Perayaan Ekaristi (Misa) di gereja, khususnya Hari Minggu, merupakan puncak perayaan tertinggi dalam peribadatan Gereja Katolik. Jauh lebih tinggi dari pada doa harian pribadi, devosi-devosi dan novena. Karena dalam perayaan ekaristi kudus, Tuhan sendiri yang hadir dalam rupa roti dan anggur yang merupakan Tubuh dan Darah-Nya. Perayaan penebusan ini yang menjadikan kita sebagai anak-anak Allah. Dalam perayaan ekaristi kudus ini, kita mohon ampun atas semua dosa kita, mohon rahmat untuk seluruh aktivitas kita lewat intensi misa. Kita juga diajak untuk mendengarkan Sabda-Nya dan memahaminya lewat homili pemimpin ibadat. Kita juga diajak untuk berbagi kasih dengan semua yang hadir dalam perayaan itu dan kita boleh menerima Yesus sendiri dalam komuni kudus. Akhirnya semua perayaan yang agung itu ditutup dengan berkat untuk kita semua, supaya mereka yang hadir dan yang kita doakan dalam misa selalu berada dalam lindungan kasih-Nya.
Namun sayang, perayaan yang sungguh agung itu kerap mendapat penghormatan yang kurang maksimal dari diri kita sendiri. Sadar atau tidak kita telah berbuat tidak semestinya pada saat perayaan agung itu berlangsung.
2. Comment, ini merupakan aktivitas tinggi yang kerap dilakukan sadar atau tidak oleh kita yang seharusnya khusuk berdoa. Entah mengomentari pakaian orang yang nggak matching, petugas liturgi yang kurang berkenan (padahal sudah tampil maksimal) atau bahkan pemimpin ibadat (alias Romo-nya) yang kok lama banget sih…
3. Bermain, aktivitas ini sering dilakukan oleh anak-anak balita. Namun tak jarang juga anak-anak yang sudah ikut komuni pertama masih ikut bermain, entah di dalam atau di halaman/ serambi gereja. Memang bermain adalah hak anak yang tidak bisa diganggu gugat. Namun tetap ada tempat dan waktu yang tepat. Tak jarang alasan klasik muncul, “daripada di dalam ganggu orang yang sedang doa, lebih baik di luar toh masih di lingkungan gereja”. Menurut saya, tinggal bagaimana orang tua memberikan pendidikan yang tegas dan tepat untuk anak. Saya rasa baik juga kalau memberikan pengertian dan penjelasan bahwa gereja itu tempat untuk apa? Ataukah memang perayaan misa sudah tidak menarik lagi? Sampai-sampai para orang tua seolah-olah kehabisan akal untuk memberikan pengertian pada anak-anaknya bahwa gereja tempat orang berdoa. Bandingkan saat si anak asyik menonton film kartun favoritnya sehingga marah bila diganggu,. … ah no comment!
4. Main HP, merupakan aktivitas usil yang dapat mengisi kekosongan (tapi kalau di dalam gereja pasti bukan pada tempatnya). Biasanya yang sering adalah main game dan SMS-an. Jelas hal ini sangat tidak dibenarkan, bahkan sebelum misa pun menurut saya sangat tidak bijak ber-SMS-an atau sekedar nge-games di HP.
6. Bengong alias ngelamun, aktivitas yang biasanya dilakukan oleh beberapa orang yang sedang mengalami masalah. Memang gereja menjadi tempat yang cocok dan ideal untuk hal ini. Sambil berharap mukjizat datang menghampiri dan semua beban hidup atau persoalan hilang dengan tiba-tiba. Perlu diingat bahwa Tuhan tidak serta merta memberi dalam sekejab bak sulap. Tapi Tuhan pasti memberi, hanya waktunya …. cuma Dia yang tahu. Tapi pasti tepat pada waktunya.
Mungkin masih ada aktivitas lain yang kerap terjadi dalam gereja. Saya hanya berharap kita dapat mengurangi semua aktivitas yang dirasa kurang atau bahkan tidak perlu dilakukan dalam gereja.
Akhirnya saya jadi ingat lagu “Saat Terakhir” dari ST 12 pada bagian reff-nya (syair suka-suka);
satu jam saja engkau tak bisa
khusuk ber-doa doa doa di gereja
namun bagimu ber face book ria
kok bisa tahan sampai laamaaa
oh sayangnya ……… (ib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar