KOPERASI KREDIT KARYA KASIH MELUNCURKAN PROGRAM DANA SOSIAL
Terhitung 1 Agustus 2008, anggota dan calon anggota Koperasi Kredit Karya Kasih akan mendapatkan tambahan perlindungan dengan dibukanya program Dana Sosial yang diselenggarakan oleh Induk Koperasi Kredit (Inkopdit). Program Dana Sosial ini akan memberikan memberikan santunan Rp. 3.000.000,- bila anggota koperasi mengalami kematian dengan alasan apapun. Untuk itu setiap anggota menyetor Rp. 20.000,- per tahun.
Bagi yang bergabung menjadi anggota Koperasi Kredit Karya Kasih setelah 1 Agustus 2008 akan diikutkan dalam program ini pada awal bulan berikutnya.
Untuk informasi lebih lanjut, silakan datang ke kantor Koperasi Kredit Karya Kasih atau menghubungi Sdr. Toto di telp no. 3259784. (Toto)
26 Juli 2008
DEWAN PAROKI
RAPAT MARATHON PANITIA AD HOC :
“AKHIRNYA TUNTUNG JUA!”
Begitulah pernyataan seorang anggota Panitia Ad Hoc saat mengakhiri rapat pembahasan Program Kerja Dewan Paroki (DP) tgl 10 Juli lalu. Panitia Ad Hoc diketuai ibu Angelika Gaby Siantory ini mengemban amanat Raker DP untuk menggodog materi program kerja yang telah disodorkan setiap seksi. Panitia Ad Hoc terdiri dari DP Harian, 7 Ketua Wilayah, 4 Koordinator Bidang & 2 notulen. Mereka rapat di pastoran dalam 3 seri waktu yakni 23-26 Juni, 30 Juni-2 Juli & 8-10 Juli 2008 (total 10 hari) dari jam 20.00-22.00 wita.
Mekanisme kerja rapat adalah para ketua seksi secara bergiliran,sesuai jadwal, memaparkan rencana program kerja secara lebih detail dengan memperhatikan masukan raker. Rencana tersebut dibahas untuk menentukan tolok ukur pencapaian keberhasilan, tata waktu kegiatan & perhitungan anggaran. Program yang dinilai belum memnuhi keperluan paroki ditangguhkan atau dihilangkan.
Melihat padatnya rencana kegiatan maka kesekretariatan DP menyusun kalender kegiatan agar pelaksanaan tidak tumpang tidih & terkoordinir.
Rencana Kunjungan DP ke Umat
Sebagai usaha pengurus Dewan Paroki menyapa & menjalin hubungan/komunikasi dengan umat maka akan dijadwalkan kegiatan kunjungan ke rumah umat. Pengurus DP yang datang terdiri dari unsur romo, ketua dewan, sekretaris, bendahara, unsur koordinator bidang. Kunjungan ini berkoordinasi dengan para Ketua Wilayah & Pendamping Komunitas. Semoga segera terealisasi! (zo)
“AKHIRNYA TUNTUNG JUA!”
Begitulah pernyataan seorang anggota Panitia Ad Hoc saat mengakhiri rapat pembahasan Program Kerja Dewan Paroki (DP) tgl 10 Juli lalu. Panitia Ad Hoc diketuai ibu Angelika Gaby Siantory ini mengemban amanat Raker DP untuk menggodog materi program kerja yang telah disodorkan setiap seksi. Panitia Ad Hoc terdiri dari DP Harian, 7 Ketua Wilayah, 4 Koordinator Bidang & 2 notulen. Mereka rapat di pastoran dalam 3 seri waktu yakni 23-26 Juni, 30 Juni-2 Juli & 8-10 Juli 2008 (total 10 hari) dari jam 20.00-22.00 wita.
Mekanisme kerja rapat adalah para ketua seksi secara bergiliran,sesuai jadwal, memaparkan rencana program kerja secara lebih detail dengan memperhatikan masukan raker. Rencana tersebut dibahas untuk menentukan tolok ukur pencapaian keberhasilan, tata waktu kegiatan & perhitungan anggaran. Program yang dinilai belum memnuhi keperluan paroki ditangguhkan atau dihilangkan.
Melihat padatnya rencana kegiatan maka kesekretariatan DP menyusun kalender kegiatan agar pelaksanaan tidak tumpang tidih & terkoordinir.
Rencana Kunjungan DP ke Umat
Sebagai usaha pengurus Dewan Paroki menyapa & menjalin hubungan/komunikasi dengan umat maka akan dijadwalkan kegiatan kunjungan ke rumah umat. Pengurus DP yang datang terdiri dari unsur romo, ketua dewan, sekretaris, bendahara, unsur koordinator bidang. Kunjungan ini berkoordinasi dengan para Ketua Wilayah & Pendamping Komunitas. Semoga segera terealisasi! (zo)
Label:
dewan paroki
SEPUTAR PAROKI 2
GUA MARIA : MAKIN ASRI DENGAN TAMAN
Ketua Dewan meninjau bagian atas gua“Wah, guanya kelihatan cantik ya bu, setelah ditanami tanaman di atas dan di sekitar gua!” Demikian komentar suster Kristiana, SPM ketika mengunjungi Gua Maria Kelayan yang sedang dibangun (13/7). Meskipun belum sepenuhnya selesai, namun saat ini Gua Maria terlihat lebih asri dengan dibangunnya pagar dan taman yang melingkar dari depan sampai belakang gua. Di atas gua juga sudah ditanami beberapa tanaman dan untuk perawatan tanaman serta pembersihan di bagian ini, di belakang gua dibuat tangga untuk naik sampai ke atas gua. Namun bagi para orang tua yang mempunyai anak kecil perlu waspada agar tidak membiarkan anak-anaknya naik tanpa pengawasan.
Ketua Dewan meninjau bagian atas gua“Wah, guanya kelihatan cantik ya bu, setelah ditanami tanaman di atas dan di sekitar gua!” Demikian komentar suster Kristiana, SPM ketika mengunjungi Gua Maria Kelayan yang sedang dibangun (13/7). Meskipun belum sepenuhnya selesai, namun saat ini Gua Maria terlihat lebih asri dengan dibangunnya pagar dan taman yang melingkar dari depan sampai belakang gua. Di atas gua juga sudah ditanami beberapa tanaman dan untuk perawatan tanaman serta pembersihan di bagian ini, di belakang gua dibuat tangga untuk naik sampai ke atas gua. Namun bagi para orang tua yang mempunyai anak kecil perlu waspada agar tidak membiarkan anak-anaknya naik tanpa pengawasan.
Label:
seputar paroki
DIAKONIA
SENSUS UMAT 2008
Sebagai sarana mengetahui dinamika umat paroki untuk mendukung kegiatan administrasi pelayanan umat serta kegiatan-kegiatan pastoral, maka mulai 12 Juli 2008 dilaksanakan sensus umat. Formulir Data Keluarga Umat Katolik telah dibagikan ke ketua komunitas untuk diteruskan ke umat yang ada di komunitasnya masing-masing.
Hal yang Diperhatikan
Beberapa umat ada yang bertanya, “Kok ngisi formulir ini lagi…tahun lalu kan sudah?” Pada prinsipnya sensus umat dilaksanakan tiap tahun untuk mendapatkan data yang akurat. Namun demikian keakuratan data tetap tergantung pada kerelaan dan partisipasi umat dalam mengisi data secara lengkap dan benar. Beberap hal yang perlu mendapatkan perhatian dan hal ini sudah disampaikan kepada ketua komunitas adalah sbb:
1. Umat yang didaftarkan dalam Data Umat adalah umat Katolik atau simpatisan dan berdomisili dalam wilayah Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan.
2. Umat yang masih menjadi tanggungan suatu keluarga dan untuk sementara waktu berada di luar wilayah Paroki Kelayan karena study, pekerjaan, dll tetap didaftarkan dalam Data Umat tetapi mohon diberikan keterangan pada kolom 17 (Domisili).
3. Bila dalam satu rumah terdiri dari beberapa keluarga, maka setiap kepala keluarga mempergunakan 1 formulir Data Umat.
4. Bagi perantau, meskipun belum menikah, tetap dihitung satu KK.
Taman di depan guaDiharapkan akhir bulan Juli ini semua data keluarga sudah terkumpul dan akan diolah dengan program data umat yang saat ini sedang dibuat oleh seorang umat yang dengan rela memberikan kemampuannya di bidang ini.
Partisipasi umat sangat diharapkan demi suksesnya sensus umat 2008 ini!
Kartu Keluarga & Nomor Induk KK
Setelah data diproses, setiap keluarga akan mendapatkan Kartu Keluarga dengan no induk masing-masing, sehingga untuk sensus yang akan datang setiap keluarga tinggal melaporkan perubahan (jika ada) pada Kartu Keluarga yang dipegang oleh keluarga ybs.
Sadar Dokumen GerejaSebagian umat yang sudah mengembalikan formulir tidak bisa menyajikan tempat dan tanggal pada saat mereka menerimakan Sakramen Baptis & Krisma karena mereka tak memiliki dokumen tersebut. Seperti halnya kita memiliki KTP & Kartu Keluarga agar mendapat identitas resmi di hadapan negara, maka sudah selayaknya kita mengusahakan surat-surat atau dokumen sebagai bukti anggota gereja. Bagi umat yang berdomisili di kota Banjarmasin akan dipermudah dengan meminta surat Baptis dimana dulu dibaptis. Di surat baptis tersebut sudah tercatat juga tempat & waktu penerimaan Sakramen Krismanya. (smr)
Sebagai sarana mengetahui dinamika umat paroki untuk mendukung kegiatan administrasi pelayanan umat serta kegiatan-kegiatan pastoral, maka mulai 12 Juli 2008 dilaksanakan sensus umat. Formulir Data Keluarga Umat Katolik telah dibagikan ke ketua komunitas untuk diteruskan ke umat yang ada di komunitasnya masing-masing.
Hal yang Diperhatikan
Beberapa umat ada yang bertanya, “Kok ngisi formulir ini lagi…tahun lalu kan sudah?” Pada prinsipnya sensus umat dilaksanakan tiap tahun untuk mendapatkan data yang akurat. Namun demikian keakuratan data tetap tergantung pada kerelaan dan partisipasi umat dalam mengisi data secara lengkap dan benar. Beberap hal yang perlu mendapatkan perhatian dan hal ini sudah disampaikan kepada ketua komunitas adalah sbb:
1. Umat yang didaftarkan dalam Data Umat adalah umat Katolik atau simpatisan dan berdomisili dalam wilayah Paroki Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda Kelayan.
2. Umat yang masih menjadi tanggungan suatu keluarga dan untuk sementara waktu berada di luar wilayah Paroki Kelayan karena study, pekerjaan, dll tetap didaftarkan dalam Data Umat tetapi mohon diberikan keterangan pada kolom 17 (Domisili).
3. Bila dalam satu rumah terdiri dari beberapa keluarga, maka setiap kepala keluarga mempergunakan 1 formulir Data Umat.
4. Bagi perantau, meskipun belum menikah, tetap dihitung satu KK.
Taman di depan guaDiharapkan akhir bulan Juli ini semua data keluarga sudah terkumpul dan akan diolah dengan program data umat yang saat ini sedang dibuat oleh seorang umat yang dengan rela memberikan kemampuannya di bidang ini.
Partisipasi umat sangat diharapkan demi suksesnya sensus umat 2008 ini!
Kartu Keluarga & Nomor Induk KK
Setelah data diproses, setiap keluarga akan mendapatkan Kartu Keluarga dengan no induk masing-masing, sehingga untuk sensus yang akan datang setiap keluarga tinggal melaporkan perubahan (jika ada) pada Kartu Keluarga yang dipegang oleh keluarga ybs.
Sadar Dokumen GerejaSebagian umat yang sudah mengembalikan formulir tidak bisa menyajikan tempat dan tanggal pada saat mereka menerimakan Sakramen Baptis & Krisma karena mereka tak memiliki dokumen tersebut. Seperti halnya kita memiliki KTP & Kartu Keluarga agar mendapat identitas resmi di hadapan negara, maka sudah selayaknya kita mengusahakan surat-surat atau dokumen sebagai bukti anggota gereja. Bagi umat yang berdomisili di kota Banjarmasin akan dipermudah dengan meminta surat Baptis dimana dulu dibaptis. Di surat baptis tersebut sudah tercatat juga tempat & waktu penerimaan Sakramen Krismanya. (smr)
PEWARTAAN
MEMIMPIN IBADAT SABDA TIDAK SULIT!
Keluhan
Seorang pendamping komunitas kebingungan ketika sampai waktunya menyiapkan bahan pertemuan bulanan komunitas. Bahan pertemuan itu tak lain adalah ibadat sabda. Sang pendamping komunitas & beberapa pengurus merasa kebingungan bagaimana mesti menyiapkan ibadat sabda, memilih bacaan Kitab Suci apalagi mengupasnya dalam renungan. Rupanya masalah ini juga sering menimpa pengurus komunitas pada umumnya. Keluhan utama adalah pemandu merasa tidak memiliki bekal ilmu tentang Kitab Suci atau pengajaran iman Katolik, tidak berani ataupun grogi saat memimpin apalagi berbicara panjang lebar di hadapan umat di komunitas, dan tentu saja memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyusun sebuah ibadat sabda.
Materi
Seksi Pendalaman Iman Bidang Pewartaan mencoba menjawab permasalahan ini dengan menyiapkan “Pelatihan Pemandu Ibadat Sabda Komunitas”. Saat ini materi pelatihan telah disusun dalam bentuk buku dan dijadwalkan bulan Agustus 2008 akan dilaksanakan pelatihan tersebut. Secara umum materi mengulas persyaratan yang perlu dimiliki seorang pemandu ibadat sabda, persiapan sebelum ibadat sabda, tata upacara ibadat sabda, model-model renungan/khotbah, skema khotbah, dan ciri-ciri khotbah yang baik.
Kesempatan Bagus
Pelatihan merupakan sebuah seri pertemuan dengan teori dan praktek yang akan disajikan oleh Tim Kerja Bidang Pewataan. Oleh karena itu jangan lewatkan kesempatan ini bagi potensi umat yang terpanggil di setiap komunitas. Setelah mengetahui hal ikhwal memimpin ibadat sabda maka mereka yang mengikuti pelatihan akan berkata,”….memimpin ibadat sabda tidak sulit!” (zo)
PERAYAAN EKARISTI UNTUK KELUARGA
Setiap Jumat II dalam Bulan
Salah satu program dari Seksi Keluarga yakni Perayaan Ekaristi Keluarga digulirkan mulai Agustus 2008. Tepatnya setiap Jumat II dalam bulan jam 18.00 wita bertempat di gereja. Tujuan perayaan ekaristi ini adalah meningkatkan kualitas hidup rohani keluarga dan memberikan kesempatan bagi setiap pasutri untuk menyampaikan ujud syukur peringatan penerimaan Sakramen Perkawinan pada bulan tersebut. Para pasutri mendapatkan kesempatan untuk membaharui kembali janji nikah. Homili pastor dikhususkan untuk pembinaan kehidupan keluarga. Petugas liturgi dilayani oleh keluarga-keluarga. Misa ini terbuka bagi keluarga maupun pasutri dari paroki yang ada di kota Banjarmasin.
Jangan lewatkan kesempatan misa setiap Minggu kedua jam 18.00 setiap bulannya! Jadwal terdekat Jumat 8 Agustus 2008 dan bagi pasutri yang berulang tahun perkawinan pada bulan Agustus 2008 silakan menuliskan nama, tanggal penerimaan Sakramen Perkawinan & peringatan yang ke berapa pada formulir yang telah disediakan Sekretariat Paroki untuk mendapatkan doa dan berkat khusus saat Perayaan Ekaristi Keluarga! (zo)
PELAJARAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI ATAU SWASTA NON KATOLIK
Umat yang memiliki putra-putri yang bersekolah di sekolah negeri atau swasta non Katolik tingkat SD & SMP di wilayah Paroki Kelayan apabila pelajaran agama Katoliknya belum terlayani maka dapat mengisi formulir pendaftaran di Sekretariat Paroki. Diharapkan sebelum tgl 3 Agustus 2008 formulir data anak sudah terkumpul. Kegiatan ini merupakan bentuk usaha Dewan Paroki bekerja sama dengan guru-guru agama Katolik dalam melayani keperluan umat.
Orang tua/wali anak akan mendapatkan pengarahan pada Minggu 3 Agustus jam 10.00 wita di Pendopo Santo Yoseph. Ada pun siswa tingkat SMA dapat bergabung dalam pelajaran agama Katolik yang diselenggarakan di Katedral. (zo)
Keluhan
Seorang pendamping komunitas kebingungan ketika sampai waktunya menyiapkan bahan pertemuan bulanan komunitas. Bahan pertemuan itu tak lain adalah ibadat sabda. Sang pendamping komunitas & beberapa pengurus merasa kebingungan bagaimana mesti menyiapkan ibadat sabda, memilih bacaan Kitab Suci apalagi mengupasnya dalam renungan. Rupanya masalah ini juga sering menimpa pengurus komunitas pada umumnya. Keluhan utama adalah pemandu merasa tidak memiliki bekal ilmu tentang Kitab Suci atau pengajaran iman Katolik, tidak berani ataupun grogi saat memimpin apalagi berbicara panjang lebar di hadapan umat di komunitas, dan tentu saja memiliki kemampuan yang terbatas dalam menyusun sebuah ibadat sabda.
Materi
Seksi Pendalaman Iman Bidang Pewartaan mencoba menjawab permasalahan ini dengan menyiapkan “Pelatihan Pemandu Ibadat Sabda Komunitas”. Saat ini materi pelatihan telah disusun dalam bentuk buku dan dijadwalkan bulan Agustus 2008 akan dilaksanakan pelatihan tersebut. Secara umum materi mengulas persyaratan yang perlu dimiliki seorang pemandu ibadat sabda, persiapan sebelum ibadat sabda, tata upacara ibadat sabda, model-model renungan/khotbah, skema khotbah, dan ciri-ciri khotbah yang baik.
Kesempatan Bagus
Pelatihan merupakan sebuah seri pertemuan dengan teori dan praktek yang akan disajikan oleh Tim Kerja Bidang Pewataan. Oleh karena itu jangan lewatkan kesempatan ini bagi potensi umat yang terpanggil di setiap komunitas. Setelah mengetahui hal ikhwal memimpin ibadat sabda maka mereka yang mengikuti pelatihan akan berkata,”….memimpin ibadat sabda tidak sulit!” (zo)
PERAYAAN EKARISTI UNTUK KELUARGA
Setiap Jumat II dalam Bulan
Salah satu program dari Seksi Keluarga yakni Perayaan Ekaristi Keluarga digulirkan mulai Agustus 2008. Tepatnya setiap Jumat II dalam bulan jam 18.00 wita bertempat di gereja. Tujuan perayaan ekaristi ini adalah meningkatkan kualitas hidup rohani keluarga dan memberikan kesempatan bagi setiap pasutri untuk menyampaikan ujud syukur peringatan penerimaan Sakramen Perkawinan pada bulan tersebut. Para pasutri mendapatkan kesempatan untuk membaharui kembali janji nikah. Homili pastor dikhususkan untuk pembinaan kehidupan keluarga. Petugas liturgi dilayani oleh keluarga-keluarga. Misa ini terbuka bagi keluarga maupun pasutri dari paroki yang ada di kota Banjarmasin.
Jangan lewatkan kesempatan misa setiap Minggu kedua jam 18.00 setiap bulannya! Jadwal terdekat Jumat 8 Agustus 2008 dan bagi pasutri yang berulang tahun perkawinan pada bulan Agustus 2008 silakan menuliskan nama, tanggal penerimaan Sakramen Perkawinan & peringatan yang ke berapa pada formulir yang telah disediakan Sekretariat Paroki untuk mendapatkan doa dan berkat khusus saat Perayaan Ekaristi Keluarga! (zo)
PELAJARAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH NEGERI ATAU SWASTA NON KATOLIK
Umat yang memiliki putra-putri yang bersekolah di sekolah negeri atau swasta non Katolik tingkat SD & SMP di wilayah Paroki Kelayan apabila pelajaran agama Katoliknya belum terlayani maka dapat mengisi formulir pendaftaran di Sekretariat Paroki. Diharapkan sebelum tgl 3 Agustus 2008 formulir data anak sudah terkumpul. Kegiatan ini merupakan bentuk usaha Dewan Paroki bekerja sama dengan guru-guru agama Katolik dalam melayani keperluan umat.
Orang tua/wali anak akan mendapatkan pengarahan pada Minggu 3 Agustus jam 10.00 wita di Pendopo Santo Yoseph. Ada pun siswa tingkat SMA dapat bergabung dalam pelajaran agama Katolik yang diselenggarakan di Katedral. (zo)
LITURGI
PELATIHAN PADUAN SUARA
Paduan Suara / Koor adalah sebuah cabang seni musik dan merupakan suatu ketrampilan yang memiliki ukuran keindahan musikal yang dapat diapresiasi oleh pemerhati serta memerlukan proses belajar/ latihan. Paduan suara/koor dilakukan secara berkelompok (ansamble) dimana vokal adalah sumber musiknya. Menyadari bahwa Paduan Suara Paroki (PSP) Gereja St.Perawan Maria-Kelayan masih memerlukan peningkatan kualitas ketrampilan dasar yang dimiliki oleh penyanyinya, maka pada hari Senin-Selasa, 7-8 Juli 2008 pukul 19.00 – 22.00 WITA di pendopo Santo Yosef dilaksanakan pelatihan vokal untuk anggota paduan suara. Pelatihan yang dibimbing oleh Bp. Frans Suharto, seorang pelatih koor di Keuskupan Bandung, ini diikuti oleh 40 orang peserta dari anggota PSP Serafim serta perwakilan umat yang memiliki minat dalam bidang tarik suara. Persiapan kegiatan ini dilakukan dalam waktu beberapa hari saja. Semua berawal pada hari Kamis, 3 Juli 2008, ketika PSP Serafim mengadakan latihan terakhir untuk persiapan kaul kekal suster SFD, Bp. Frans yang saat itu mendampingi saudaranya berlatih bulu tangkis datang ke tempat latihan dan memberikan beberapa masukan. Merasa belum cukup dengan masukan yang diberikan oleh Bp Frans, maka Sdr. Toto selaku koordinator bidang liturgi meminta Bp Frans untuk memberikan pelatihan lebih lanjut.
Latihan pernapasan diafragmaDalam pelatihan tersebut, Bp Frans mengajarkan teknik-teknik vokal bagi para penyanyi paduan suara meliputi teknik pernafasan (dengan memanfaatkan diafragma), produksi suara (penempatan dan focus) serta resonansi. Ternyata hampir semua peserta merasa kesulitan dalam memanfaatkan diafragma dan memproduksi suara secara benar. Oleh karena itu Bp. Frans berpesan agar teknik yang diajarkannya dapat dilatih secara rutin, disiplin dan dikembangkan secara individual oleh masing-masing penyanyi serta tidak hanya mengandalkan proses latihan dalam kelompok. Terhadap kelompok paduan suara sendiri beliau berharap agar pada setiap latihan koor dimulai dengan berlatih teknik vokal ini. Penyeragaman kemampuan anggota paduan suara juga sangat diperlukan. Untuk itu bagi penyanyi paduan suara yang merasa kemampuan yang dimilikinya jauh di bawah anggota lain hendaknya berlatih lebih keras lagi.
Para peserta pelatihanTentang Pelatih
Bp Frans yang lahir pada 3 Agustus 1958, telah bergelut di bidang paduan suara selama 30 tahun. Saat ini aktif melatih PS Gita Prasama, SD Santa Ursula, Bandung dan tahun kemarin (2007), paduan suara yang dilatihnya ini meraih juara pertama pada Festival Paduan Suara antar SD Katolik se-Jawa Barat. Beliau mengaku tidak pernah mengikuti pendidikan musik secara formal, namun beliau telah belajar vokal dari banyak pakar seperti: Bp. FA Warsono, Ibu Catharina Leimena, Christopher Abimanyu, Ir. Sudaryanto, Ir. Indra Listyanto serta pernah aktif selama 3 tahun (1980-1983) di Paduan Suara Vocalista Sonora PML Yogyakarta. (smr)
Paduan Suara / Koor adalah sebuah cabang seni musik dan merupakan suatu ketrampilan yang memiliki ukuran keindahan musikal yang dapat diapresiasi oleh pemerhati serta memerlukan proses belajar/ latihan. Paduan suara/koor dilakukan secara berkelompok (ansamble) dimana vokal adalah sumber musiknya. Menyadari bahwa Paduan Suara Paroki (PSP) Gereja St.Perawan Maria-Kelayan masih memerlukan peningkatan kualitas ketrampilan dasar yang dimiliki oleh penyanyinya, maka pada hari Senin-Selasa, 7-8 Juli 2008 pukul 19.00 – 22.00 WITA di pendopo Santo Yosef dilaksanakan pelatihan vokal untuk anggota paduan suara. Pelatihan yang dibimbing oleh Bp. Frans Suharto, seorang pelatih koor di Keuskupan Bandung, ini diikuti oleh 40 orang peserta dari anggota PSP Serafim serta perwakilan umat yang memiliki minat dalam bidang tarik suara. Persiapan kegiatan ini dilakukan dalam waktu beberapa hari saja. Semua berawal pada hari Kamis, 3 Juli 2008, ketika PSP Serafim mengadakan latihan terakhir untuk persiapan kaul kekal suster SFD, Bp. Frans yang saat itu mendampingi saudaranya berlatih bulu tangkis datang ke tempat latihan dan memberikan beberapa masukan. Merasa belum cukup dengan masukan yang diberikan oleh Bp Frans, maka Sdr. Toto selaku koordinator bidang liturgi meminta Bp Frans untuk memberikan pelatihan lebih lanjut.
Latihan pernapasan diafragmaDalam pelatihan tersebut, Bp Frans mengajarkan teknik-teknik vokal bagi para penyanyi paduan suara meliputi teknik pernafasan (dengan memanfaatkan diafragma), produksi suara (penempatan dan focus) serta resonansi. Ternyata hampir semua peserta merasa kesulitan dalam memanfaatkan diafragma dan memproduksi suara secara benar. Oleh karena itu Bp. Frans berpesan agar teknik yang diajarkannya dapat dilatih secara rutin, disiplin dan dikembangkan secara individual oleh masing-masing penyanyi serta tidak hanya mengandalkan proses latihan dalam kelompok. Terhadap kelompok paduan suara sendiri beliau berharap agar pada setiap latihan koor dimulai dengan berlatih teknik vokal ini. Penyeragaman kemampuan anggota paduan suara juga sangat diperlukan. Untuk itu bagi penyanyi paduan suara yang merasa kemampuan yang dimilikinya jauh di bawah anggota lain hendaknya berlatih lebih keras lagi.
Para peserta pelatihanTentang Pelatih
Bp Frans yang lahir pada 3 Agustus 1958, telah bergelut di bidang paduan suara selama 30 tahun. Saat ini aktif melatih PS Gita Prasama, SD Santa Ursula, Bandung dan tahun kemarin (2007), paduan suara yang dilatihnya ini meraih juara pertama pada Festival Paduan Suara antar SD Katolik se-Jawa Barat. Beliau mengaku tidak pernah mengikuti pendidikan musik secara formal, namun beliau telah belajar vokal dari banyak pakar seperti: Bp. FA Warsono, Ibu Catharina Leimena, Christopher Abimanyu, Ir. Sudaryanto, Ir. Indra Listyanto serta pernah aktif selama 3 tahun (1980-1983) di Paduan Suara Vocalista Sonora PML Yogyakarta. (smr)
SEPUTAR PAROKI
Kaul Kekal Suster SFD dan Pesta Panca Windu Hidup Membiara Suster Sophia SFD dan Suster Theresiani SFD
Pada perayaan ekaristi Minggu pagi, 6 Juli 2008, di paroki Kelayan dilangsungkan upacara kaul kekal Suster Theresiani Fahik, SFD dan Suster Sophia Evi Erlina, SFD serta Pesta Panca Windu (40 tahun) hidup membiara Suster Dominique Go Swan Nio, SFD. Perayaan tersebut dipimpin oleh Bapak Uskup, Mgr FX Prajasuta, MSF sebagai konselebran utama didampingi romo Allparis Pr, romo Lioe Fut Khin MSF dan 2 imam dari Keuskupan Palangka Raya.
Upacara kaul kekal dalam perayaan ekaristi tersebut diawali dengan penyerahan pihak keluarga para pengkaul kepada kongregasi. Selanjutnya suster Theresiani dan suster Sophia menyatakan janji setia, mengikrarkan kaul kekal yang kemudian disusul dengan pembaharuan kaul oleh suster Dominique dan dilanjutkan dengan penandatanganan akte kaul serta pemberkatan cincin.
Dalam homilinya bapak Uskup menyatakan berberapa hal sbb:
1. Hidup membiara hanya dapat dijalankan dengan iman.
2. Hidup membiara harus dihayati seperti orang yang berjalan dengan 2 kaki, kaki pertama adalah kaul, dan yang kedua adalah komunitas.
3. Para religius hendaknya menyadari bahwa mereka tetap manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian yang dijalankan para religius hanya dapat memiliki arti bila ada peneguhan kasih.
Bila hidup membiara dihayati dengan beberapa hal tersebut, maka akan dapat menjadi berkat bagi diri sendiri, orang lain dan gereja. Sebaliknya bila kaul dilihat dari segi yuridis dan moral, maka hidup membiara akan menjadi sebuah beban.
Bapak uskup juga mengharap agar umat hendaknya ikut bersyukur pada Tuhan dan mendoakan para religius agar menghayati imannya secara benar. Di samping itu hendaknya keluarga-keluarga menjadi tempat pesemaian hidup religius mengingat keprihatinan keuskupan Banjarmasin sekarang ini adalah minimnya panggilan.
Secara khusus, dengan mengutip pernyataan ibu Theresa, bapak Uskup berpesan kepada suster yang berkaul dan para religius bahwa para religius tidak dipanggil untuk sukses tapi dipanggil untuk setia meneruskan kebaikan dan kasih Allah dalam gereja dan masyarakat.
Setelah perayaan ekaristi selesai, acara dilanjutkan dengan perayaan syukur di Aula SD Santa Maria. (smr)
Biodata suster yang berkaul kekal adalah sbb:
1. Sr Theresiani Theresia M. Frida Fahik, SFD
Lahir di Atambua/Bellu, 15 Oktober 1978 putri ke-6 dari sembilan bersaudara dari Bp. Petrus Yosef fahik (Alm) dan Ibu Anna Lan Moy. Pendididkan SD dan SMP dijalani di Atambua/Bellu kemudian melanjutkan ke SMUK di Kefamenanu/TTU dan lulus tahun 1998. Tahun 1999 masuk biara SFD di Medan, Sumatera Utara. Suster Theresiani mengawali tugasnya di Buntok tahun 2002-2005, kemudian pindah ke Muara Teweh dan pada tahun 2006-sekarang bertugas di Palangka Raya.
2. Suster Maria Sophia Evi Erlina, SFD
Lahir di Bundar, 24 Desember 1982 putri ke-7 dari delapan bersaudara dari Bp. Harip Tagan dan Ibu Nuramin. Mengenyam bangku SD di Muruga, Kec. Dusun Utara, tamat tahun 1992. Bangku SMP dijalani di Bundar, Kec. Dusun Utara dan melanjutkan ke SMU di Pulang Pisau, Kab. Kapuas, lulus tahun 1998. Tahun 1999 masuk biara di Pati-Jawa Tengah dan kemudian tahun 2002 melanjutkan ke biara SFD di Medan, Sumatera Utara. Tahun 2002-2004 Suster Sophia bertugas di Muara Teweh, kemudian pindah ke Palangka Raya dan bertugas di sana dari tahun 2004 sampai 2007. Sejak tahun kemarin (20/07) bertugas di Banjarmasin. Di paroki Kelayan, suster Sophia banyak berkecimpung dalam pembinaan misdinar dan Bina Iman Anak. (smr)
Pada perayaan ekaristi Minggu pagi, 6 Juli 2008, di paroki Kelayan dilangsungkan upacara kaul kekal Suster Theresiani Fahik, SFD dan Suster Sophia Evi Erlina, SFD serta Pesta Panca Windu (40 tahun) hidup membiara Suster Dominique Go Swan Nio, SFD. Perayaan tersebut dipimpin oleh Bapak Uskup, Mgr FX Prajasuta, MSF sebagai konselebran utama didampingi romo Allparis Pr, romo Lioe Fut Khin MSF dan 2 imam dari Keuskupan Palangka Raya.
Upacara kaul kekal dalam perayaan ekaristi tersebut diawali dengan penyerahan pihak keluarga para pengkaul kepada kongregasi. Selanjutnya suster Theresiani dan suster Sophia menyatakan janji setia, mengikrarkan kaul kekal yang kemudian disusul dengan pembaharuan kaul oleh suster Dominique dan dilanjutkan dengan penandatanganan akte kaul serta pemberkatan cincin.
Dalam homilinya bapak Uskup menyatakan berberapa hal sbb:
1. Hidup membiara hanya dapat dijalankan dengan iman.
2. Hidup membiara harus dihayati seperti orang yang berjalan dengan 2 kaki, kaki pertama adalah kaul, dan yang kedua adalah komunitas.
3. Para religius hendaknya menyadari bahwa mereka tetap manusia yang mempunyai kelebihan dan kekurangan.
4. Kaul ketaatan, kemiskinan dan kemurnian yang dijalankan para religius hanya dapat memiliki arti bila ada peneguhan kasih.
Bila hidup membiara dihayati dengan beberapa hal tersebut, maka akan dapat menjadi berkat bagi diri sendiri, orang lain dan gereja. Sebaliknya bila kaul dilihat dari segi yuridis dan moral, maka hidup membiara akan menjadi sebuah beban.
Bapak uskup juga mengharap agar umat hendaknya ikut bersyukur pada Tuhan dan mendoakan para religius agar menghayati imannya secara benar. Di samping itu hendaknya keluarga-keluarga menjadi tempat pesemaian hidup religius mengingat keprihatinan keuskupan Banjarmasin sekarang ini adalah minimnya panggilan.
Secara khusus, dengan mengutip pernyataan ibu Theresa, bapak Uskup berpesan kepada suster yang berkaul dan para religius bahwa para religius tidak dipanggil untuk sukses tapi dipanggil untuk setia meneruskan kebaikan dan kasih Allah dalam gereja dan masyarakat.
Setelah perayaan ekaristi selesai, acara dilanjutkan dengan perayaan syukur di Aula SD Santa Maria. (smr)
Biodata suster yang berkaul kekal adalah sbb:
1. Sr Theresiani Theresia M. Frida Fahik, SFD
Lahir di Atambua/Bellu, 15 Oktober 1978 putri ke-6 dari sembilan bersaudara dari Bp. Petrus Yosef fahik (Alm) dan Ibu Anna Lan Moy. Pendididkan SD dan SMP dijalani di Atambua/Bellu kemudian melanjutkan ke SMUK di Kefamenanu/TTU dan lulus tahun 1998. Tahun 1999 masuk biara SFD di Medan, Sumatera Utara. Suster Theresiani mengawali tugasnya di Buntok tahun 2002-2005, kemudian pindah ke Muara Teweh dan pada tahun 2006-sekarang bertugas di Palangka Raya.
2. Suster Maria Sophia Evi Erlina, SFD
Lahir di Bundar, 24 Desember 1982 putri ke-7 dari delapan bersaudara dari Bp. Harip Tagan dan Ibu Nuramin. Mengenyam bangku SD di Muruga, Kec. Dusun Utara, tamat tahun 1992. Bangku SMP dijalani di Bundar, Kec. Dusun Utara dan melanjutkan ke SMU di Pulang Pisau, Kab. Kapuas, lulus tahun 1998. Tahun 1999 masuk biara di Pati-Jawa Tengah dan kemudian tahun 2002 melanjutkan ke biara SFD di Medan, Sumatera Utara. Tahun 2002-2004 Suster Sophia bertugas di Muara Teweh, kemudian pindah ke Palangka Raya dan bertugas di sana dari tahun 2004 sampai 2007. Sejak tahun kemarin (20/07) bertugas di Banjarmasin. Di paroki Kelayan, suster Sophia banyak berkecimpung dalam pembinaan misdinar dan Bina Iman Anak. (smr)
Label:
seputar paroki
HABAR KOMKA
Bioskop Mini : Nonton Bareng Film Santo Paulus
Malam minggu jam 8, tanggal 28 Juni 2008 di pastoran Kelayan, Komka Santa Maria didukung oleh Rm. Allparis, Pr mengadakan nonton bareng film Santo Paulus.
Diiringi rintik hujan yang turun sejak sore hari, membuat suasana bioskop mini agak dingin. Sekitar 45 orang yang terdiri dari teman - teman OMK Santa Maria, umat Paroki Kelayan dan para suster SFD hadir pada malam itu dan meramaikan suasana nonton film Santo Paulus.
Duduk lesehan di atas karpet, membuat suasana kekeluargaan teman-teman KOMKA Santa Maria begitu terasa. Segala senda gurau dan canda tawa mengiringi nonton film tsb, jagung rebus juga disediakan teman-teman sebagai konsumsi sambil nonton, walau ada yang merasa jagung itu ketuaan jadi susah dimakan (hehehehe).
Malam minggu jam 8, tanggal 28 Juni 2008 di pastoran Kelayan, Komka Santa Maria didukung oleh Rm. Allparis, Pr mengadakan nonton bareng film Santo Paulus.
Diiringi rintik hujan yang turun sejak sore hari, membuat suasana bioskop mini agak dingin. Sekitar 45 orang yang terdiri dari teman - teman OMK Santa Maria, umat Paroki Kelayan dan para suster SFD hadir pada malam itu dan meramaikan suasana nonton film Santo Paulus.
Duduk lesehan di atas karpet, membuat suasana kekeluargaan teman-teman KOMKA Santa Maria begitu terasa. Segala senda gurau dan canda tawa mengiringi nonton film tsb, jagung rebus juga disediakan teman-teman sebagai konsumsi sambil nonton, walau ada yang merasa jagung itu ketuaan jadi susah dimakan (hehehehe).
Dalam film tsb, dikisahkan perjuangan Santo Paulus dalam mewartakan Kristus di masa itu dengan begitu banyak tantangan dihadapi.
Refleksi yang dapat ditarik oleh KOMKA Santa Maria dari film Santo Paulus tsb adalah: “Bagaimana kita dapat menjadi seorang Santo Paulus masa kini, yang berani mewartakan kasih Kristus sebagai minoritas di tengah masyarakat dan juga di tengah peradaban zaman yang semakin maju?”
Buat teman-teman muda, mari bergabung bersama KOMKA Santa Maria Kelayan, sebab di bulan Agustus kita akan mengadakan perayaan bersama Tujuh Belasan, juga ada kegiatan-kegiatan orang muda lainnya, yang pastinya seru!!!! Ada Romo Allparis juga löh yang selalu setia mendampingi kita, hehehe... Gabung dengan KOMKA Santa Maria, ngapain nunggu???? (Tommy & Agus_bli)
Refleksi yang dapat ditarik oleh KOMKA Santa Maria dari film Santo Paulus tsb adalah: “Bagaimana kita dapat menjadi seorang Santo Paulus masa kini, yang berani mewartakan kasih Kristus sebagai minoritas di tengah masyarakat dan juga di tengah peradaban zaman yang semakin maju?”
Buat teman-teman muda, mari bergabung bersama KOMKA Santa Maria Kelayan, sebab di bulan Agustus kita akan mengadakan perayaan bersama Tujuh Belasan, juga ada kegiatan-kegiatan orang muda lainnya, yang pastinya seru!!!! Ada Romo Allparis juga löh yang selalu setia mendampingi kita, hehehe... Gabung dengan KOMKA Santa Maria, ngapain nunggu???? (Tommy & Agus_bli)
DARI PASTOR PAROKI
TAHUN PAULUS
Saudara-saudara yang terkasih, Gereja mencanangkan bahwa tahun 2008-2009 sebagai Tahun Paulus, yaitu memperingati kelahiran santo Paulus . Tentu bukan masalah tepat tidaknya hari kelahiran Paulus. Gereja perlu menggali semangat santo Paulus, bagaimana ia mewartakan Injil dengan semangat yang berkobar. Saya tulskan cuplikan tentang Santo Paulus yang bersemangat untuk mewartkan Injil serta menghayatinya tanpa mengenal lelah.
“Kepribadian Paulus yang mampu dalam segala bidang ditampakkan dengan jelas dalam surat-suratnya, sebagaimana juga temperamennya, sifat kebapaan rohaninya, ketekunannya dan semangatnya yang berapi-api serta keberaniannya untuk mewartakan Injil. Dia memberi gambaran yang sangat jelas tentang dirinya sebagai seorang yang keras, tanpa kenal lelah dan tanpa cela dihadapan siapapun atau dan dalam hal apapun.
Dengan mengingat kata-kata Yesus, ia mengartikan penderitaan-penderitaannya: “Jika mereka menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga”. Yang ia maksudkan ialah “setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”, dan harus “mengalami banyak sengsara untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Keyakinannya ini didasarkan pada pengalaman pribadi. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus Paulus menulis: “Sampai pada saat ini kami lapar, haus dan telanjang, dipukuli dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat”. Reaksinya adalah jelas bersifat injili: “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu”[1].
Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, ia menulis “dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata”, Paulus “membanggakan diri” bahwa ia lebih kuat daripada para musuhnya oleh karena penderitaan dan “kelemahan”nya: “ Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! Apakah mereka pelayan Kristus? – aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dll.”
Semoga, semangat Santo Paulus ini menjadi inspirasi kita dalam meawrtakan Injil. Kita mampu melihat tempat kita berada menjadi harapan untuk mewartakan Injil.
RIWAYAT DAN PERJALANAN MISI RASUL PAULUS
Riwayat Singkat Hidup Paulus
Saulus/Paulus lahir di Tarsus daerah Kilikia, sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani. Ia dibesarkan dan dididik dalam kalangan Farisi oleh rabi terkenal Gamaliel. Ia dengan tegas dan fanatik mempertahankan agama Yahudi dan menaati hukum Taurat. Saulus berbakat sebagai seorang organisator dan pemimpin. Ia tegas, ramah, mudah marah namun setia pada teman-temannya. Ia seorang terpelajar dan pandai mengarang. Di sela-sela kerasulannya Paulus membuat kemah untuk nafkah hidup.
Pada awalnya, Saulus menganiaya umat Kristen perdana. Ia juga menyetujui pembunuhan Stefanus. Namun dalam perjalanan ke Damsyik (Damaskus) untuk mengorganisasi penangkapan orang-orang Kristen di kota itu, ia mengalami pengelihatan Yesus sehingga membutakan matanya. Setelah disembuhkan oleh Ananias, seorang murid Tuhan di Damsyik dan dibaptis, ia terpaksa mengungsi ke tanah Arab. Tiga tahun kemudian, ia meninggalkan daerah itu menuju Yerusalem dan bertemu dengan rasul-rasul yang menjadi murid Yesus. Di situ ia menumpang di rumah Petrus selama 15 hari dan kemudian pulang kembali ke Tarsus. Setelah 14 tahun di Tarsus, ia pergi lagi ke Yerusalem dan menggabungkan diri dengan komunitas para Rasul untuk mengikuti sidang (konsili) di Yerusalem tentang sunat.
Perjalanan Misi I : th. 44-49 (Kis 13:1-14:28)
Semula Saulus pergi bersama Barnabas ke pelabuhan Seleukia lalu dari sana berlayar ke Siprus sampai ke Antiokia. Dalam perjalanan misi ini ada perubahan nama dari Saulus (nama Yahudi) menjadi Paulus (nama Romawi). Cara pendekatan Paulus dalam misinya seperti Yesus dalam Injil, yaitu pergi ke Sinagoga dan pada hari Sabat berkotbah di rumah ibadat. Banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang bertobat dan seluruh penduduk kota berkumpul untuk mendengarkan Paulus pada hari Sabat berikutnya.
Kabar kebangkitan Kristus yang disampaikan Paulus dan Barnabas juga mendatangkan pertobatan bagi orang-orang bukan Yahudi dan bangsa-bangsa lain sehingga memperluas penyebaran Firman Allah. Oleh karena para pembesar kota itu iri hati terhadap pengaruh yang dibawa Paulus dan Barnabas, maka mereka menganiaya serta mengusir Paulus dan Barnabas sehingga keduanya meninggalkan Antiokia menuju Ikonium.
Di Ikonium, melalui kotbah, tanda-tanda dan mujizat, orang-orang Yahudi dan Yunani banyak yang menjadi percaya. Sementara itu sekelompok orang Yahudi lain merencanakan untuk menganiaya kedua rasul itu sehingga kedua rasul itu menyingkir ke Listra untuk melanjutkan pewartaan. Lagi-lagi di Listra mereka mendapatkan penganiayaan oleh orang-orang Yahudi dari Antiokia dan Ikonium yang menghasut rakyat untuk membunuh kedua rasul itu sehingga mereka berangkat ke Derbe.
Setelah mewartakan Injil di Derbe dan memperoleh banyak murid, mereka kembali ke Antiokia melalui Listra, Ikonium (tempat mereka pernah dianiaya). Mereka meneguhkan orang-orang yang bertobat melalui pengajaran serta mengangkat para pemimpin yang disebut penatua untuk melaksanakan pewartaan setelah Paulus dan Barnabas pergi.
Perjalanan Misi II : th.49-52 (Kis 15:36-18:22)
Pada perjalanan misi kedua, Paulus tidak bersama dengan Barnabas lagi. Ia membawa Silas ke Syria dan Kilikia. Dari situ Paulus pergi ke Derbe lalu ke Listra dan berjumpa dengan seorang murid bernama Timotius. Timotius diajak Paulus untuk mengunjungi dan menguatkan jemaat yang telah ada serta jemaat yang baru dibentuk. Paulus mengutip prinsip tunduk kepada hukum untuk memenangkan mereka yang berada di bawah hukum dengan menyunat Timotius yang merupakan seorang Yahudi agar tidak mendatangkan sandungan dalam mewartakan Injil di tengah-tengah orang Yahudi. Selanjutnya Roh Kudus menunjukkan pada Paulus bahwa ia harus pergi ke Makedonia, di benua Eropa.
Di Makedonia, di kota Filipi Paulus mendirikan jemaat yang terdiri dari orang-orang yang dulunya kafir. Di kota itu pula Paulus dan Silas dituduh menyebarkan ajaran yang melawan hukum sehingga mereka dicambuk dan dipenjara. Setelah melintasi jalan melalui Amfipolis dan Apolonia, Paulus dan Silas tiba di Tesalonika. Di situ banyak orang bergabung dengan Pulus dan Silas sehingga menimbulkan suatu permusuhan yang luar biasa dari pihak orang-orang Yahudi. Penganiayaan ini menghalangi Paulus, Silas dan Timotius untuk tinggal lebih lama di Tesalonika dan memaksa mereka lari ke Berea. Di sana mereka diterima dengan hangat tetapi sekelompok orang Tesalonika tetap mengejar mereka sehingga Paulus harus menyingkir ke Athena.
Di Athena, Paulus harus menghadapi para penyembah berhala dan ia diejek serta ditolak saat berbicara mengenai kebangkitan. Selanjutnya Paulus memutuskan untuk pergi ke Korintus, suatu tempat yang terkenal dengan imoralitasnya. Meskipun demikian, Paulus berhasil membuat banyak orang Yahudi dan orang kafir bertobat sehingga ia mendirikan jemaat di Korintus dan kota-kota sekitarnya. Setelah lebih dari setahun tinggal di kota itu Paulus berlayar ke Efesus menuju Kaisarea. Ia kemudian tinggal sebentar di Yerusalem dan mengakhiri perjalanan misi keduanya dengan kembali ke Antiokia.
Perjalanan Misi III: th. 53-58 (Kis 18:22-21:14)
Paulus memulai perjalanan misi ketiganya dari Asia kecil menuju Efesus. Di situ ia tinggal selama 2 tahun dan menulis surat kepada jemaat di Galatia dan surat pertama kepada jemaat di Korintus. Saat itu terjadi huru hara karena Paulus dituduh menyesatkan banyak orang sehingga setelah huru hara mereda Paulus pergi ke Makedonia dan menguatkan jemaat-jemaat yang telah didirikannya. Kemudian ia datang ke Miletus dan bertemu dengan para penatua yang memimpin jemaat di Efesus. Jalur perjalanan Paulus bergerak ke pulau Kos, Rodos dan ke pelabuhan Patara menuju Siprus ke pelabuhan Tirus, Ptolemais dan Kaisarea.
Perjalanan menuju Roma (Kis 21:17-28:31)
Meskipun orang-orang Kaisarea telah berusaha mencegah Paulus supaya jangan ke Yerusalem, Paulus tetap pergi ke sana dan akhirnya ditangkap karena dituduh menajiskan Bait Allah. Paulus tinggal di penjara selama dua tahun. Karena dia memiliki kewarganegaraan Romawi, maka ia dapat naik banding pada pengadilan Kaisar di Roma. Peristiwa kapal karam di pulau Malta pada perjalanannya ke Roma membuatnya tinggal selama 3 bulan musim dingin di Malta. Di sana Paulus melakukan penyembuhan terhadap penduduk setempat. Ketika akhirnya tiba di Roma, Paulus menjalani tahanan rumah selama 2 tahun. Selama masa ini diyakini bahwa Paulus menulis surat untuk Gereja di Efesus, Kolose dan Filipi. Paulus juga menulis surat-surat pribadi untuk Filemon, Timotius dan Titus. (smr)
Sumber Pustaka:
1. A.Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja III, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1993.
2. Dianne Bergant CSA & Robert J Karris OFM (editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, LBI, Kanisius, Yogyakarta, 2002.
3. Michael Collins & Mattew A.Price, The Story of Christianity, Kanisius, 2006.
4. Gregorius Sabinus, CP, Bahan Kursus Kitab Suci, 2006.
MISI BERARTI MENINGGALKAN
Misi berarti meninggalkan,
Pergi, melepas segala sesuatu,
Keluar dari diri sendiri,
Memecah dinding keegoisan yang memenjarakan kita ke dalam ke”aku”an
Misi berarti berhenti berkutat pada diri sendiri seolah-olah kita adalah pusat dari segala sesuatu dan pusat kehidupan.
Misi berarti menolak terikat pada masalah-masalah dunia yang kecil di mana kita termasuk di dalamnya: Kemanusiaan itu jauh lebih besar.
Misi selalu berarti meninggalkan,
tetapi tidak selalu mengadakan perjalanan.
Di atas semua itu, misi berarti membuka diri sendiri bagi sesama, sebagai saudara dan saudari, menemukan mereka, menjumpai mereka.
(Uskup Agung Helder Camara)
Saudara-saudara yang terkasih, Gereja mencanangkan bahwa tahun 2008-2009 sebagai Tahun Paulus, yaitu memperingati kelahiran santo Paulus . Tentu bukan masalah tepat tidaknya hari kelahiran Paulus. Gereja perlu menggali semangat santo Paulus, bagaimana ia mewartakan Injil dengan semangat yang berkobar. Saya tulskan cuplikan tentang Santo Paulus yang bersemangat untuk mewartkan Injil serta menghayatinya tanpa mengenal lelah.
“Kepribadian Paulus yang mampu dalam segala bidang ditampakkan dengan jelas dalam surat-suratnya, sebagaimana juga temperamennya, sifat kebapaan rohaninya, ketekunannya dan semangatnya yang berapi-api serta keberaniannya untuk mewartakan Injil. Dia memberi gambaran yang sangat jelas tentang dirinya sebagai seorang yang keras, tanpa kenal lelah dan tanpa cela dihadapan siapapun atau dan dalam hal apapun.
Dengan mengingat kata-kata Yesus, ia mengartikan penderitaan-penderitaannya: “Jika mereka menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga”. Yang ia maksudkan ialah “setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”, dan harus “mengalami banyak sengsara untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Keyakinannya ini didasarkan pada pengalaman pribadi. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus Paulus menulis: “Sampai pada saat ini kami lapar, haus dan telanjang, dipukuli dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat”. Reaksinya adalah jelas bersifat injili: “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu”[1].
Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, ia menulis “dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata”, Paulus “membanggakan diri” bahwa ia lebih kuat daripada para musuhnya oleh karena penderitaan dan “kelemahan”nya: “ Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! Apakah mereka pelayan Kristus? – aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dll.”
Semoga, semangat Santo Paulus ini menjadi inspirasi kita dalam meawrtakan Injil. Kita mampu melihat tempat kita berada menjadi harapan untuk mewartakan Injil.
RIWAYAT DAN PERJALANAN MISI RASUL PAULUS
Riwayat Singkat Hidup Paulus
Saulus/Paulus lahir di Tarsus daerah Kilikia, sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani. Ia dibesarkan dan dididik dalam kalangan Farisi oleh rabi terkenal Gamaliel. Ia dengan tegas dan fanatik mempertahankan agama Yahudi dan menaati hukum Taurat. Saulus berbakat sebagai seorang organisator dan pemimpin. Ia tegas, ramah, mudah marah namun setia pada teman-temannya. Ia seorang terpelajar dan pandai mengarang. Di sela-sela kerasulannya Paulus membuat kemah untuk nafkah hidup.
Pada awalnya, Saulus menganiaya umat Kristen perdana. Ia juga menyetujui pembunuhan Stefanus. Namun dalam perjalanan ke Damsyik (Damaskus) untuk mengorganisasi penangkapan orang-orang Kristen di kota itu, ia mengalami pengelihatan Yesus sehingga membutakan matanya. Setelah disembuhkan oleh Ananias, seorang murid Tuhan di Damsyik dan dibaptis, ia terpaksa mengungsi ke tanah Arab. Tiga tahun kemudian, ia meninggalkan daerah itu menuju Yerusalem dan bertemu dengan rasul-rasul yang menjadi murid Yesus. Di situ ia menumpang di rumah Petrus selama 15 hari dan kemudian pulang kembali ke Tarsus. Setelah 14 tahun di Tarsus, ia pergi lagi ke Yerusalem dan menggabungkan diri dengan komunitas para Rasul untuk mengikuti sidang (konsili) di Yerusalem tentang sunat.
Perjalanan Misi I : th. 44-49 (Kis 13:1-14:28)
Semula Saulus pergi bersama Barnabas ke pelabuhan Seleukia lalu dari sana berlayar ke Siprus sampai ke Antiokia. Dalam perjalanan misi ini ada perubahan nama dari Saulus (nama Yahudi) menjadi Paulus (nama Romawi). Cara pendekatan Paulus dalam misinya seperti Yesus dalam Injil, yaitu pergi ke Sinagoga dan pada hari Sabat berkotbah di rumah ibadat. Banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang bertobat dan seluruh penduduk kota berkumpul untuk mendengarkan Paulus pada hari Sabat berikutnya.
Kabar kebangkitan Kristus yang disampaikan Paulus dan Barnabas juga mendatangkan pertobatan bagi orang-orang bukan Yahudi dan bangsa-bangsa lain sehingga memperluas penyebaran Firman Allah. Oleh karena para pembesar kota itu iri hati terhadap pengaruh yang dibawa Paulus dan Barnabas, maka mereka menganiaya serta mengusir Paulus dan Barnabas sehingga keduanya meninggalkan Antiokia menuju Ikonium.
Di Ikonium, melalui kotbah, tanda-tanda dan mujizat, orang-orang Yahudi dan Yunani banyak yang menjadi percaya. Sementara itu sekelompok orang Yahudi lain merencanakan untuk menganiaya kedua rasul itu sehingga kedua rasul itu menyingkir ke Listra untuk melanjutkan pewartaan. Lagi-lagi di Listra mereka mendapatkan penganiayaan oleh orang-orang Yahudi dari Antiokia dan Ikonium yang menghasut rakyat untuk membunuh kedua rasul itu sehingga mereka berangkat ke Derbe.
Setelah mewartakan Injil di Derbe dan memperoleh banyak murid, mereka kembali ke Antiokia melalui Listra, Ikonium (tempat mereka pernah dianiaya). Mereka meneguhkan orang-orang yang bertobat melalui pengajaran serta mengangkat para pemimpin yang disebut penatua untuk melaksanakan pewartaan setelah Paulus dan Barnabas pergi.
Perjalanan Misi II : th.49-52 (Kis 15:36-18:22)
Pada perjalanan misi kedua, Paulus tidak bersama dengan Barnabas lagi. Ia membawa Silas ke Syria dan Kilikia. Dari situ Paulus pergi ke Derbe lalu ke Listra dan berjumpa dengan seorang murid bernama Timotius. Timotius diajak Paulus untuk mengunjungi dan menguatkan jemaat yang telah ada serta jemaat yang baru dibentuk. Paulus mengutip prinsip tunduk kepada hukum untuk memenangkan mereka yang berada di bawah hukum dengan menyunat Timotius yang merupakan seorang Yahudi agar tidak mendatangkan sandungan dalam mewartakan Injil di tengah-tengah orang Yahudi. Selanjutnya Roh Kudus menunjukkan pada Paulus bahwa ia harus pergi ke Makedonia, di benua Eropa.
Di Makedonia, di kota Filipi Paulus mendirikan jemaat yang terdiri dari orang-orang yang dulunya kafir. Di kota itu pula Paulus dan Silas dituduh menyebarkan ajaran yang melawan hukum sehingga mereka dicambuk dan dipenjara. Setelah melintasi jalan melalui Amfipolis dan Apolonia, Paulus dan Silas tiba di Tesalonika. Di situ banyak orang bergabung dengan Pulus dan Silas sehingga menimbulkan suatu permusuhan yang luar biasa dari pihak orang-orang Yahudi. Penganiayaan ini menghalangi Paulus, Silas dan Timotius untuk tinggal lebih lama di Tesalonika dan memaksa mereka lari ke Berea. Di sana mereka diterima dengan hangat tetapi sekelompok orang Tesalonika tetap mengejar mereka sehingga Paulus harus menyingkir ke Athena.
Di Athena, Paulus harus menghadapi para penyembah berhala dan ia diejek serta ditolak saat berbicara mengenai kebangkitan. Selanjutnya Paulus memutuskan untuk pergi ke Korintus, suatu tempat yang terkenal dengan imoralitasnya. Meskipun demikian, Paulus berhasil membuat banyak orang Yahudi dan orang kafir bertobat sehingga ia mendirikan jemaat di Korintus dan kota-kota sekitarnya. Setelah lebih dari setahun tinggal di kota itu Paulus berlayar ke Efesus menuju Kaisarea. Ia kemudian tinggal sebentar di Yerusalem dan mengakhiri perjalanan misi keduanya dengan kembali ke Antiokia.
Perjalanan Misi III: th. 53-58 (Kis 18:22-21:14)
Paulus memulai perjalanan misi ketiganya dari Asia kecil menuju Efesus. Di situ ia tinggal selama 2 tahun dan menulis surat kepada jemaat di Galatia dan surat pertama kepada jemaat di Korintus. Saat itu terjadi huru hara karena Paulus dituduh menyesatkan banyak orang sehingga setelah huru hara mereda Paulus pergi ke Makedonia dan menguatkan jemaat-jemaat yang telah didirikannya. Kemudian ia datang ke Miletus dan bertemu dengan para penatua yang memimpin jemaat di Efesus. Jalur perjalanan Paulus bergerak ke pulau Kos, Rodos dan ke pelabuhan Patara menuju Siprus ke pelabuhan Tirus, Ptolemais dan Kaisarea.
Perjalanan menuju Roma (Kis 21:17-28:31)
Meskipun orang-orang Kaisarea telah berusaha mencegah Paulus supaya jangan ke Yerusalem, Paulus tetap pergi ke sana dan akhirnya ditangkap karena dituduh menajiskan Bait Allah. Paulus tinggal di penjara selama dua tahun. Karena dia memiliki kewarganegaraan Romawi, maka ia dapat naik banding pada pengadilan Kaisar di Roma. Peristiwa kapal karam di pulau Malta pada perjalanannya ke Roma membuatnya tinggal selama 3 bulan musim dingin di Malta. Di sana Paulus melakukan penyembuhan terhadap penduduk setempat. Ketika akhirnya tiba di Roma, Paulus menjalani tahanan rumah selama 2 tahun. Selama masa ini diyakini bahwa Paulus menulis surat untuk Gereja di Efesus, Kolose dan Filipi. Paulus juga menulis surat-surat pribadi untuk Filemon, Timotius dan Titus. (smr)
Sumber Pustaka:
1. A.Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja III, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1993.
2. Dianne Bergant CSA & Robert J Karris OFM (editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, LBI, Kanisius, Yogyakarta, 2002.
3. Michael Collins & Mattew A.Price, The Story of Christianity, Kanisius, 2006.
4. Gregorius Sabinus, CP, Bahan Kursus Kitab Suci, 2006.
MISI BERARTI MENINGGALKAN
Misi berarti meninggalkan,
Pergi, melepas segala sesuatu,
Keluar dari diri sendiri,
Memecah dinding keegoisan yang memenjarakan kita ke dalam ke”aku”an
Misi berarti berhenti berkutat pada diri sendiri seolah-olah kita adalah pusat dari segala sesuatu dan pusat kehidupan.
Misi berarti menolak terikat pada masalah-masalah dunia yang kecil di mana kita termasuk di dalamnya: Kemanusiaan itu jauh lebih besar.
Misi selalu berarti meninggalkan,
tetapi tidak selalu mengadakan perjalanan.
Di atas semua itu, misi berarti membuka diri sendiri bagi sesama, sebagai saudara dan saudari, menemukan mereka, menjumpai mereka.
(Uskup Agung Helder Camara)
Label:
dari pastor paroki
02 Juli 2008
Triduum Dewan Paroki, Pengurus Wilayah dan Komunitas
“ DUC IN ALTUM “ (Bertolaklah ke tempat yang dalam)
Catatan Pembekalan Pengurus Dewan Paroki, Pengurus Wilayah dan Komunitas
Lukas 5:4 tentang pengalaman murid Yesus waktu diminta Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menerbarkan jala untuk menangkap ikan merupakan bahan permenungan selama penyelenggaraan Triduum yang dibawakan oleh Romo FX Sukendar, Pr (romo Paroki Santa Perawan Maria di Fatima, Sragen) pada tanggal 19-21 Juni 2008 di Aula Syalom.
Hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan untuk mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah di dunia merupakan kesadaran yang harus dibangun oleh umat Katolik dan aktivis gereja supaya bisa bertolak ke “tempat yang dalam.” Dalam melaksanakan misi paroki maka
umat harus memperhatikan dan melaksanakan secara seimbang bidang-bidang pelayanan berikut:
1.Liturgi/Liturgia
2.Pewartaan/Kerygma
3.Persekutuan/Koinonia
Ketiga bidang pelayanan di atas bersifat internal atau menyangkut penghayatan hubungan dengan Tuhan tapi tidak mengubah dunia.
4. Pelayanan/Diakonia
Diakonia bersifat eksternal dan ada tindakan nyata di tengah-tengah masyarakat. Bidang pelayanan ini dapat mengubah dunia tapi tidak terkait langsung dalam hubungan dengan Tuhan. 5. Martyria
Bidang pelayanan ini terkait langsung dengan dunia dan hubungan dengan Tuhan, yaitu terlibat secara aktif berdasarkan semangat Injil.
Saat ini ada situasi negatif yang dialami oleh bangsa yang ditetapkan sebagai musuh bersama gereja sesuai Nota Pastoral KWI yaitu:
- Kekerasan
- Korupsi
- Kerusakan lingkungan.
Untuk menghadapi situasi tersebut diperlukan transformasi sosial dan gereja perlu meninggalkan habitus lama serta mengembangkan habitus baru berdasarkan Injil sehingga ada paradigma baru hidup menggereja. Dengan adanya paradigma baru hidup menggereja diharapkan ada perubahan pola hidup untuk memperbaharui masyarakat dengan perubahan sikap dikotomis (memisahkan dunia profan/sehari-hari dengan dunia sakral/hubungan dengan Tuhan) menjadi holistik/integral yaitu iman harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembekalan yang diselingi dengan beberapa permainan tersebut, romo Sukendar juga banyak membagikan pengalaman pengelolaan paroki Sragen di Keuskupan Agung Semarang yang meliputi metode Dinamika Pastoral, Fokus Pastoral, Perencanaan Strategis, dll.
Catatan Pembekalan Pengurus Dewan Paroki, Pengurus Wilayah dan Komunitas
Lukas 5:4 tentang pengalaman murid Yesus waktu diminta Yesus untuk bertolak ke tempat yang dalam dan menerbarkan jala untuk menangkap ikan merupakan bahan permenungan selama penyelenggaraan Triduum yang dibawakan oleh Romo FX Sukendar, Pr (romo Paroki Santa Perawan Maria di Fatima, Sragen) pada tanggal 19-21 Juni 2008 di Aula Syalom.
Hidup adalah anugerah, panggilan dan perutusan untuk mewujudkan hadirnya Kerajaan Allah di dunia merupakan kesadaran yang harus dibangun oleh umat Katolik dan aktivis gereja supaya bisa bertolak ke “tempat yang dalam.” Dalam melaksanakan misi paroki maka
umat harus memperhatikan dan melaksanakan secara seimbang bidang-bidang pelayanan berikut:
1.Liturgi/Liturgia
2.Pewartaan/Kerygma
3.Persekutuan/Koinonia
Ketiga bidang pelayanan di atas bersifat internal atau menyangkut penghayatan hubungan dengan Tuhan tapi tidak mengubah dunia.
4. Pelayanan/Diakonia
Diakonia bersifat eksternal dan ada tindakan nyata di tengah-tengah masyarakat. Bidang pelayanan ini dapat mengubah dunia tapi tidak terkait langsung dalam hubungan dengan Tuhan. 5. Martyria
Bidang pelayanan ini terkait langsung dengan dunia dan hubungan dengan Tuhan, yaitu terlibat secara aktif berdasarkan semangat Injil.
Saat ini ada situasi negatif yang dialami oleh bangsa yang ditetapkan sebagai musuh bersama gereja sesuai Nota Pastoral KWI yaitu:
- Kekerasan
- Korupsi
- Kerusakan lingkungan.
Untuk menghadapi situasi tersebut diperlukan transformasi sosial dan gereja perlu meninggalkan habitus lama serta mengembangkan habitus baru berdasarkan Injil sehingga ada paradigma baru hidup menggereja. Dengan adanya paradigma baru hidup menggereja diharapkan ada perubahan pola hidup untuk memperbaharui masyarakat dengan perubahan sikap dikotomis (memisahkan dunia profan/sehari-hari dengan dunia sakral/hubungan dengan Tuhan) menjadi holistik/integral yaitu iman harus diwujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembekalan yang diselingi dengan beberapa permainan tersebut, romo Sukendar juga banyak membagikan pengalaman pengelolaan paroki Sragen di Keuskupan Agung Semarang yang meliputi metode Dinamika Pastoral, Fokus Pastoral, Perencanaan Strategis, dll.
CATATAN PELAKSANAAN RAKER 2008-2011
Rapat kerja Dewan Paroki periode 2008-2011 ini berbeda dengan raker sebelumnya. Pelaksanaan telah dimulai sejak 2 minggu sebelumnya, tepatnya saat dewan paroki menyebarkan kuisioner kepada ketua wilayah dan ketua komunitas untuk menjaring harapan dan partisipasi dari umat terhadap kerja dewan paroki. Sangat disayangkan bahwa tidak semua harapan dan partisipasi bisa tertampung karena ada beberapa komunitas yang terlambat mengumpulkan.
Seminggu kemudian, setelah kuisioner terkumpul, dewan paroki mengolah dan hasilnya digunakan untuk membantu menyusun rencana kerja masing-masing seksi. Tidak semua harapan dan usulan umat bisa tertuang dalam rencana kerja karena keterbatasan pengurus seksi dan karena pada umumnya wilayah dan komunitas lebih banyak memberikan usulan/harapannya namun sangat minim dalam memberikan kesediaan/partisipasi terhadap usulannya. Dalam waktu 1 minggu tiap seksi dalam dewan paroki menyusun rencana kerja untuk dipresentasikan.
Rabu-Jumat, 11-13 Juni 2008 di aula Syalom dilakukan presentasi rencana kerja oleh masing-masing seksi. Dalam kesempatan tsb, Mgr. FX Prajasuta, MSF memberikan pengarahan di depan pengurus dewan, ketua wilayah dan ketua komunitas yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan catatan laporan evaluasi Dewan Paroki Periode 2005-2008 oleh Bp. Andreas Sunarko. Setelah itu Romo Allparis, Pr memberikan arahan visi dan misi dewan paroki periode 2008-2011. Serba-serbi mengenai pelayanan sakramen juga disampaikan di depan peserta raker oleh Romo Allparis dan Romo Lioe Fut Khin. (smr)
Seminggu kemudian, setelah kuisioner terkumpul, dewan paroki mengolah dan hasilnya digunakan untuk membantu menyusun rencana kerja masing-masing seksi. Tidak semua harapan dan usulan umat bisa tertuang dalam rencana kerja karena keterbatasan pengurus seksi dan karena pada umumnya wilayah dan komunitas lebih banyak memberikan usulan/harapannya namun sangat minim dalam memberikan kesediaan/partisipasi terhadap usulannya. Dalam waktu 1 minggu tiap seksi dalam dewan paroki menyusun rencana kerja untuk dipresentasikan.
Rabu-Jumat, 11-13 Juni 2008 di aula Syalom dilakukan presentasi rencana kerja oleh masing-masing seksi. Dalam kesempatan tsb, Mgr. FX Prajasuta, MSF memberikan pengarahan di depan pengurus dewan, ketua wilayah dan ketua komunitas yang kemudian dilanjutkan dengan pembacaan catatan laporan evaluasi Dewan Paroki Periode 2005-2008 oleh Bp. Andreas Sunarko. Setelah itu Romo Allparis, Pr memberikan arahan visi dan misi dewan paroki periode 2008-2011. Serba-serbi mengenai pelayanan sakramen juga disampaikan di depan peserta raker oleh Romo Allparis dan Romo Lioe Fut Khin. (smr)
MISTERI ROSARIO
Oleh Rm. Al. Lioe Fut Khin, MSF
Asal Kata & Asal Usul Doa Rosario
Kata “rosario” berasal dari kata Latin rosarium yang berarti “kebun bunga mawar” atau “untaian bunga mawar” yang biasa dipakai sebagai mahkota atau dikalungkan di leher. Mawar bagi tradisi romawi adalah ratu dari segala bunga.
Ada bermacam-macam pendapat mengenai asal-usul doa rosario. Menurut tradisi, doa rosario diberikan kepada St. Dominikus dalam suatu penampakan pada tahun 1214. Penampakan ini dikenal sebagai penampakan Maria Ratu Rosario di sebuah gereja di Prouille (Perancis). Namun dalam penyelidikan selanjutnya, doa dengan menggunakan tasbih sudah dimulai jauh berabad-abad sebelumnya, yakni ketika kaum awam mulai mengikuti kebiasaan liturgi di biara yang mendoakan Ibadat Harian, yakni doa yang mendaraskan 150 Mazmur dari Kitab Suci. Karena kebanyakan umat jaman itu tidak bisa membaca, lalu mereka menggantikan 150 Mazmur dengan 150 doa Bapa Kami. Dalam perkembangan selanjutnya doa Bapa kami dan Salam Maria didoakan bergantian. Pada abad ke 7, St. Eligius menulis tentang doa yang menggunakan 150 Salam Maria dengan dihitung. Sedangkan jauh sebelum adanya biara, ketika hidup para pertapa dalam gereja muncul, mereka juga sudah biasa berdoa dengan menggunakan tasbih, dengan menggunakan butir-butir simpul tali yang mereka buat sendiri, tetapi doanya adalah doa Yesus (doa nama Yesus).
Mengapa berdoa rosario?
Rosario adalah sebuah doa sekaligus cara masuk dalam meditasi. Banyak orang berpikiran bahwa doa ini hanya untuk ibu-ibu tua yang sederhana, yang tidak memerlukan kemampuan intelektual. Di situlah kekuatannya: sederhana dan tidak pakai otak, karena itu disebut misteri artinya tidak bisa dijelaskan. Jika ada orang ingin tahu kekuatannya, dia harus mulai mendoakannya terus menerus setiap hari tanpa henti. Sebagai misteri dapat diibaratkan seperti rasa buah durian. Siapa dapat menjelaskan bagaimana rasa durian itu kepada seorang turis dari Eropa? Kalau ia mau tahu rasa durian maka ia harus mencicipinya dan tidak cukup hanya sebiji saja …
Saya sendiri mengalami bagaimana kekuatan doa rosario itu. Saya ingat waktu saya masih sebagai frater tingkat I di Seminari Tinggi, saya pernah ditanya oleh seorang Suster tua dari tarekat KKS di Pangkalpinang, apakah saya berdoa rosario. Saya katakan dengan jujur bahwa saya hanya berdoa rosario jika ada acara doa rosario di komunitas, tetapi berdoa sendiri saya belum pernah. Beliau menasihati supaya saya berdoa sendiri karena Bunda Maria akan menjaga panggilan saya, katanya. Nasehat itu saya iyakan tetapi tidak saya laksanakan. Sampai tahun berikutnya ketika saya bertemu dengan seorang siswi SMP kelas 2 yang datang menghadap saya untuk berkonsultasi. Ia membawa persoalan yang luar biasa berat menurut saya. Ia menulis persoalannya dalam 7 halaman folio. Waktu itu saya tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Lalu atas nasihat Pembimbing Rohani saya, saya mengajak dia berdoa “novena rosario”. Pada waktu yang sama kami berdoa bersama di tempat kami masing-masing. Itulah pertama kalinya saya menyalakan lilin dan berlutut berdoa rosario sendiri demi anak itu. Dan mukjizat terjadi sesudah 9 hari. Sejak saat itu rosario menjadi milik saya. Setiap hari rosario menemani hidup saya.
