“Hidup Perkawinan Sebagai Tanda Kehadiran Tuhan”
Tercatat di Data Umat ada 32 pasangan yang merayakan ulang tahun perkawinan di bulan Juni. Namun pada perayaan ekaristi keluarga yang diadakan pada hari Jumat, 12 Juni 2009 dan dipimpin oleh romo Allparis dan romo Fut, pasangan yang memperbaharui janji perkawinan ada 6 pasang. Mereka adalah: pasutri Tari-Nano, Siche-Martin, Ana-Ronny, Like-Junaidi, Bp/Ibu Parseno, Linda-Sargi.
Bacaan Injil pada hari itu merefleksikan hidup perkawinan keluarga. Demikian dinyatakan romo Fut di awal homilinya. Yesus tidak mau kehidupan kita biasa-biasa saja. Dia mau kita bertindak radikal. Yesus mengartikan perzinahan tidak hanya secara fisik tapi juga batiniah. Dia mau hidup perkawinan kita menjadi sebuah sakramen dan berbuah serta menjadi tanda kehadiran Tuhan. Hal-hal yang mengganggu hendaknya dipenggal dan dibuang jauh-jauh. Yang tidak maupun yang belum kawin pun juga demikian. Hal-hal yang menggganggu panggilan hidup orang Kristen hendaknya dibuang atau disingkirkan.
Dalam bacaan pertama, iman kita diumpakan sebagai bejana tanah liat yang mudah hancur. Untuk itu kita memerlukan Tuhan. Ia akan menyertai, mendampingi dan menguatkan hidup dan perkawinan kita. Panggilan sebagai imam, biarawan dan biarawati pun demikian. Mereka dipanggil sebagai orang yang terbuka dan mengalami kasih Tuhan.
Romo Fut menutup homili dengan sebuah ajakan agar Tuhan menyertai dan mohon pada Tuhan agar kita menyadari bahwa Tuhan mencintai kita. (smr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar