Saudara-saudari yang terkasih,
Hari Natal telah tiba. Kita bersukacita dan bergembira karena hari Natal telah tiba. Hari yang sangat dirindukan oleh anak-anak karena hari itu mereka menerima hadiah. Kegembiraan juga dialami oleh orang tua tatkala mampu memberikan hadiah Natal pada anak-anaknya. Apakah semua itu baik dan perlu? Tidak mudah untuk menjawab, namun satu hal yang bisa kita ambil maknanya adalah “memberi hadiah.” Bagi anak anak hal itu merupakan kenangan indah, dimana suatu ketika akan dilakukan untuk anak–anak mereka nanti.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada keluarga-keluarga Kristini yang memberikan hadiah Natal untuk anak–anaknya, keluarga Kristiani hendaknya juga memaknai Natal dengan merayakan Ekaristi di Malam Natal dan Natal Pagi. Makna perayaan Natal akan jauh lebih mendalam kalau keluarga-keluarga Kristiani ikut terlibat dalam persiapan perayaan, entah seberapa besar persiapan itu. Banyak hal yang bisa dilakukan seperti menyemangati anak-anak untuk koor, misdinar, sakramen tobat, dll. Para orang tua pun dapat ikut terlibat sungguh-sungguh dalam persiapan, dari terbentuknya panitia sampai pada aksi-aksi Natal dalam berbagai bentuk termasuk Pendalaman Iman Adven, yang kemudian berpuncak pada Liturgi Malam Natal dan Natal Pagi. Apa maknanya? Selama persiapan Natal, banyak orang-orang mengambil bagian, entah sebagai donatur finasial, pemikiran, dan tenaga serta suara. Kita belajar meneladan Tuhan. Tuhan mau berbagi dengan manusia, manusia belajar berbagi dengan sesama.
Kegiatan-kegiatan selama persiapan , seringkali terjebak peselisihan karena salah pengertian dan mungkin juga kurangnya semangat berbagi satu sama lain. Apakah ini normal? Normal dan manusiawi kalau diukur dengan pertimbangan manusia, tapi pasti tidak kristiani apalagi hal itu pasti jauh dari semangat Natal. Harapan saya, jadikanlah semua peristiwa persiapan dari awal sampai akhir perayaan Natal sebagai Natal yang bermakna dengan berbagi kasih satu sama lain, saling pengertian dan saling memberikan pengampunan. Natal akan tertemukan maknanya jika kita berani bertobat. Mari kita bersyukur, bahwa kita boleh mengalami Natal ini dengan berbagai persiapan dan kegiatan, bersyukur bahwa kita boleh saling berbagi, bersyukur karena kita boleh memperbaiki diri.
Saudara-saudari yang terkasih,
Seiring adanya Natal, tak lama lagi kita memasuki tahun yang baru. Salah satu agenda tahun depan adalah pergantian pengurus Dewan Paroki. Pengurus Dewan Paroki bukan bawahan saya dan bukan atasan dari umat. Pengurus Dewan Paroki adalah tim kerja saya dalam pastoral dan pelayanan kepada umat. Kebijakan paroki dalam seluruh rangkaiannya tak akan banyak membuahkan hasil yang melimpah tanpa kerja sama satu sama lain dalam tim pastoral. Saya berharap, bulan Januari nanti sudah ada tim yang dibentuk untuk mencari masukan-masukan dalam bentuk evaluasi kerja Dewan Paroki. Tanpa berani evaluasi, kita tak akan mendapatkan kemajuan yang berarti. Masukan-masukan dari umat atas kerja kami sebagai tim Dewan Paroki bukan untuk kami pengurus dewan paroki semata-mata, sehingga kami akan bangga jika dapat melakukan tugas dengan baik. Ada hal yang jauh dari sekedar kebanggan atas prestasi kerja, yaitu untuk kehidupan umat dalam menggereja dan bermasyarakat serta keluarga-keluarga kita semua. Dengan demikian, keluarga-keluarga Kristiani sungguh dapat diandalkan dan dapat menjadi teladan yang baik didalam masyarakat.
Saudara–saudari yang terkasih kiranya dua hal diatas yang saya sampaikan dalam majalah BUPAR kita di akhir tahun ini dapat diterima oleh seluruh umat. Selamat Natal, selamat tahun baru dan selamat menyiapkan pergantian pengurus Dewan Paroki, Tuhan memberkati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar