Bola ibu-ibu: Wilayah Sisilia, Theresia, Lucia.

· Sepak Bola Bapak-bapak: Wilayah Anna, Theresia, Lucia.

· Lari Kelereng: Komunitas Stefanus, Andreas, Daniel.

· Koin dalam Pepaya: Asrama Putri, Komunitas Gregorius, Stefanus.

· Memasukkan paku ke dalam botol: Wilayah Lucia, Martha, Elisabeth.

· Makan kerupuk: Komunitas Andreas, Bonifasius, Daniel.

· Suami Merias Istri: Komunitas Antonius, Daniel, Petrus.

· Bakiak: Asrama Putra/Putri, Komunitas Yohanes, Lukas. (smr)