Kalau seandainya umat berkesempatan, cobalah setiap Sabtu sore, melangkahkan kaki, melihat atau cukup mendengarkan sejenak, apa yang dilakukan oleh sekelompok orang di sudut ruangan Pastoran Kelayan. Atau setiap hari Kamis sore, ke Rumah Sakit Suaka Insan, cukup melihat sejenak apa yang dilakukan oleh sekelompok orang yang biasanya mengunjugi kamar-mara pasien untuk menghibur dan mendoakan bagi kesembuhan para pasien di rumah sakit ini. Seringkali kelompok ini bekerja secara diam-diam, bekerja di belakang layar, seperti yang pernah dilakukan Maria dan para pelayan pada peristiwa pesta pernikahan di Kana, di mana berkat permintaan Maria yang secara diam-diam kepada Putranya dan kerjasama para pelayan demi sebuah harga diri dan nama baik tuan pesta, akhirnya air berubah menjadi anggur sehingga dapat dinikmati oleh semua orang yang hadir dalam pesta itu. Mereka memang bekerja secara diam-diam. Karena itu, tidaklah heran kalau banyak umat Katolik yang sampai saat ini tidak mengenal siapa sebenarnya kelompok yang satu ini.
Ada lagi, tentu umat sering mendengar ajakan dari seseorang dengan penuh semangat pada setiap menjelang perayaan misa hari Minggu di Paroki Kalayan, yakni: marilah kita bersama-sama mendoakan doa Rosario, dan selanjutnya dengan semangat yang sama mendaraskan doa: Aku Percaya ... Bapa Kami ... Salam Maria ... Kemuliaan.. dan seterusnya ... peristiwa demi peristiwa. Kadang oleh seorang ibu, kadang seorang bapak, bahkan kadang seorang gadis yang selalu bergantian melaksanakan tugas pelayanan ini. Sesungguhnya mereka tidak hanya mendaraskan, tetapi sesuatu yang lebih penting adalah mengajak umat agar lebih mengenal dan mencintai Maria, untuk hening dan berdoa sejenak bersama Maria, karena Maria adalah teladan hidup bagi orang beriman, bagi keluarga-keluarga kristiani, dan satu-satunya pengantara dan pengharapan kita kepada Putra-Nya Yesus Kristus untuk semakin bersatu dan bahagia bersama Allah yang adalah awal dan tujuan hidup kita. Singkatnya, melalui doa bersama Maria kita dapat menemukan keselamatan, kebahagiaan dan kepenuhan hidup.
Menjadi pertanyaan, apakah umat pernah bertanya: Siapakah mereka itu? Mereka adalah anggota Legio Maria (Para legioner, Presidium Bunda Termulia, Paroki Kelayan). Atau ada umat yang memang sudah tau kalau mereka itu adalah anggota Legio Maria, tetapi barangkali belum mengenal sama sekali apa itu Legio Maria; dari mana asal mulanya organisasi kerasulan ini; sejak kapan organisasi kerasulan ini mulai berkiprah; siapa pendirinya; apa tujuannya, bagaimana cara hidup mereka, dan apa saja kerja mereka selama ini?
Legio Maria merupakan salah satu organisasi kerasulan awam, yang berasal dari Dublin di Irlandia Utara; didirikan pada tanggal 7 September 1921, oleh seorang awam yang bernama Frank Duff. Organisasi kerasulan ini mulai dikenalkan dan disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia oleh para envoy. Pada tahun 1951 diutus seorang envoy yang bernama Miss Theresia Shu ke Indonesia untuk mendirikan Legio Maria. Miss Theresia Shu ke Indonesia melalui kota Medan dan mendirikan presidium pertama di sana, kemudian disusul oleh Presidium di daerah lain. Kelompok kerasulan ini didirikan dengan tujuan membina anggota-anggotanya untuk menguduskan diri di bawah bimbingan Roh Kudus dan semangat Bunda Maria. Karena itu dapat dikatakan bahwa Legio Maria merupakan suatu bentuk pelayanan iman kristiani di dalam Gereja Katolik. Hal ini berarti bahwa dengan menjadi anggota Legio Maria, seseorang ingin menjawab secara konkret panggilan hidup kristiani yang telah diterimanya melalui Sakramen Baptis. Para legioner dipanggil untuk menguduskan diri dengan “doa” dan “karya kerasulan” di bawah bimbingan Roh Kudus. Dengan menggabungkan diri ke dalam organisasi Legio Maria, diharapkan para anggota makin berkembang kehidupann iman sebagai orang kristen atau pengikut Kristus yang sejati. Pengudusan diri tidak hanya merupakan tujuan hidup kristiani, tetapi sekaligus merupakan syarat utama agar mampu berkarya; “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa” (Yoh. 15: 15).
Untuk mencapai tujuan pengudusan diri, Legio Maria memiliki cara hidup dan sistem yang sungguh teratur; memiliki peraturan yang ketat yang semuanya termuat dalam buku pedoman resmi Lagio Maria; menuntut setiap anggota melaksanakan sistem tersebut dengan disiplin dan semangat pengabdian; dan menjanjikan Rahmat khusus bagi anggota yang setia, yaitu Rahmat ketekunan dan perkembangan yang nyata dalam menghayati hidup kristiani, seperti: iman, cinta kasih, keberanian, pengurbanan diri, persaudaraan, semangat doa, kebijaksanaan, ketaatan, kerendahan hati, suka cita dan semangat merasul.
Legioner sadar dan yakin bahwa dengan menjadi anggota Legio Maria, ia melaksanakan tugas pengudusan diri dan secara langsung ikut serta ambil bagian dalam karya misi Kristus. Di dalam tugas mengudusan diri, Legio Maria menjadikan Bunda Maria sebagai model, teladan dan dasar kebaktiannya. Karena itu mereka memiliki hubungan khusus dan mendalam dengan Bunda Maria.
Kewajiban pokok pertama bagi para Legioner adalah menghadiri rapat yang dilaksanakan sekali seminggu; karena rapat merupakan pusat kehidupan Legio Maria. Di sinilah setiap Legioner berkumpul menghadap panglima Legio yaitu Bunda Maria. Bagaikan tentara yang sedang menerima amanat dalam menentukan strategis di medan pertempuran, demikian pula para Legioner bersama para perwira merundingkan strategi dalam perang rohani di dalam paroki dan di tengah masyarakat. Senjatanya bukan pedang, melainkan “Semangat Roh Kudus”.
Di dalam rapat, biasanya mereka mengawali dengan doa Rosario, dan selanjutnya para anggota melaporkan tugas yang diberikan minggu lalu dan menerima tugas baru untuk minggu selanjutnya. Kemudian disusul pembahasan dan evaluasi bersama: mana yang sudah berhasil dan mana yang kurang berhasil. Mengapa kurang berhasil? Bagaimana mengatasinya?; dan sebagainya. Maka sering dikatakan rapat Legio merupakan tempat pendidikan kerasulan, karena di dalam rapat Legio, segala masalah yang berhubungan dengan kegerejaan dibicarakan. Misalnya, masalah pastoral, liturgi, sosial, dan sebagainya. Mengingat pentingnya rapat, maka para Legioner diwajibkan untuk selalu setia menghadirinya.
Macam-macam tugas Legio yang biasa dan harus dilaksanakan oleh para Legioner sesuai kebutuhan, antara lain: kunjungan kasih, kunjungan orang sakit di rumah keluarga atau di rumah sakit, mengajar agama, membina sekolah minggu, membina baptisan baru, membina kaum muda, sensus umat paroki, mencari anggota aktif dan auksilier, menghias altar, melaksanakan tugas-tugas liturgis, dan sebagainya. Inilah pekerjaan anggota Legio Maria yang seringkali tidak banyak diketahui oleh umat, tetapi dinikmati oleh umat atau oleh banyak orang. Mereka seringkali melaksanakan hal-hal yang biasa tetapi dengan luar.
Dengan melibatkan diri dalam kelompok Legio Maria ini, seorang legioner telah memberikan dirinya bagi keselamatan banyak orang, menjadi mitra bagi hierarki gereja setempat, dan menjadi garam, terang dan jalan yang mengantar orang kepada tujuan hidup manusia adalah bahagia dan bersatu dengan yang Ilahi, yang adalah awal dan akhir hidup kita.
Anda ingin bergabung dengan Legio Maria? Yo … mumpung kita masih diberi waktu dan kesempatan untuk hidup … mari kita bergabung … dengan Legio Maria !!! Kaga pake uang pendaftaran. Semuanya gratis. Syaratnya hanya “semangat” dan “penyerahan diri”.
(Frater John Juma, CMM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar