10 Desember 2009

MALAM SYUKUR PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE-70 PAROKI SANTA PERAWAN MARIA YANG TERKANDUNG TANPA NODA


Perayaan Ekaristi

Sabtu, 14 November 2009 pukul 18.00 Wita merupakan Malam Puncak Peringatan Ulang Tahun ke-70 Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda yang diisi dengan perayaan ekaristi dan ramah tamah.

Beberapa jam sebelum acara dimulai, gerimis turun di kota Banjarmasin sehingga perayaan ekaristi yang sedianya dilaksanakan di halaman parkir gereja dipindah ke dalam gereja. Dalam waktu 30 menit evakuasi hiasan altar, perlengkapan misa, dan seluruh umat telah selesai dilaksanakan sehingga pukul 18.30 Wita perayaan ekaristi dimulai.

Vikjen Keuskupan Banjarmasin, romo Yuliono, MSC, romo Allparis dan romo Lioe Fut Khin memimpin perayaan ekaristi tersebut. Hadir pula para pastor yang pernah berkarya di paroki Kelayan yaitu romo Aloysius Suharihadi, MSF, romo Aloysius Darmakusuma, MSF, romo Gregorius Sabinus, CP serta beberapa pastor dari paroki-paroki di keuskupan Banjarmasin. Mgr. Demarteau yang rencananya akan menghadiri peringatan ulang tahun tersebut terpaksa membatalkan kehadirannya karena kesehatan yang tidak memungkinkan. Ibu Agatha Mujiharni (kom. Paulus) dan Diva (kom. Bartolomeus) bertindak sebagai petugas pembaca Kitab Suci. Mazmur dilantunkan oleh ibu Christy (kom. Yakobus). Ibu-ibu WKRI ditunjuk sebagai petugas kolekte. Hal yang istimewa dan berkesan dari perayaan ekaristi tersebut adalah para putra altar yang di terdiri dari 3 generasi. Mereka adalah Bp. Yosef, Bp. Erwin, Bp. Daru, Bp. Antonius Ong sebagai wakil misdinar di era 70-an dan 80-an, Sdr. Reyner, Sdr. Rosi (misdinar era 90-an) serta misdinar yang saat ini masih aktif, yaitu Ekki, Yohanes, William dan Christian. Lagu-lagu dinyanyikan secara bergantian oleh koor dari 7 wilayah.

Dalam homilinya, romo Yuliono mengulas sejarah paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda. Gereja diawali oleh beberapa orang saja dan berkembang melalui karya para pendahulu. Dalam perjalanannya, gereja pernah mengalami tantangan dan kesulitan pada perang dunia kedua. Para pastor, suster, bruder ditangkap pemerintah Jepang dan umat tetap berkumpul untuk berdoa meskipun tidak ada gembala. Setelah perang, gereja mulai menjalani masa pemulihan dan terus berbenah. Saat gereja telah mencanangkan kemandirian, gereja kembali mengalami kekelaman dengan adanya peristiwa “Jumat Kelabu” yang menghancurkan gedung gereja. Namun demikian, gereja kembali melanjutkan perjalanan dan berusaha untuk menjadi tanda dan harapan bagi masyarakat.

Tanggung jawab perkembangan gereja bukan pada para pastornya saja. Bila saat ini masyarakat di sekitar gereja menyatakan bahwa pastor-pastor Belanda lebih ramah dan lebih memperhatikan kebutuhan mereka, itu bukanlah kritik bagi pastor yang ada saat ini. Sapaan, perhatian dan bantuan bagi masyarakat di sekitar gereja juga merupakan tanggung jawab seluruh umat.

Setelah perayaan ekaristi selesai, umat dipersilakan untuk mengikuti rangkaian acara malam syukur peringatan ulang tahun paroki di halaman parkir.

Malam Syukur Peringatan HUT

Sementara para pastor berganti baju, umat bergerak menuju halaman parkir. Bapak Uskup Keuskupan Banjarmasin, Mgr. Petrus Timang telah hadir di antara umat. Hujan telah reda, panggung telah disiapkan. Penampilan beberapa murid sekolah music “Symphony” dengan alat musik akustik mengawali acara tersebut.

Setelah para pastor berada di halaman parkir, acara dilanjutkan dengan penyalaan api unggun oleh Mgr. Petrus Timang. Api dinyalakan dari bawah dan bergerak perlahan ke atas melalui tali. Setelah sampai di atas, secara cepat api merambat turun dan membakar kayu-kayu untuk api unggun. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembukaan banner raksasa perjalanan paroki selama 70 tahun oleh romo Allparis dan romo Lioe Fut Khin.

Setelah ketua panitia, FA Junaedi , romo paroki, romo Allparis serta Mgr. Petrus Timang memberikan sambutan, acara dilanjutkan dengan pemberian penghargaan kepada para sesepuh yang telah berkarya bagi pengembangan paroki. Secara simbolik penghargaan diberikan pada Bp. Abdoel BC, Bp. Alexander Suharjo, Bp. Yohanes Subekti, Ibu Magdalena Tumini serta Sr. Merry SFD. Selanjutnya dibacakan pengumuman para juara dan pemberian piala. kemudian umat dipersilakan untuk menikmati makan malam yang telah disediakan oleh ibu-ibu PKP. Sementara itu kelompok musik Komka, Remaka, Asrama Satya Andika dan sekolah musik Symphony membawakan beberapa buah lagu. Sesekali acara diselingi dengan pengundian door prize bagi para peserta lomba.

Di dalam pastoran, ketua II Dewan Paroki, ibu Gaby Siantori melakukan pemotongan tumpeng dan memberikan potongan tersebut pada Mgr. Petrus Timang dan romo Darmo. Para pastor, suster, frater hadir dalam pemotongan tumpeng tersebut.

Pukul 23.00 Wita seluruh rangkaian acara selesai setelah sebelumnya umat diminta untuk membersihkan halaman parkir. (smr)

Tidak ada komentar: