27 Mei 2010
“KARYA ROH KUDUS DALAM MEDIA DIGITAL”
Saudara-saudara yang terkasih di dalam Yesus Kristus,
Bulan ini bulan penuh rahmat: Bulan Maria, Paskah, Pentakosta, dan ada Minggu Komunikasi Sosial. Banyak pesan yang dapat kita renungkan dalam hal ini. Sebuah pertanyaan reflektif, “Apakah Roh Kudus berkarya dalam media digital untuk mewartakan kabar kegembiraan Paskah dalam bulan Maria ini? Jawabnya “PASTI”. Allah tak terbatas dalam berkarya.
Sebuah anugerah jika saat ini kita mempunyai media komunikasi digital. Salah satu bentuk komunikasi digital adalah undangan rapat, doa lingkungan dan sebagainya yang dilakukan dengan menggunakan SMS sehingga dapat menyebarkan berita dengan begitu cepat. Roh Kudus menggerakkan semuanya, dan dalam hal ini, banyak hal yang bisa dilakukan.
Saudara – saudara yang terkasih,
Ketika ada orang membunuh dengan parang, kita tidak serta merta melarang menggunakan parang. Hal yang sama terjadi ketika media komunikasi digital digunakan untuk hal-hal yang bertentangan dengan INJIL. Bukan berarti kita akan melarang adanya media komunikasi digital. Justru dalam hal ini kebijaksanaan Kristiani akan mendapatkan tantangan untuk berkarya agar tetap konsisten perpegang teguh dengan norma-norma kristiani.
Saudara-saudara yang terkasih, media komunikasi telah mengalami kemajuan yang luar bisa, namun seiring dengan itu pula tak jarang perpecahan dalam banyak bidang juga terjadi. Sekali lagi iman kristiani mendapatkan tantangan, agar media komunikasi bisa menjadi alat yang mempersatukan. Marilah kita berdoa terus menerus agar Roh Kudus mengobarkan semangat persatuan, seperti yang diharapkan Yesus terhadap para pengikut-Nya.
Tentu kita berharap, media komunikasi yang sudah begitu maju ini dapat kita gunakan untuk membangun paroki, sehingga umat semakin rukun, bersatu padu sesuai dengan rencana dan kehendak Tuhan. Sekali lagi, kita mesti terus memohon agar karunia Roh Kudus selalu mengobarkan setiap hati kita.
Tuhan memberkati!
Hari Komunikasi Sedunia: “IMAM DAN PELAYANAN PASTORAL DI DUNIA DIGITAL”
Pada Minggu Paskah VII, 16 Mei 2010, gereja memperingati Hari Komunikasi Sosial Sedunia yang ke-44. Mengaitkan dengan tahun Imam 2010, tema Hari Komunikasi tahun 2010 ini adalah: “Imam dan Pelayanan Pastoral di Dunia Digital: Media Baru Demi Pelayanan Sabda.”
Mengambil bacaan Injil Minggu itu, yaitu dari Yohanes 17:20-26, romo Allparis yang memimpin perayaan ekaristi Minggu pagi memulai homili dengan mengajukan pertanyaan, “Mungkinkah doa Yesus dalam bacaan Injil yang mengharapkan agar umat-Nya bersatu dan saling mengasihi dapat terwujud?” Sementara itu kita tahu kenyataan yang terjadi saat ini adalah kurang baiknya relasi antara suami-istri, orang tua-anak, antar anggota komunitas, dst.
Memperingati Hari Komunikasi Sedunia, kita menengok ke belakang. Dulu kemana-mana para imam membawa Kitab Suci, sekarang yang dibawa adalah laptop yang berisi Kitab Suci. Sebuah refleksi bagi kita dalam dunia digital adalah bagaimana kita bisa mempergunakan teknologi modern itu dengan bijak. Sebagai contoh, apakah internet kita manfaatkan untuk mewartakan Yesus atau mewartakan diri sendiri? Apakah Facebook kita manfaatkan untuk mencari Sabda Tuhan melalui renungan-renungan, Kitab Suci online, dsb atau kita pakai untuk main poker?
Dunia digital yang terus berkembang bisa mempermudah pekerjaan dan menyatukan yang berjauhan. Apakah dunia digital telah dimanfaatkan dengan baik dalam pelayanan pastoral?
Dalam doa Yesus dinyatakan bahwa Yesus tinggal dalam kita karena kasih Allah. Yesus menghendaki agar kita saling mengasihi dan banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengasihi satu sama lain. Salah satu hal yang dapat kita lakukan adalah memanfaatkan facebook, twitter, frienster, email untuk mewartakan Tuhan dan berbagi kebaikan satu sama lain.
Gereja memandang teknologi modern adalah anugerah Tuhan. Romo Allparis mengakhiri homilinya dengan ajakan untuk mengambil kesempatan memanfaatkan teknologi modern dan dunia maya sebagai peluang mewartakan Sabda Allah. (smr)
PERAYAAN EKARISTI HARI RAYA KENAIKAN TUHAN
Perayaan ekaristi Hari Raya Kenaikan Tuhan pada tahun ini jatuh pada tanggal 13 Mei 2010, hari Kamis. Di Paroki Kelayan perayaan ekaristi hari raya tersebut diadakan 2 kali, yaitu pukul 08.00 dan 18.00 Wita. Pada perayaan ekaristi pagi, bangku gereja hampir seluruhnya dipenuhi oleh umat. Romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF memimpin perayaan ekaristi pagi dan koor oleh PSP Serafim.
Dalam homilinya, romo Fut mengungkapkan bahwa pada Hari Raya Kenaikan Tuhan ada 2 hal yang menjadi permenungan kita:
1. Pada Hari Raya Kenaikan Tuhan, kita merayakan berpulangnya Yesus ke rumah Bapa.
2. Hari Raya Kenaikan Tuhan mengingatkan kita bahwa kita akan kembali ke rumah Bapa, sehingga dalam hidup yang kita jalani saat ini kita memiliki perhatian untuk mempersiapkan diri menuju rumah Bapa.
Yesus telah naik ke surga untuk menyediakan tempat bagi kita. Sebuah pilihan bagi kita apakan kita mau ikut atau tidak.
Kita sering mendengar cerita orang-orang yang akan meninggal. Biasanya mereka mengatakan bahwa telah dijemput keluarga mereka yang telah meninggal. Jarang sekali ada yang bercerita bahwa yang menjemput itu Yesus. Mengapa? Karena mereka belum pernah melihat Yesus secara langsung dan tidak tahu siapa yang menjemput.
Dalam Injil Yohanes 16:5-15 Yesus menjanjikan Roh Kudus untuk mendampingi kita. Roh Kudus itu bekerja dalam diri kita untuk:
1. Menyadarkan akan dosa-dosa kita dan membawa kita ke dalam pertobatan.
2. Memimpin kita dalam kebenaran.
3. Memuliakan Allah serta memimpin kita untuk berdoa dan beribadah pada Tuhan.
Dalam Lukas 11:13 dinyatakan bahwa Roh Kudus adalah karunia terbesar dari Allah.
Mulai hari ini sampai Hari Raya Pentakosta selama 9 hari berturut-turut, kita akan berdoa novena memohon kehadiran Roh Kudus. Sebelum mengakhiri homilinya, romo Fut mengajak seluruh umat untuk meminta pada Tuhan agar dibimbing Roh Kudus untuk menjadi saksi-Nya. (smr)
PERAYAAN PASKAH LANSIA
Minggu pagi, 18 April 2010, di Paroki Kelayan diadakan perayaan Paskah bersama para lansia dalam suatu perayaan ekaristi dan acara ramah tamah. Acara yang dikoordinir oleh Panitia Paskah 2010 dihadiri sekitar 100 lansia.
Perayaan Ekaristi bersama Lansia
Dalam homili dari bacaan Minggu Paskah II yaitu: Kis 5:27b-32,40b-41, Wahyu 5:11-14 dan Yoh 21:1-19, romo Lioe Fut Khin mengungkapkan suatu realita yang lazim, yaitu bahwa muda-mudi berpacaran tentu yang ditanyakan bukan jumlah tabungannya berapa. Romo yang ditahbiskan juga tidak akan ditanya nilai filsafatnya dapat berapa. Yang umumnya ditanyakan adalah, “Apa engkau mengasihi aku/Aku?”
Para orang tua diajak berkumpul di sini adalah untuk menunjukkan kasih kita pada mereka selagi mereka masih hidup. Kalau mereka telah tiada, semua itu tidak ada artinya lagi. Kasih ini juga yang menjadi kunci apakah Petrus layak menggembalakan umat.
Dalam bacaan Injil diceritakan bahwa saat Yesus berkata, “Tebarkanlah jalamu” maka mereka mendapat banyak ikan. Ini mau mengingatkan kita bahwa tanpa Yesus kita tidak dapat berbuat apa-apa. Meskipun demikian Yesus tetap mau melibatkan kita dalam karya-Nya. Hal ini nampak dalam bacaan tersebut di mana Yesus meminta para murid-Nya untuk memberikan sebagian hasil tangkapan mereka.
Ada sebuah pernyataan yang mengungkapkan bahwa orang sukses adalah orang yang memilki segala sesuatu dalam genggamannya. Namun demikian tetap saja ada bagian-bagian tertentu dari manusia, dimana manusia tidak dapat menguasainya
Tanpa kasih, segala sesuatu tidak dapat berkembang dengan baik dalam hubungan:
· Antara umat dengan umat
· Antara gembala dengan umat, dan
· Antara anggota keluarga.
Sebagai penutup homili, sebuah pesan dilontarkan romo Fut, yaitu, ”Bahagiakanlah orang tua dan ciptakan suasana yang enak bagi mereka.” Dengan demikian semoga keluarga kita mengalami sukacita kebangkitan Yesus dan terus tumbuh dalam iman, harapn dan kasih.
Ramah Tamah
Setelah perayaan ekaristi selesai, para lansia diundang untuk mengikuti acara ramah tamah di Aula Syalom. Hadir dalam acara tersebut, romo Allparis dan Bp. Willy selaku Ketua Dewan Paroki. (smr)
PERINGATAN TAHTA SUCI KEPAUSAN & ULANG TAHUN PAUS BENEDICTUS XVI
Senin, 19 April 2010, Keuskupan Banjarmasin memperingati Tahta Suci Kepausan & Ulang Tahun Paus Benedictus XVI di gereja Keluarga Kudus, Katedral, Banjarmasin pada pukul 18.00 Wita. Peringatan tersebut dirayakan dalam perayaan ekaristi yang dipimpin oleh Bapak Uskup Petrus Timang didampingi romo Supri, CM, romo Simon, Pr, romo Kris, MSF, romo Doni, MSF, romo Amtono, MSF, romo Prillion, MSF, romo Pius, MSF. Koor oleh PSP Serafim dari Paroki Kelayan, lektor oleh wakil umat paroki Banjarbaru dan mazmur dibawakan wakil umat paroki Veteran. Kolekte oleh WKRI Paroki Katedral Banjarmasin.
Dalam homilinya Bapak Uskup Petrus Timang menguraikan bacaan pertama hari itu yang diambil dari Kis 6:8-15: Wajah Stefanus berseri-seri di depan lawannya karena penuh kuasa Allah kendati cobaan berat. Dalam bacaan Injil yang diambil dari Yoh 6:22-29, Yesus berkata di depan murid-muridNya, “Kamu mencari Aku bukan karena melihat tanda-tanda, melainkan karena kamu telah makan roti dan kamu kenyang. Yesus tahu bahwa orang-orang mengikuti Yesus karena ingin mendapatkan sesuatu dan telah mendapat roti secara gratis.
Bacaan tersebut bukan kebetulan diangkat dalam misa syukur peringatan tahta suci kepausan dan ulang tahun Paus ke-83 bersama umat Katolik sedu-nia.
Seperti Stefanus, keselu- ruhan hidup kita hendaknya memper- lihatkan wajah Ilahi yang senantiasa berseri-seri. Namun kenyataannya seringkali wajah Ilahi itu tertutup oleh keinginan-keinginan manusia.
Ketika manusia di dunia hidup seakan-akan tidak perlu Tuhan. Mall, bisnis, hiburan berkembang pesat seakan-akan berada di dunia lain yang jauh dari Tuhan. Hidup sehari-hari dihayati seakan-akan Tuhan tidak ada, membuat tugas seorang Paus dalam memimpin umat Katolik bukanlah suatu pekerjaan gampang. Oleh karena itu kita bersyukur karena gereja memiliki struktur tahta Paus di Roma. Tahta yang saat ini diduduki Paus Benediktus XVI merupakan jaminan bahwa gereja Katolik berasal dari Tuhan dan tidak mungkin sesat. Gereja Katolik adalah gereja yang apostolik yaitu berkesinambungan dari Petrus sampai sekarang.
Menutup homilinya, Bapak Uskup mengingatkan, bahwa kita adalah “malaikat-malaikat” yang diutus untuk memperlihatkan wajah Allah melalui hidup kita sehari-hari dimanapun kita berada. (smr)
Hari Doa Panggilan Sedunia “KESAKSIAN MEMBANGKITKAN PANGGILAN”
Hari Doa Panggilan Sedunia yang ke-47 dirayakan oleh gereja Katolik pada hari Minggu Paskah IV tanggal 25 April 2010. Tema yang diambil untuk peringatan hari Doa Panggilan Sedunia pada tahun Imam ini adalah, “Kesaksian Membangkit-kan Panggilan.” Tema ini berkaitan erat dengan kehidupan dan tugas perutusan para imam dan kaum religius, meskipun tak dapat dipungkiri bahwa buah usaha keras sebuah promosi panggilan adalah tindakan bebas Allah semata.
Memperingati Minggu Panggilan yang jatuh pada tanggal April 2010, setelah perayaan ekaristi pagi, di Paroki Kelayan diadakan Promosi Panggilan di Aula Syalom yang dimotori oleh Bidang Pewartaan. Sekitar 70 anak-anak dan kaum muda hadir dalam acara tersebut.
Acara tersebut dipimpin oleh romo Allparis dengan menghadirkan beberapa suster dan frater dari 5 tarekat, yaitu: Suster SFD, Suster PBHK, Suster SPC, Suster SCMM dan Frater CMM . Bertindak sebagai pembawa acara adalah ibu Ana Trombine.
Sebuah pertanyaan pembuka diajukan oleh romo Allparis untuk mengantar acara, “Siapa yang ingin menjadi pastor atau suster?” Beberapa acungan jari dari anak-anak yang hadir pun menanggapi pertanyaan tersebut. Selanjutnya romo Allparis menceritakan mengenai kondisi paroki dan para biarawan-biarawati di Keuskupan Banjarmasin. Romo Allparis juga mengisahkan bagaimana beliau terpanggil menjadi pastor.
Setelah itu diberikan kesempatan pada para suster dan frater untuk menjelaskan beberapa hal mengenai tarekatnya. Sesekali acara diselingi dengan kuis dan lagu-lagu yang dibawakan oleh Band Komka dan Remaka.
Setelah seluruh suster dan frater selesai mempresentasikan tarekatnya, para peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan sambil makan siang bersama. Pukul 11.30 Wita acara ditutup dengan berkat penutup dari romo Allparis. (smr)
Rekoleksi Orang Tua Calon Komuni I : “KENALI BAHASA KASIH PASANGAN DAN PUTRA-PUTRIMU”
Rangkaian persiapan penerimaan Komuni Pertama rupanya juga melibatkan orang tua dalam sebuah rekoleksi. Digelar di Aula Syalom para orang tua Calon Komuni I duduk bersama di Aula Syalom setelah perayaan Ekaristi pagi Hari Raya Kenaikan Yesus ke Surga, Kamis 13 Mei 2010 pk 09.30-12.00 Wita. Menurut catatan administrasi anak-anak calon Komuni I tahun ini berjumlah 55 anak.
