22 November 2008

PERAYAAN EKARISTI ULANG TAHUN PAROKI

    “Hari ini kita merayakan ulang tahun paroki ke 69 dengan perayaan ekaristi. Mengingat beberapa kegiatan sebelumnya yang sangat padat, maka ulang tahun paroki kali ini kita rayakan secara sederhana. Tanpa soto dan tanpa sate! Kita bersyukur atas penyertaan Tuhan sepanjang 69 tahun perjalanan paroki. Pada kesempatan ini kita juga mengenang perjuangan para pendahulu kita, baik uskup, pastor, suster, bruder dan awam yang telah membangun dan berjuang sehingga paroki tumbuh menjadi seperti sekarang ini.” Demikian kata pembukaan dari romo Allparis pada perayaan ekaristi ulang tahun paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda yang dilaksanakan pada tanggal 11 November 2008 pukul 19.00 WITA.

        Sebagian besar bangku gereja dipenuhi oleh umat yang hadir pada perayaan ekaristi ulang tahun paroki yang dipimpin oleh romo Allparis dan romo Lioe Fut Khin itu. Beberapa umat secara sukarela mengisi bangku koor untuk memadahkan pujian yang diiringi dengan organ yang dimainkan oleh Kevin. Bacaan pertama dibawakan oleh Bp. Fl. Sudarmo.

        Dalam homilinya,  romo Fut menyatakan kekagumannya pada umat yang hadir saat itu karena tidak menyangka bahwa hampir seluruh bangku gereja terisi. Dengan banyaknya umat yang hadir berarti banyak orang yang mencintai paroki dan pada malam itu semua bersama-sama berdoa, bersyukur dan merenungkan penyertaan Tuhan.

         Umur 69 tahun, Kalau dilihat menurut ukuran perjalanan manusia merupakan umur yang cukup tua. Seseorang yang sudah tua biasanya hidup dalam kesederhanaan namun sehat dalam iman. Dalam bacaan pertama yang diambil dari Titus 2:1-8,11-14 terdapat nasihat terhadap perempuan-perempuan tua yang hendaknya hidup dengan banyak berdoa, tidak memfitnah dan tidak menjadi hamba anggur. Yang tua hendaknya dapat memberi nasihat dan teladan. Dalam hidup berjemaat, umat yang sudah tua pun masih punya arti dan berguna untuk perkembangan paroki dan iman umat karena yang muda masih memerlukan nasihat dari mereka.

       Ada pepatah pada renungan hari Pahlawan, tgl 10 November 2008 kemarin, “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa-jasa pahlawannya.” Dari pepatah ini muncul ide untuk memberikan penghargaan pada orang-orang yang sudah berjasa bagi paroki kita. Ada banyak orang-orang yang telah berjasa pada perkembangan paroki karena pelayanan, pengabdian, teladan dan cintanya, baik itu pastor, katekis maupun awam. Untuk itu umat diminta menulis tentang orang-orang tersebut beserta fotonya dan mengirimkan ke Bupar untuk dimuat.

        Selanjutnya romo Fut mengajak umat memohon dan berdoa pada Tuhan agar makin mencintai gereja dan Tuhan. (smr)

 

Tidak ada komentar: