02 Januari 2011

BUPAR EDISI DESEMBER 2010



Dari Pastor Paroki: SELAMAT NATAL !


Saudara-saudari yang terkasih,

Hari Natal telah tiba. Kita bersukacita dan bergembira karena hari Natal telah tiba. Hari yang sangat dirindukan oleh anak-anak karena hari itu mereka menerima hadiah. Kegembiraan juga dialami oleh orang tua tatkala mampu memberikan hadiah Natal pada anak-anaknya. Apakah semua itu baik dan perlu? Tidak mudah untuk menjawab, namun satu hal yang bisa kita ambil maknanya adalah “memberi hadiah.” Bagi anak anak hal itu merupakan kenangan indah, dimana suatu ketika akan dilakukan untuk anak–anak mereka nanti.

Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada keluarga-keluarga Kristini yang memberikan hadiah Natal untuk anak–anaknya, keluarga Kristiani hendaknya juga memaknai Natal dengan merayakan Ekaristi di Malam Natal dan Natal Pagi. Makna perayaan Natal akan jauh lebih mendalam kalau keluarga-keluarga Kristiani ikut terlibat dalam persiapan perayaan, entah seberapa besar persiapan itu. Banyak hal yang bisa dilakukan seperti menyemangati anak-anak untuk koor, misdinar, sakramen tobat, dll. Para orang tua pun dapat ikut terlibat sungguh-sungguh dalam persiapan, dari terbentuknya panitia sampai pada aksi-aksi Natal dalam berbagai bentuk termasuk Pendalaman Iman Adven, yang kemudian berpuncak pada Liturgi Malam Natal dan Natal Pagi. Apa maknanya? Selama persiapan Natal, banyak orang-orang mengambil bagian, entah sebagai donatur finasial, pemikiran, dan tenaga serta suara. Kita belajar meneladan Tuhan. Tuhan mau berbagi dengan manusia, manusia belajar berbagi dengan sesama.

Kegiatan-kegiatan selama persiapan , seringkali terjebak peselisihan karena salah pengertian dan mungkin juga kurangnya semangat berbagi satu sama lain. Apakah ini normal? Normal dan manusiawi kalau diukur dengan pertimbangan manusia, tapi pasti tidak kristiani apalagi hal itu pasti jauh dari semangat Natal. Harapan saya, jadikanlah semua peristiwa persiapan dari awal sampai akhir perayaan Natal sebagai Natal yang bermakna dengan berbagi kasih satu sama lain, saling pengertian dan saling memberikan pengampunan. Natal akan tertemukan maknanya jika kita berani bertobat. Mari kita bersyukur, bahwa kita boleh mengalami Natal ini dengan berbagai persiapan dan kegiatan, bersyukur bahwa kita boleh saling berbagi, bersyukur karena kita boleh memperbaiki diri.

Saudara-saudari yang terkasih,

Seiring adanya Natal, tak lama lagi kita memasuki tahun yang baru. Salah satu agenda tahun depan adalah pergantian pengurus Dewan Paroki. Pengurus Dewan Paroki bukan bawahan saya dan bukan atasan dari umat. Pengurus Dewan Paroki adalah tim kerja saya dalam pastoral dan pelayanan kepada umat. Kebijakan paroki dalam seluruh rangkaiannya tak akan banyak membuahkan hasil yang melimpah tanpa kerja sama satu sama lain dalam tim pastoral. Saya berharap, bulan Januari nanti sudah ada tim yang dibentuk untuk mencari masukan-masukan dalam bentuk evaluasi kerja Dewan Paroki. Tanpa berani evaluasi, kita tak akan mendapatkan kemajuan yang berarti. Masukan-masukan dari umat atas kerja kami sebagai tim Dewan Paroki bukan untuk kami pengurus dewan paroki semata-mata, sehingga kami akan bangga jika dapat melakukan tugas dengan baik. Ada hal yang jauh dari sekedar kebanggan atas prestasi kerja, yaitu untuk kehidupan umat dalam menggereja dan bermasyarakat serta keluarga-keluarga kita semua. Dengan demikian, keluarga-keluarga Kristiani sungguh dapat diandalkan dan dapat menjadi teladan yang baik didalam masyarakat.

Saudara–saudari yang terkasih kiranya dua hal diatas yang saya sampaikan dalam majalah BUPAR kita di akhir tahun ini dapat diterima oleh seluruh umat. Selamat Natal, selamat tahun baru dan selamat menyiapkan pergantian pengurus Dewan Paroki, Tuhan memberkati.

RANGKAIAN NATAL 2010



Untuk mempersiapkan diri menyambut hari Natal di paroki Kelayan, beberapa kegiatan-kegiatan Pra-Natal telah dilaksanakan seperti Pendalaman Iman Adven, Sakramen Tobat, bazar, kurve dan beberapa kegiatan sosial. Pada tahun ini, segala kegiatan seputar Pra-Natal dan Natal dimotori oleh umat wilayah Martha ketua Bp. Reddy Mountana.

Berikut kegiatan-kegiatan yang telah berlangsung menyambut Natal 2010 di Paroki Kelayan:

Bazar

Menanggapi keperluan bahan-bahan murah untuk persiapan Natal umat paroki , maka pada Sabtu-Minggu, 11-12 Desember 2010 di halaman paroki Kelayan digelar acara Bazar. Acara yang dikoordinir oleh KOMKA ini menggelar penjualan berbagai macam keperluan rumah tangga dan makanan mulai dari sembako, susu, mie instan, sabun, shampoo, dll.

Ceria Bersama Sinterklas

Sementara Bazar berlangsung, pada hari Minggu, 12 Desember 2010 pukul 09.00 Wita setelah Misa Minggu pagi, di Aula Syalom berlangsung acara “Ceria bersama Sinterklas.” 200-an anak telah memegang tiket untuk mengikuti acara ini. Anak-anak tersebut mendapatkan bingkisan dan diberi kesempatan untuk berfoto bersama Sinterklas.

Pembagian Sembako

Sebagai salah satu ujud solidaritas, mulai tanggal 15 Desember 2010 telah dibagikan paket sembako melalui ketua komunitas kepada beberapa umat. Bahan-bahan untuk paket ini terkumpul dari sumbangan beberapa umat. Pada tahun ini disiapkan 150 paket berisi beras, sirup, gula, minyak, dll.

Donor Darah

Semangat solidaritas juga diwujudkan dengan aksi donor darah yang digelar pada hari Minggu, 19 Desember 2010. Dalam kegiatan ini terkumpul 40 kantong darah yang didonorkan melalui PMI.

Kurve

Minggu pagi, 19 Desember 2010 seusai misa pagi, umat membersihkan lingkungan gereja. Pembagian tempat-tempat yang dibersihkan telah diatur sesuai wilayah. Wilayah Martha dan Sesilia membersihkan bagian dalam gereja. Wilayah Lucia di sakristi. Sementara itu wilayah Theresia membersihkan Pendopo Santo Yosef, wilayah Elisabeth di Aula Syalom. Pastoran dibersihkan oleh umat wilayah Anna sedangkan pembersihan Gua Maria dilakukan oleh umat wilayah Bernadeth.

Setelah acara bersih-bersih lingkungan gereja, tepat pukul 12.00 Wita seluruh umat yang telah melaksanakan kerja bakti berkumpul di Pendopo Santo Yosef untuk menyantap makanan yang telah disediakan secara spontan oleh ibu-ibu masing-masing wilayah. (smr)

Renungan: MENGALAHKAN EGO UNTUK MEMBERIKAN TEMPAT BAGI KELAHIRAN YESUS

Peristiwa Natal adalah sebuah kisah cinta yang dimainkan oleh tokoh-tokoh yang sederhana, rendah hati dan penuh ketulusan. Bayi Yesus, Maria, Yosef, para gembala dan orang majus merupakan gambaran kesahajaan tokoh-tokoh yang telah menyediakan diri mengambil bagian dalam sebuah peristiwa penyelamatan terbesar sepanjang masa.

Sebuah kemelut: Maria yang belum bersuami telah mengandung mengawali peristiwa Natal. Kemelut itu bisa diatasi dengan baik karena ketulusan para tokoh. Maria yang sederhana dan lugu berani menempuh segala resiko dengan “fiat”-nya. Dalam ketidakpastian, ia menyimpan segala perkara dalam hatinya dan bertindak secara bijaksana. Yosef, adalah figur seorang pemuda yang tulus hati, tidak banyak bicara dan penuh tanggung jawab. Ia tidak mau mempermalukan Maria dengan bermaksud menceraikannya secara diam-diam. Setelah menerima kabar dari malaikat, Yosef bahkan tidak mempersoalkan kehamilan Maria dan bertanggung jawab secara penuh sebagai seorang suami dan seorang ayah bagi bayi yang bukan dari darah dagingnya. Kasihnya pada Maria mengatasi harga dirinya.Tokoh lain adalah bayi Yesus. Seorang Pemilik Alam Semesta berkenan hadir dan merendahkan diri dalam kehinaan kandang dan senyapnya malam.

Bisa dibayangkan bila kemelut itu dihadapi oleh tokoh yang egois, tidak punya rasa empati dan mementingkan harga diri, peristiwa Natal tidak akan pernah terjadi. Kelahiran Yesus terjadi karena adanya tokoh-tokoh luar biasa yang dengan penuh ketulusan, ketaatan, kerendahan hati dan bersedia berkorban bagi orang lain mengatasi segala harga dirinya. Sebuah permenungan bagi kita di hari Natal ini untuk membuang jauh-jauh ego kita dan membersihkan diri dengan hati yang tulus serta taat memberikan hati kita sebagai palungan bagi kelahiran Yesus. (smr)

Inspirasi renungan: Homili Rm. Allparis, 18 Des 2010

PERAYAAN EKARISTI MALAM NATAL


Perayaan Ekaristi Malam Natal di Paroki Kelayan dilaksanakan pada hari Jumat, 24 Desember 2010 pukul 20.00 Wita. Romo Allparis memimpin perayaan ekaristi pada malam itu. Nuansa Banjar tampak pada perayaan ekaristi tersebut. Semua petugas liturgi dan para penari mengenakan pakaian adat Banjar. Corak Banjar juga dikenakan pada pakaian misdinar dan jubah Romo. Pembawa kanak-kanak Yesus diwakili oleh pasutri Awan-Andi dari wilayah Sesilia. Koor oleh PSP Serafim.

Satu setengah jam sebelum misa dimulai umat telah berdatangan ke gereja. Pada umumnya mereka beralasan agar mendapat tempat duduk di dalam gereja. Memang sebagian umat terpaksa duduk di halaman gereja, Pendopo Santo Yosef dan Aula Syalom. Di tempat-tempat tersebut telah disediakan monitor agar umat dapat melihat dan mengikuti perayaan di dalam gereja.

Mengawali homilinya, Romo Allparis menggambarkan perayaan Natal yang terjadi saat ini. Di mall, hotel, café banyak orang larut dalam kegembiraan dan kemeriahan Natal meskipun penduduk Kristiani di Indonesia hanya sekitar 10%. Pernak-pernik Natal dan Sinterklas pun ikut memeriahkan malam Natal.

Dalam bacaan pertama yang diambil dari Kitab Yesaya telah dibuatkan datangnya Juru Selamat. Kita diajak untuk bergembira dengan adanya harapan itu. Ternyata yang datang kemudian adalah sosok bayi yang lemah. Namun bila kita merenungkan lebih jauh lagi, Yesus, Maria dan Yosef bukanlah sosok yang lemah. Mereka adalah sosok yang kuat. Maria yang sedang mengandung berjalan jauh untuk mengikuti cacah jiwa. Yosef yang meskipun tahu bahwa bayi yang ada dalam kandungan Maria bukan darah dagingnya tetap setia mendampingi dan melindungi Maria. Yesus yang adalah Raja Semesta Alam yang mampu melakukan apa saja berkenan lahir dalam keadaan sebagai manusia. Dalam keadaan ini Yesus mau terlibat dalam suka, duka dan penderitaan manusia. Inilah makna peristiwa Natal sesungguhnya, yaitu Tuhan peduli pada manusia. Dengan demikian kita diajak untuk menjadi manusia bagi sesama. Dalam keluarga, kita diajak untuk bertobat dalam saling mengasihi satu sama lain.

Sebelum berkat penutup, diberikan kesempatan kepada Ketua Dewan Paroki dan Ketua Panitia untuk memberikan sambutan. Ketua Dewan Paroki, Bp. Willy Sebastian menyatakan bahwa tahun ini adalah saat terakhirnya sebagai Ketua Dewan karena beliau telah menjadi Ketua Dewan selama 2 periode dan tahun 2011 akan diadakan pergantian pengurus. Selama menjadi Ketua Dewan, Bp. Willy merasa bangga dan bahagia karena rasa kekeluargaan dan kebersamaan umat paroki Kelayan sangat baik. Menjadi kerinduan Bp. Willy adalah bangkitnya kaum muda dalam tugas-tugas dan kegiatan di gereja karena aktivis di paroki memerlukan regenerasi. Setelah sambutan Ketua Dewan Paroki, Bp. Reddy Mountana selaku ketua panitia perayaan Natal mengucapkan rasa terima kasihnya pada semua pihak, donator, petugas liturgy, petugas parkir, keamanan dan koor yang telah mendukung rangkaian kegiatan Natal 2010. (smr)

01 Januari 2011

PERAYAAN EKARISTI HARI RAYA NATAL


Sabtu, 25 Desember 2010 perayaan ekaristi Hari Raya Natal di Paroki Kelayan yang dimulai pukul 08.00 Wita dipimpin oleh Romo Lioe Fut Khin. Koor oleh anak-anak SD Santa Maria. Petugas liturgi dilaksanakan oleh anak-anak dan remaja. Setelah bacaan Injil, kisah kelahiran Kristus didramatisasikan oleh anak-anak TK Santa Maria.

Romo Fut memulai homilinya dengan bercerita mengenai rusa pada kereta Sinterklas. Sabtu, 25 Desember 2010 perayaan ekaristi Hari Raya Natal di Paroki Kelayan dimulai pukul 08.00 Wita dipimpin oleh Romo Lioe Fut Khin. Koor oleh anak-anak SD Santa Maria. Seluruh petugas liturgi dilaksanakan oleh anak-anak dan remaja. Sebagian besar umat yang hadir pada perayaan ekaristi tersebut adalah anak-anak.

Romo Fut memulai homilinya dengan bercerita mengenai rusa pada kereta Sinterklas. Rusa pada kereta Sinterklas ada 5 ekor. 1 ekor rusa yang paling depan bernama Rudolf. Pada awalnya, Rudolf adalah seekor rusa yang minder dan aneh karena hidungnya tidak seperti rusa-rusa lain. Hidung Rudolf berwarna merah. Saat Sinterklas bertemu Rudolf, Sinterklas meminta Rudolf menarik keretanya keliling dunia dan Rudolf berada pada posisi paling depan karena hidung merahnya menyala seperti lampu.

Cerita di atas mengingatkan kita akan makna Yesus datang ke dunia. Yesus datang ke dunia untuk memberi arti pada mereka yang diejek, disingkirkan dan menderita karena Dia sendiri datang sebagai manusia yang menderita. Seperti Rudolf yang setelah bertemu Sinterklas mau melayani dan membantu Sinterklas mengantar hadiah-hadiah, dengan peristiwa Natal kita diajak untuk menjadi saksi dan pengikut Kristus. Menjadi pengikut Kristus berarti mau terlibat dalam membawa damai dan meneruskan kasih-Nya. Untuk itu kita mohon pada Tuhan agar Natal dapat memberikan arti dan damai bagi hidup bersama kita.

Setelah perayaan ekaristi selesai, seluruh anak-anak yang hadir pada perayaan ekaristi tersebut diajak ke Aula Syalom untuk mendapatkan bingkisan. (smr)

PESTA KELUARGA KUDUS & PERAYAAN NATAL BERSAMA LANSIA


PERAYAAN EKARISTI PESTA KELUARGA KUDUS

Perayaan ekaristi Pesta Keluarga Kudus pada Minggu, 26 Desember 2010 pukul 08.00 Wita di paroki Kelayan diintensikan sebagai perayaan ekaristi bersama Lansia. Ratusan lansia hadir pada perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Romo Lioe Fut Khin. Koor oleh Wilayah Theresia.

Romo Fut Khin dalam homilinya menyatakan bahwa ada 3 hal yang patut diteladani dari Keluarga Kudus, yaitu:

1. Ketaatan:

Ketaatan merupakan ungkapan iman, orang yang taat percaya bahwa apa harus dikerjakan merupakan kehendak Allah. Dalam kehidupan kita saat ini, ketaatan pada orang tua, pimpinan, gembala merupakan ungkapan ketaatan pada kehendak Allah.

2. Keheningan

Keluarga Kudus hidup dalam keheningan. Maria menyimpan segala perkara dalam hatinya. Dalam Kitab Suci kita tidak menemukan bahwa Yosef berbicara. Dalam keheningan doa, kita mengalami dan mendengar kehendak Allah.

3. Kebersamaan dalam komunitas

Yang mempersatukan sebuah keluarga adalah cinta kasih sehingga ada dukungan satu sama lain. Keluarga merupakan sebuah oase karena di sana ditemukan kehangan, keramahan,dan tempat menimba kekuatan.

Selanjutnya Romo Fut Khin mengajak agar ketiga hal tersebut makin kita tingkatkan dalam kehidupan kita supaya keluarga-keluarga kita menjadi keluarga yang solid dan kuat dalam menghadapi tantangan dan godaan.

RAMAH TAMAH BERSAMA LANSIA

Seusai perayaan ekaristi, para lansia dipersilakan ke Aula Syalom untuk ramah tamah dan merayakan Natal bersama. Acara diawali dengan tarian anak-anak dan doa pembukaan. Sambutan-sambutan diberikan oleh Ibu Agatha Mujiharni selaku perwakilan lansia, Bp. Reddy Mountana selaku ketua panitia dan dilanjutkan oleh Romo Allparis. Dalam sambutannya, romo Allparis menyatakan bahwa kebahagiaan para orang tua adalah melihat anak cucunya tumbuh dengan baik dan hidup bahagia. Para lansia berharap mengalami saat-saat yang indah dengan dicintai dan disayangi. Keberadaan para lansia bukan sekedar menunggu “absen” dipanggil Tuhan, namun sebaliknya para lansia masih berguna dalam mendampingi, memberikan nasihat, teladan dan doa.

Setelah kata sambutan, para lansia diajak untuk menikmati penampilan tarian anak-anak sambil menikmati santap siang yang telah disediakan oleh ibu-ibu dari Wilayah Martha. (smr)

Misa Peringatan Pelindung Paroki: HARI RAYA SANTA PERAWAN MARIA DIKANDUNG TANPA NODA

“Di beberapa negara, perayaan pelindung gereja dirayakan secara besar-besaran, bahkan bisa lebih besar dibanding peringatan ulang tahun gereja. Namun tidak demikian di paroki kita. Saya melihat umat yang hadir pada misa sore hari tidak jauh berbeda dengan umat yang biasa hadir pada misa harian sore” demikian ugkapan romo Lioe Fut Khin, MSF di awal homili misa Hari Raya Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda pada hari Rabu, 8 Desember 2010 yang dimulai pukul 18.00 Wita. Misa peringatan pelindung paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda saat itu dipimpin oleh Romo Allparis, Pr didampingi Romo Lioe Fut Khin, MSF dengan petugas liturgi dari anggota Legio Maria dan koor oleh Wilayah Lucia.

Lebih lanjut, dalam homilinya romo Fut menguraikan Injil pada hari itu yang diambil dari Lukas 1:26-38. Malaikat yang datang pada Maria mengatakan, “Salam, engkau yang dirahmati. Tuhan sertamu….” Arti rahmat yang disampaikan malaikat itu adalah Allah sendiri. Allah beserta Maria. Lawan kata dari rahmat adalah dosa, sehingga orang yang penuh rahmat berarti tidak ada dosa dalam dirinya. Rahmat adalah anugerah Allah dan bukan usaha manusia. Maria sudah menerima anugerah Allah sejak dari kandungan. Hal ini tercermin dalam “Magnificat” yang mengungkapkan sikap Maria yang penuh syukur dan rendah hati.

Sebagai umat paroki yang berlindung pada Santa Perawan Maria Dikandung Tanpa Noda, kita boleh berbangga dan meneladan Bunda Maria dengan cara membuka hati kita untuk menerima rahmat dari Allah. Menutup homilinya, romo Fut mengajak umat untuk mohon pada Tuhan agar bisa terbuka kepada rahmat itu dan meneladan Bunda Maria serta mengikuti Yesus, Puteranya. (smr)

LUSTRUM III ME DISTRIK XIV BANJARMASIN & PEMBENTUKAN ME PAROKI KELAYAN


PEMBENTUKAN ME PAROKI KELAYAN

Menandai Lustrum ke 3 Marriage Encounter Distrik XIV Banjarmasin, pada hari Minggu, 5 Desember 2010 pukul 09.00 – 11.00 Wita di Paroki Kelayan diadakan temu kangen anggota ME Paroki Kelayan. Acara yang diikuti sekitar 75 pasang suami istri itu berlangsung dalam suasana penuh kekeluargaan, diiringi lagu-lagu oleh Tim Musik ME.

Romo Allparis dalam sambutannya, menyatakan menyambut baik pembentukan komunitas ME di paroki dan mengharapkan dengan adanya ME Paroki, gerakan ME dapat mendukung reksa pastoral di paroki masing-masing, khususnya di Paroki Kelayan. Setelah penyegaran cara berdialog, pasutri Siche-Martin dan Romo Lioe Fut Khin selaku Koordinator ME Distrik XIV Banjarmasin memimpin acara pembentukan ME Paroki Kelayan yang ditandai dengan penetapan Koordinator ME Paroki beserta para pengurusnya.

Pada kesempatan tsb, terbentuk pengurus ME Paroki Kelayan sbb:

Koordinator ME Paroki : Pas. Irma-Asiang

Wakil Koordinator : Pas. Tati-San Ho

Sekretaris : Pas. Hiana-Reddy

Bendahara I : Pas. Santi-Han

Bendahara II : Pas. Yuni-Asun

Acara tersebut diakhiri dengan santap siang bersama. (smr)

MISA NOVENA LUSTRUM III ME DISTRIK XIV BANJARMASIN

Sebagai ungkapan syukur atas 15 tahun perjalanan ME di bumi Kalimantan dan permohonan pernyertaan Tuhan pada perjalanan berikutnya, maka setiap Selasa sore pukul 18.00 Wita mulai 18 Januari 2011 diadakan Misa Novena selama 9 kali dengan jadwal dan tempat sbb:

18 Januari 2001: Misa Novena Pembukaan di Paroki Kelayan, diikuti seluruh anggota ME Distrik XIV Banjarmasin.

25 Januari 2011: di Paroki Kelayan diikuti anggota ME Paroki Kelayan.

1 Pebruari 2011: di Paroki Veteran diikuti seluruh anggota ME Distrik XIV Banjarmasin.

8 Pebruari 2011: di Paroki Kelayan diikuti anggota ME Paroki Kelayan.

15 Pebruari 2011: di Paroki Banjarbaru diikuti seluruh anggota ME Distrik XIV Banjarmasin.

22 Pebruari 2011: di Paroki Kelayan diikuti anggota ME Paroki Kelayan.

1 Maret 2011: di Paroki Katedral diikuti seluruh anggota ME Distrik XIV Banjarmasin.

8 Maret 2011: di Paroki Kelayan diikuti anggota ME Paroki Kelayan.

18 Januari 2001: Misa Novena Penutupan di Paroki Kelayan, diikuti seluruh anggota ME Distrik XIV Banjarmasin.

MENGENAL KERASULAN LEGIO MARIA

Kalau seandainya umat berkesempatan, cobalah setiap Sabtu sore, melangkahkan kaki, melihat atau cukup mendengarkan sejenak, apa yang dilakukan oleh sekelompok orang di sudut ruangan Pastoran Kelayan. Atau setiap hari Kamis sore, ke Rumah Sakit Suaka Insan, cukup melihat sejenak apa yang dilakukan oleh sekelompok orang yang biasanya mengunjugi kamar-mara pasien untuk menghibur dan mendoakan bagi kesembuhan para pasien di rumah sakit ini. Seringkali kelompok ini bekerja secara diam-diam, bekerja di belakang layar, seperti yang pernah dilakukan Maria dan para pelayan pada peristiwa pesta pernikahan di Kana, di mana berkat permintaan Maria yang secara diam-diam kepada Putranya dan kerjasama para pelayan demi sebuah harga diri dan nama baik tuan pesta, akhirnya air berubah menjadi anggur sehingga dapat dinikmati oleh semua orang yang hadir dalam pesta itu. Mereka memang bekerja secara diam-diam. Karena itu, tidaklah heran kalau banyak umat Katolik yang sampai saat ini tidak mengenal siapa sebenarnya kelompok yang satu ini.

Ada lagi, tentu umat sering mendengar ajakan dari seseorang dengan penuh semangat pada setiap menjelang perayaan misa hari Minggu di Paroki Kalayan, yakni: marilah kita bersama-sama mendoakan doa Rosario, dan selanjutnya dengan semangat yang sama mendaraskan doa: Aku Percaya ... Bapa Kami ... Salam Maria ... Kemuliaan.. dan seterusnya ... peristiwa demi peristiwa. Kadang oleh seorang ibu, kadang seorang bapak, bahkan kadang seorang gadis yang selalu bergantian melaksanakan tugas pelayanan ini. Sesungguhnya mereka tidak hanya mendaraskan, tetapi sesuatu yang lebih penting adalah mengajak umat agar lebih mengenal dan mencintai Maria, untuk hening dan berdoa sejenak bersama Maria, karena Maria adalah teladan hidup bagi orang beriman, bagi keluarga-keluarga kristiani, dan satu-satunya pengantara dan pengharapan kita kepada Putra-Nya Yesus Kristus untuk semakin bersatu dan bahagia bersama Allah yang adalah awal dan tujuan hidup kita. Singkatnya, melalui doa bersama Maria kita dapat menemukan keselamatan, kebahagiaan dan kepenuhan hidup.

Menjadi pertanyaan, apakah umat pernah bertanya: Siapakah mereka itu? Mereka adalah anggota Legio Maria (Para legioner, Presidium Bunda Termulia, Paroki Kelayan). Atau ada umat yang memang sudah tau kalau mereka itu adalah anggota Legio Maria, tetapi barangkali belum mengenal sama sekali apa itu Legio Maria; dari mana asal mulanya organisasi kerasulan ini; sejak kapan organisasi kerasulan ini mulai berkiprah; siapa pendirinya; apa tujuannya, bagaimana cara hidup mereka, dan apa saja kerja mereka selama ini?

Legio Maria merupakan salah satu organisasi kerasulan awam, yang berasal dari Dublin di Irlandia Utara; didirikan pada tanggal 7 September 1921, oleh seorang awam yang bernama Frank Duff. Organisasi kerasulan ini mulai dikenalkan dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh para envoy. Pada tahun 1951 diutus seorang envoy yang bernama Miss Theresia Shu ke Indonesia untuk mendirikan Legio Maria. Miss Theresia Shu ke Indonesia melalui kota Medan dan mendirikan presidium pertama di sana, kemudian disusul oleh Presidium di daerah lain. Kelompok kerasulan ini didirikan dengan tujuan membina anggota-anggotanya untuk menguduskan diri di bawah bimbingan Roh Kudus dan semangat Bunda Maria. Karena itu dapat dikatakan bahwa Legio Maria merupakan suatu bentuk pelayanan iman kristiani di dalam Gereja Katolik. Hal ini berarti bahwa dengan menjadi anggota Legio Maria, seseorang ingin menjawab secara konkret panggilan hidup kristiani yang telah diterimanya melalui Sakramen Baptis. Para legioner dipanggil untuk menguduskan diri dengan “doa” dan “karya kerasulan” di bawah bimbingan Roh Kudus. Dengan menggabungkan diri ke dalam organisasi Legio Maria, diharapkan para anggota makin berkembang kehidupann iman sebagai orang kristen atau pengikut Kristus yang sejati. Pengudusan diri tidak hanya merupakan tujuan hidup kristiani, tetapi sekaligus merupakan syarat utama agar mampu berkarya; “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15: 15).

Untuk mencapai tujuan pengudusan diri, Legio Maria memiliki cara hidup dan sistem yang sungguh teratur; memiliki peraturan yang ketat yang semuanya termuat dalam buku pedoman resmi Lagio Maria; menuntut setiap anggota melaksanakan sistem tersebut dengan disiplin dan semangat pengabdian; dan menjanjikan Rahmat khusus bagi anggota yang setia, yaitu Rahmat ketekunan dan perkembangan yang nyata dalam menghayati hidup kristiani, seperti: iman, cinta kasih, keberanian, pengurbanan diri, persaudaraan, semangat doa, kebijaksanaan, ketaatan, kerendahan hati, suka cita dan semangat merasul.

Legioner sadar dan yakin bahwa dengan menjadi anggota Legio Maria, ia melaksanakan tugas pengudusan diri dan secara langsung ikut serta ambil bagian dalam karya misi Kristus. Di dalam tugas mengudusan diri, Legio Maria menjadikan Bunda Maria sebagai model, teladan dan dasar kebaktiannya. Karena itu mereka memiliki hubungan khusus dan mendalam dengan Bunda Maria.

Kewajiban pokok pertama bagi para Legioner adalah menghadiri rapat yang dilaksanakan sekali seminggu; karena rapat merupakan pusat kehidupan Legio Maria. Di sinilah setiap Legioner berkumpul menghadap panglima Legio yaitu Bunda Maria. Bagaikan tentara yang sedang menerima amanat dalam menentukan strategis di medan pertempuran, demikian pula para Legioner bersama para perwira merundingkan strategi dalam perang rohani di dalam paroki dan di tengah masyarakat. Senjatanya bukan pedang, melainkan “Semangat Roh Kudus”.

Di dalam rapat, biasanya mereka mengawali dengan doa Rosario, dan selanjutnya para anggota melaporkan tugas yang diberikan minggu lalu dan menerima tugas baru untuk minggu selanjutnya. Kemudian disusul pembahasan dan evaluasi bersama: mana yang sudah berhasil dan mana yang kurang berhasil. Mengapa kurang berhasil? Bagaimana mengatasinya?; dan sebagainya. Maka sering dikatakan rapat Legio merupakan tempat pendidikan kerasulan, karena di dalam rapat Legio, segala masalah yang berhubungan dengan kegerejaan dibicarakan. Misalnya, masalah pastoral, liturgi, sosial, dan sebagainya. Mengingat pentingnya rapat, maka para Legioner diwajibkan untuk selalu setia menghadirinya.

Macam-macam tugas Legio yang biasa dan harus dilaksanakan oleh para Legioner sesuai kebutuhan, antara lain: kunjungan kasih, kunjungan orang sakit di rumah keluarga atau di rumah sakit, mengajar agama, membina sekolah minggu, membina baptisan baru, membina kaum muda, sensus umat paroki, mencari anggota aktif dan auksilier, menghias altar, melaksanakan tugas-tugas liturgis, dan sebagainya. Inilah pekerjaan anggota Legio Maria yang seringkali tidak banyak diketahui oleh umat, tetapi dinikmati oleh umat atau oleh banyak orang. Mereka seringkali melaksanakan hal-hal yang biasa tetapi dengan luar.

Dengan melibatkan diri dalam kelompok Legio Maria ini, seorang legioner telah memberikan dirinya bagi keselamatan banyak orang, menjadi mitra bagi hierarki gereja setempat, dan menjadi garam, terang dan jalan yang mengantar orang kepada tujuan hidup manusia adalah bahagia dan bersatu dengan yang Ilahi, yang adalah awal dan akhir hidup kita.

Anda ingin bergabung dengan Legio Maria? Yo … mumpung kita masih diberi waktu dan kesempatan untuk hidup … mari kita bergabung … dengan Legio Maria !!! Kaga pake uang pendaftaran. Semuanya gratis. Syaratnya hanya semangat dan penyerahan diri.

(Frater John Juma, CMM)

MENGENAL YAYASAN SANTO YOSEF

Yayasan St. Yosep adalah suatu badan hukum milik Keuskupan Banjarmasin yang bergerak dalam bidang sosial khususnya seputar kematian, yang didirikan pada tanggal 31 Mei 2005 dengan Akte pendirian No. 67 di hadapan Notaris Gaby Sianturi SH dan susunan kepengurusan diperbaharui dengan Akte Notaris Gaby Siantori SH, MH No 2 tanggal 4 Desember 2008. Yayasan berdomisili di Aula Sasana Sehati Lt. 2, Paroki Keluarga Kudus-Katedral, Jl. Lambung Mangkurat No. 40 Banjarmasin

Dalam rapat Paroki Dekenat Banjarmasin (Paroki Katedral, Kelayan dan Veteran) pada tanggal 14 Desember 2010 telah disepakati beberapa hal sebagaimana dipaparkan dibawah ini:

Ada 2 kualifikasi Peserta Layanan yakni :

A. Peserta Layanan Biasa, dengan kriteria persyaratan :

1. Warga umat Katolik yang berdomisili dan terdaftar sebagai warga Komunitas (KBG) pada :

- Paroki Katedral Banjarmasin

- Paroki Kelayan Banjarmasin

- Paroki Veteran Banjarmasin

2. Mengisi formulir permohonan Peserta Layanan Yayasan

B. Peserta Layanan Luar Biasa, dengan kriteria persyaratan :

1. Warga umat Katolik yang berdomisili diluar :

- Paroki Katedral Banjarmasin

- Paroki Kelayan Banjarmasin

- Paroki Veteran Banjarmasin

2. Warga bukan Katolik yang terdaftar sebagai Peserta Layanan luar biasa Yayasan berdasarkan rekomendasi Dewan Paroki

3. Mengisi formulir permohonan Peserta Layanan Yayasan

Setiap Peserta Layanan berhak memperoleh Fasilitas Standar Pelayanan Yayasan St. Yosep sebagai berikut :