Romo Aloysius Lioe Fut Khin, MSF, penggiat pastoral keluarga, memberikan materi penguat bagi para orang tua untuk menjadi pendidik pertama dan utama bagi anak-anaknya. Pendidikan ini terutama mengantar anak mencapai kedewasaan imannya. Oleh karena itu orang tua diajak untuk mengetahui berbagai jenis kedewasaan, demikian juga orang tua dan anak mengalami kondisi dikasihi dan mengasihi.
Lebih menarik lagi orang tua diminta mengenali Bahasa Kasih pasangan hidupnya terlebih dahulu sebagai upaya untuk membangun keharmonisan keluarga. Romo Fut selanjutnya mengupas bahasa khusus yang dikelompokkan dan dikupas oleh Gary Chapman ini. Setiap orang diibaratkan memiliki “Tangki Cinta” yang harus selalu penuh terisi. Ada 5 Bahasa Kasih utama yang membuat seseorang dihargai dan diterima. Biasanya seseorang memiliki 1 bahasa kasih yang menonjol.
▪ Bahasa Kasih 1 : kata-kata yang mendukung / meneguhkan. Pemilik bahasa kasih ini menunjukkan cinta dan merasakan dicintai dan dihargai pasangan dengan memberi atau menerima kata-kata positif (tidak dicemooh atau dicerca), kata-kata pujian dan kata-kata penyemangat lainnya.
▪ Bahasa Kasih 2 : Pelayanan. Pemilik bahasa kasih ini menunjukkan cinta dan merasakan dicintai dan dihargai pasangan dengan melakukan sesuatu untuk pasangan atau dibantu oleh pasangan seperti memasak, menyetrika, membantu mengerjakan tugas/PR.
▪ Bahasa Kasih 3 : Menerima hadiah. Pemilik bahasa kasih ini menunjukkan cinta dan merasakan dicintai dan dihargai pasangan dengan memberi hadiah atau menerima hadiah, pemberian yang tulus. Coklat, bunga, kartu ucapan,dll. Biasanya mereka selalu menyimpan semua barang yang diterima dari org yg disayang dengan rapi dan dijaga selalu.
▪ Bahasa Kasih 4 : Sentuhan fisik. Pemilik bahasa kasih ini menunjukkan cinta & merasakan dicintai dan dihargai pasangan dengan memeluk atau dipeluk, mencium, memegang tangan, dll. Begitupun sebaliknya mengharap sentuhan seperti itu dari pasangan, akan membuat kita merasa dicintai.
▪ Bahasa Kasih 5 : Saat-saat bersama yang berarti. Pemilik bahasa kasih ini menunjukkan cinta, merasakan dicintai dan dihargai pasangan dengan melewatkan waktu bersama pasangan. Melakukan kegiatan bersama yang menyenangkan seperti piknik, duduk ngobrol, makan malam. Perhatian pasangan tertuju pada kita dengan melewatkan saat-saat menyenangkan bersama.
Akhirnya tengah hari acara rekoleksi ditutup dengan makan siang bersama. (zo)
BUNDA MARIA DAN GEREJA KATOLIK Oleh: A. Willy Sebastian
Pada bulan Mei ini hampir semua umat Katolik berdoa Rosario sebagai devosi kepada Bunda Maria yang mempunyai peranan penting dalam rencana keselamatan Allah. Umat Katolik bukan menyembah Maria, melainkan menghormati Maria (Lumen Gentium, 66). Maria memiliki peran yang mulia sejak mengandung PuteraNya, Yesus Kristus sampai wafatNya di kayu salib. Ia “dipenuhi dengan rahmat” oleh Allah ( bdk. Lukas 1:28).
Maria adalah Bunda Allah ?
”………. Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Sebab sesungguhnya ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. (Lukas 1:39-44). Peristiwa Roh Kudus memenuhi Elisabeth yang sedang mengandung waktu bertemu Maria, sehingga perkataan Elisabeth yang dipenuhi Roh Kudus tersebut menyebut Maria sebagai “ibu Tuhan (Bunda Allah) dan ini menjadi dogma Gereja melalui Konsili Efesus tahun 431. Maria disebut “Theotokos” atau “Bunda Allah” dimana gelar ini diberikan pada Maria jauh sebelum terjadi skisma Protestan. Martin Luther sendiri tidak pernah meragukan ajaran Konsili Efesus.
Tidak mengakui Maria sebagai Bunda Tuhan sama saja dengan penolakan terhadap sabda Tuhan dalam Injil dan penyangkalan atas kesatuan dua kodrat (kodrat ilahi dan manusiawi) dalam satu pribadi Yesus. Sejak awal Maria dipersiapkan oleh Allah. Hal ini dapat dilihat dan dibaca dalam nubuat Nabi Yesaya yang menyatakan bahwa seorang perawan akan melahirkan Putera Allah.
Devosi kepada Bunda Maria
Devosi Maria berkembang pesat sejak Bunda Maria diberi gelar Bunda Allah, misalnya Novena tiga kali salam Maria, doa Rosario, dll. Bunda Maria mendapat tempat khusus di gereja Katolik. Maka apabila orang Katolik membuat patung Bunda Maria dan menyimpannya serta berdoa di depan patung tersebut, tidak berarti mereka orang yang menyembah berhala. Tujuan doa itu bukanlah pada patung tersebut. Patung dibuat untuk mengingat tokoh atau pribadi yang dilukiskan serta untuk menunjukkan kedekatan kita dengan dia. Patung juga dibuat untuk mempermudah kita mengingatkan pribadinya sebagai ibu yang mengasihi dan selalu siap menolong kita.
Umat Katolik perlu menyadari betapa pentingnya devosi kepada Bunda Maria, namun perlu disadari juga bahwa doa rosario tidak dapat menggantikan doa-doa resmi Gereja. Doa Rosario tidak dapat menggantikan perayaan Ekaristi yang merupakan pusat kehidupan Katolik di mana Kristus sendirilah yang dikorbankan dan mengorbankan diri. Ibadat atau devosi yang benar adalah menempatkan Maria pada tempatnya yang sebenarnya, yakni sebagai Bunda pengantara kita kepada Yesus. Devosi yang benar membawa kita kepada Allah melalui Bunda Maria kepada Yesus (Per Mariam at Jesum).
Sumber : “Maria dan Gereja Katolik” – BINUS –KTM Angkatan 6 tahun 2009, “Rahasia gelar –gelar Maria” oleh Yon Lesek, Katekismus Gereja Katolik.
MEMBIASAKAN ANAK-ANAK TERLIBAT DALAM KEGIATAN KOMUNITAS Sharing pengalaman di Komunitas Matias (oleh Andreas Sunarko)
Wuss... wusss… seorang anak kecil terlihat meniup lilin saat Romo Allparis sedang mengurbankan misa di komunitas Matias. Sedikit ramai karena dia tidak sendiri dan masih ada sekumpulan anak lain asyik dengan aktivitas masing-masing. Malam itu, 14 Mei 2010, warga komunitas merayakan ulang tahun komunitas atau lebih tepatnya pesta santo pelindungnya. Pemandangan seperti ini adalah hal biasa yang dialami oleh warga Komunitas Matias. Memang sedikit kurang khusuk, tetapi menyitir sebuah iklan sabun cuci yang mengatakan “Kalo tidak mau kotor, ya tidak bermain”, maka para orang tua di komunitas Matias mengartikan “Kalau tidak membawa anak-anak, ya tidak bisa berkumpul dengan warga komunitas lainnya.”
Terlepas dari fenomena di atas, hal inilah yang dilakukan oleh para orang tua dan sekaligus dipahami oleh seluruh warga komunitas. Para romo juga memaklumi jika kebetulan mendapat tugas mempersembahkan misa di komunitas Matias. Para orang tua berusaha untuk menghadirkan anak-anak dalam berbagai kegiatan komunitas baik itu misa, ibadat, pendalaman iman, doa rosario, kunjungan orang sakit sampai acara makan bersama. Pada bulan Mei ini setiap hari diadakan doa rosario secara bergilir dari rumah ke rumah. Tuan rumah dan anggota keluarganya bertindak memimpin doa rosario, memimpin lagu, membaca peristiwa, maupun doa umat. Suasana doa menjadi “lebih hidup” bila melihat perilaku anak-anak yang mengucapkan doa dengan terbata-bata dan suara yang hampir tidak terdengar, menyanyi dengan suara keras, memainkan untaian rosario, bahkan ada yang sambil ngedot dan menangis. Hal yang menarik dari kegiatan ini adalah :
1. Anak-anak terbiasa berdoa,
2. Anak-anak terbiasa bertatap muka dengan teman lain dan warga lainnya,
3. Anak-anak mulai tumbuh keberanian untuk memimpin doa bersama,
4. Anak-anak terbiasa dengan gaya hidup komunitas Katolik,
5. Anak-anak merasa bangga karena bisa memimpin/mengucapkan doa,
6. Anak-anak diperhatikan, didoakan dan dihargai sebagai pribadi oleh komunitas dalam doa-doa permohonan,
7. Orang tua juga turut rajin berdoa di komunitas, karena anak-anak mengajaknya.
Komunitas Matias membiasakan hal sederhana ini dengan harapan kelak dapat membangun komunitas yang mampu mengambil peran dalam meningkatkan kulitas hidup berkomunitas maupun berparoki. Sementara para orang tua sendiri tidak akan canggung dalam membangun kebersamaan dengan warga sekomunitas sekalipun kelak mereka menjadi warga lanjut usia. Semua karena telah menjadi terbiasa... Semoga!!.
RAPAT DEWAN PAROKI PLENO MEI 2010
Senin, 10 Mei 2010 pukul 08.00 - 09.15 Wita, bertempat di pastoran dilaksanakan rapat Dewan Paroki Pleno dengan agenda dan keputusan sbb:
1. Renovasi Gereja
Mengingat kondisi gereja saat ini yang perlu segera ada perbaikan di beberapa bagian, maka pada bulan Juni 2010 akan mulai dipikirkan renovasi gereja dengan pembentukan Panitia Pembangunan Gereja.
2. Tahbisan Imam
Sekitar bulan Oktober atau Nopember 2010, di paroki Kelayan akan dilangsungkan tahbisan Imam. Untuk itu pada rapat Dewan Paroki bulan Juni akan dibentuk Panitia Tahbisan Imam dengan mengundang Bapak Uskup atau romo Vikjen. Diharapkan banyak pengurus komunitas dan umat yang berpotensi menjadi panitia untuk hadir.
3. Komuni I
Penerimaan Komuni I oleh 56 anak, akan dilakukan bertepatan dengan Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus, Minggu pagi, 6 Juni 2010. Rekoleksi orang tua calon penerima komuni I dilaksanakan pada hari Kamis 13 Mei 2010.
4. Katekumen
· Sebelum Juli 2010, pengurus komunitas diharapkan memasukkan daftar umatnya yang akan menjadi katekumen.
· Perlu ada pertemuan para pengajar dengan melibatkan biarawan/biarawati untuk membahas pengaturan pemberian pelajaran.
5. Krisma
Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Paroki ke-71, pada pertengahan Nopember 2010 akan diadakan Penerimaan Sakramen Krisma. Pendaftaran akan dimulai Juni-Juli 2010 dan pelajaran dimulai bulan Agustus 2010. Ketua komunitas diharapkan melakukan sosialisasi pada warganya.
Pada rapat bulan Juni 2010 akan dibentuk Panitia Khusus untuk acara ini. Peserta Krisma akan dilibatkan kemudian.
6. Aksi Panggilan
Pada 25 April 2010 yang lalu telah dilakukan acara Aksi Panggilan. Dari pertemuan tersebut ada beberapa anak yang bersedia untuk menjadi pastor / frater / suster. Hal ini harus dipelihara.
Untuk itu mulai bulan Juni 2010, setiap Sabtu sore, minggu pertama pukul 17.00 Wita akan dijadikan sebagai “Sabtu Imam.” Anak-anak tersebut diharapkan berkumpul untuk berdoa bersama romo. Pengurus komunitas diharapkan melakukan sosialisasi.
7. Dewan Paroki
Tahun depan (2011) akan dilakukan penggantian Pengurus Dewan Paroki. Sebelum penggantian tersebut dilaksanakan, akan dilakukan evaluasi terlebih dahulu. (smr)