1. Tanah Makam Santo Yosep ukuran standar

2. Mendapat 1 (satu) unit peti standar

3. Mendapat kain tule, sarung tangan, kaos kaki, sepasang lilin, salib makam, jasa gali timbun

4. Dipinjamkan : bangku penyangga peti, tatakan lilin, salib duduk, perlengkapan Liturgi terdiri dari : seperangkat alat Misa termasuk anggur dan hosti, Wirug/Pendupaan dan Air Suci

5. Kendaraan angkut peti jenazah dari kantor Yayasan ke rumah yang berduka dalam kota Banjarmasin

6. Kendaraan angkut Jenazah dari rumah yang berduka ke Tempat Pemakaman Umum (T.P.U.) milik Yayasan atau Tempat Pemakaman lainnya di sekitar kota Banjarmasin

Pemanfaatan Hak Peserta Layanan :

1. Fasilitas standar dari Yayasan secara cuma-cuma .

2. Hak peserta layanan yang tidak dipergunakan tidak dapat diganti dengan uang atau fasilitas lainnya

3. Peserta layanan yang tidak menggunakan peti jenasah bukan standar akan mendapat subsidi sebesar Rp. 300.000,- jika membeli peti jenasah bukan standar di Yayasan

Yayasan saat ini telah memiliki ijin penggunaan lahan sebagi Tempat Pemakaman Umum (T.P.U.) dengan lahan seluas 8 ha. Untuk tahap I dipergunakan lahan seluas 4 ha yang diperhitungkan mampu menampung sekitar 3.000 jenasah. Jika setiap hari ada yang dimakamkan, maka setelah 8 tahun baru lahan seluas 4 ha habis dipergunakan.

Peruntukan lahan tanah makam tersedia dalam 3 klasifikasi :

1. Standar (Single), ukuran tanah 2x3 meter dengan ukuran makam 1,5x2,5 meter2

2. Double, ukuran tanah 3x3,25 meter dengan ukuran makam 2,5x2,5 meter

3. VIP, ukuran tanah 4,5x3,25 meter dengan ukuran makam 4x2,5 meter

Peruntukan lahan tanah makam klasifikasi Standar/Single, diperuntukkan 1 jenazah sedangkan Double dan VIP dapat dipergunakan untuk 2 jenazah. Bentuk dan ukuran lahan makam ditentukan seragam oleh Yayasan. Penggunaan lahan makam harus secara berurutan berdasarkan penetapan Yayasan untuk setiap klasifikasi peruntukan lahan makam, dan tidak diperkenankan melakukan pemesanan lahan makam.

Beberapa keuntungan menjadi Peserta Layanan :

1. Mendapat kepastian memperoleh fasilitas standard pemakaman

2. Memperoleh harga khusus / discount 40% dari tarif non Peserta Layanan / tarif umum

3. Peserta Layanan memperoleh jaminan pemakaman

4. Berkesempatan melaksanakan kepedulian (solidaritas) dengan berbagi (subsidiaritas) kepada warga umat yang lain.

Iuran untuk setiap peserta layanan ditetapkan sebagai berikut :

1. Uang Pangkal Rp. 50.000,- per peserta layanan. Uang Pangkal dibayar satu kali selama menjadi peserta layanan dan harus dilunasi pada saat permohonan untuk menjadi peserta layanan Yayasan Santo Yoseph disetujui.

2. Iuran bulanan Rp. 10.000,- per peserta layanan.

3. Uang Pangkal dan iuran bulanan yang telah dibayar oleh peserta layanan tidak dapat ditarik/diambil kembali baik selama menjadi peserta layanan maupun setelah berhenti menjadi peserta layanan.

4. Umat Katolik yang terdaftar pada 3 Paroki dalam kota Banjarmasin dan terdaftar sebagai peserta layanan sampai dengan tanggal 31 Desember 2011 bebas uang Pangkal.

5. Umat Katolik yang terdaftar pada 3 Paroki dalam kota Banjarmasin yang berumur kurang dari 10 tahun bebas iuran bulanan.

6. Peserta layanan yang tidak membayar iuran bulanan selama 3 (tiga) bulan berjalan hak nya sebagai peserta layanan dinyatakan gugur serta dianggap mengundurkan diri sebagai peserta layanan.

7. Bayi yang berumur kurang dari 3 (tiga) bulan dari orang tua yang telah menjadi peserta layanan Yayasan Santo Yoseph tetapi belum didaftarkan sebagai peserta layanan, apabila meninggal dunia dapat memperoleh haknya sebagai peserta layanan dengan rekomendasi Dewan Paroki sesuai domisilinya.

8. Bayi sebagaimana dimaksud pada poin (g) setelah berumur lebih dari 3 (tiga) bulan tetap tidak didaftarkan maka akan dilayani dengan tarif umum.

Direncanakan launching (peluncuran) akan dimulai pada bulan Januari 2011 setelah Peraturan dan Surat Keputusan Yayasan yang mengatur operasional Yayasan ditandatangani oleh Pembina dan Pengurus Yayasan. Sosialisasi akan dilakukan melalui dan oleh masing-masing Dewan Paroki, dan jika diperlukan dapat mengundang pengurus Yayasan St. Yosep.

(Anwar Yusran)