Doa Salam Maria
Tentu saja yang pokok dalam rosario adalah pribadi Bunda Maria. Walau banyak orang mencoba mengecilkan arti peranan Maria, namun devosi kita kepada Bunda Maria tetap berdasarkan Injil. Lihat saja apa yang dikatakan malaikat Gabriel dalam Luk 1,28: Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” . Ini menjadi baris pertama dalam doa Salam Maria. Dia disebut sebagai “Yang dikaruniai” – yang penuh rahmat dan Tuhan sendiri menyertainya, ada bersama dia. Dua kali disebutkan bahwa anak yang akan dilahirkannya itu adalah Anak Allah yakni pada Luk 1: 32 dan 35. Jika yang dilahirkannya adalah Anak Allah maka ia adalah Bunda Allah, karena tidak mungkin anak harimau dilahirkan dari ibunya kambing.
Kemudian dalam kunjungan Maria ke Elisabet, dalam Luk 1:42, dikatakan “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” dan ini menjadi baris kedua dalam doa Salam Maria. Sekali lagi Maria dipuji dan kali ini Maria disebut sebagai yang terberkati, artinya yang hidupnya menurut rencana dan kehendak Tuhan. Dan kemudian Maria disebut sebagai “Ibu Tuhan”, “siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku” (Luk 1:43). Lalu bagian kedua dari doa Salam Maria adalah permohonan Gereja.
Melalui Maria Menuju Yesus
Kita sebagai orang Katolik seharusnya berbangga memiliki seorang Ibu Surgawi yang begitu dekat dengan Tuhan dan juga dekat dengan kita. Dalam banyak penampakan Maria yang terjadi, seruannya yang pokok adalah supaya orang bertobat dan kembali percaya kepada Yesus anaknya. Dan semua orang yang datang kepada Maria akan dibawanya kepada Yesus. Bersama Maria kita tidak akan tersesat jalan menuju Yesus Tuhan.
Berdoalah rosario setiap hari atau sekurang-kurangnya sekali Bapa Kami dan sekali Salam Maria. Setiap kali satu Salam Maria kita doakan, sekuntum mawar kita letakkan pada mahkota Bunda Maria dan satu rosario berarti satu mahkota utuh sebagai tanda syukur dan terima kasih kita atas Yesus yang telah ia hadirkan demi penyelamatan kita.
Asal Kata & Asal Usul Doa Rosario
Kata “rosario” berasal dari kata Latin rosarium yang berarti “kebun bunga mawar” atau “untaian bunga mawar” yang biasa dipakai sebagai mahkota atau dikalungkan di leher. Mawar bagi tradisi romawi adalah ratu dari segala bunga.
Ada bermacam-macam pendapat mengenai asal-usul doa rosario. Menurut tradisi, doa rosario diberikan kepada St. Dominikus dalam suatu penampakan pada tahun 1214. Penampakan ini dikenal sebagai penampakan Maria Ratu Rosario di sebuah gereja di Prouille (Perancis). Namun dalam penyelidikan selanjutnya, doa dengan menggunakan tasbih sudah dimulai jauh berabad-abad sebelumnya, yakni ketika kaum awam mulai mengikuti kebiasaan liturgi di biara yang mendoakan Ibadat Harian, yakni doa yang mendaraskan 150 Mazmur dari Kitab Suci. Karena kebanyakan umat jaman itu tidak bisa membaca, lalu mereka menggantikan 150 Mazmur dengan 150 doa Bapa Kami. Dalam perkembangan selanjutnya doa Bapa kami dan Salam Maria didoakan bergantian. Pada abad ke 7, St. Eligius menulis tentang doa yang menggunakan 150 Salam Maria dengan dihitung. Sedangkan jauh sebelum adanya biara, ketika hidup para pertapa dalam gereja muncul, mereka juga sudah biasa berdoa dengan menggunakan tasbih, dengan menggunakan butir-butir simpul tali yang mereka buat sendiri, tetapi doanya adalah doa Yesus (doa nama Yesus).
Mengapa berdoa rosario?
Rosario adalah sebuah doa sekaligus cara masuk dalam meditasi. Banyak orang berpikiran bahwa doa ini hanya untuk ibu-ibu tua yang sederhana, yang tidak memerlukan kemampuan intelektual. Di situlah kekuatannya: sederhana dan tidak pakai otak, karena itu disebut misteri artinya tidak bisa dijelaskan. Jika ada orang ingin tahu kekuatannya, dia harus mulai mendoakannya terus menerus setiap hari tanpa henti. Sebagai misteri dapat diibaratkan seperti rasa buah durian. Siapa dapat menjelaskan bagaimana rasa durian itu kepada seorang turis dari Eropa? Kalau ia mau tahu rasa durian maka ia harus mencicipinya dan tidak cukup hanya sebiji saja …
Saya sendiri mengalami bagaimana kekuatan doa rosario itu. Saya ingat waktu saya masih sebagai frater tingkat I di Seminari Tinggi, saya pernah ditanya oleh seorang Suster tua dari tarekat KKS di Pangkalpinang, apakah saya berdoa rosario. Saya katakan dengan jujur bahwa saya hanya berdoa rosario jika ada acara doa rosario di komunitas, tetapi berdoa sendiri saya belum pernah. Beliau menasihati supaya saya berdoa sendiri karena Bunda Maria akan menjaga panggilan saya, katanya. Nasehat itu saya iyakan tetapi tidak saya laksanakan. Sampai tahun berikutnya ketika saya bertemu dengan seorang siswi SMP kelas 2 yang datang menghadap saya untuk berkonsultasi. Ia membawa persoalan yang luar biasa berat menurut saya. Ia menulis persoalannya dalam 7 halaman folio. Waktu itu saya tidak tahu bagaimana harus menjawabnya.
Lalu atas nasihat Pembimbing Rohani saya, saya mengajak dia berdoa “novena rosario”. Pada waktu yang sama kami berdoa bersama di tempat kami masing-masing. Itulah pertama kalinya saya menyalakan lilin dan berlutut berdoa rosario sendiri demi anak itu. Dan mukjizat terjadi sesudah 9 hari. Sejak saat itu rosario menjadi milik saya. Setiap hari rosario menemani hidup saya.
Doa Salam Maria
Tentu saja yang pokok dalam rosario adalah pribadi Bunda Maria. Walau banyak orang mencoba mengecilkan arti peranan Maria, namun devosi kita kepada Bunda Maria tetap berdasarkan Injil. Lihat saja apa yang dikatakan malaikat Gabriel dalam Luk 1,28: Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau” . Ini menjadi baris pertama dalam doa Salam Maria. Dia disebut sebagai “Yang dikaruniai” – yang penuh rahmat dan Tuhan sendiri menyertainya, ada bersama dia. Dua kali disebutkan bahwa anak yang akan dilahirkannya itu adalah Anak Allah yakni pada Luk 1: 32 dan 35. Jika yang dilahirkannya adalah Anak Allah maka ia adalah Bunda Allah, karena tidak mungkin anak harimau dilahirkan dari ibunya kambing.
Kemudian dalam kunjungan Maria ke Elisabet, dalam Luk 1:42, dikatakan “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu” dan ini menjadi baris kedua dalam doa Salam Maria. Sekali lagi Maria dipuji dan kali ini Maria disebut sebagai yang terberkati, artinya yang hidupnya menurut rencana dan kehendak Tuhan. Dan kemudian Maria disebut sebagai “Ibu Tuhan”, “siapakah aku ini sehingga ibu Tuhanku datang mengunjungi aku” (Luk 1:43). Lalu bagian kedua dari doa Salam Maria adalah permohonan Gereja.
Melalui Maria Menuju Yesus
Kita sebagai orang Katolik seharusnya berbangga memiliki seorang Ibu Surgawi yang begitu dekat dengan Tuhan dan juga dekat dengan kita. Dalam banyak penampakan Maria yang terjadi, seruannya yang pokok adalah supaya orang bertobat dan kembali percaya kepada Yesus anaknya. Dan semua orang yang datang kepada Maria akan dibawanya kepada Yesus. Bersama Maria kita tidak akan tersesat jalan menuju Yesus Tuhan.
Berdoalah rosario setiap hari atau sekurang-kurangnya sekali Bapa Kami dan sekali Salam Maria. Setiap kali satu Salam Maria kita doakan, sekuntum mawar kita letakkan pada mahkota Bunda Maria dan satu rosario berarti satu mahkota utuh sebagai tanda syukur dan terima kasih kita atas Yesus yang telah ia hadirkan demi penyelamatan kita.
KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI
(sambungan BUPAR edisi Mei 2008 –
tulisan terakhir dari 3 tulisan)
”Alangkah baiknya jika kita dapat hidup sesuai dengan rencana Sang Pencipta. Kita dicipta begitu indah diantara makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Sehingga semakin tak mendengarkan Dia, maka kita sendiri yang akan rugi, selain dari situ akan tercermin bahwa kita tidak memuliakan Dia sebagai Sang Pencipta,” demikian disampaikan Pastor Sing kepada para peserta rekoleksi membuka Sesi IV yang dimulai tepat pukul 10.00 Wita pagi pada hari Minggu, 17 Pebruari 2008. Pastor Sing melanjutkan, bahwa semakin taat kepada Allah, maka hidup kita akan semakin indah. Jika kita diciptakan baik, maka sudah semestinya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dan membawa damai bagi semua orang sebagai panggilan kita. Jika kita meminta kurnia-kurnia, biarlah kurnia-kurnia itu datangnya dari Allah sendiri dan bukannya dari yang lain. Ingatlah bahwa Tuhan mencintai kita tanpa syarat (unconditional Love), Allah tetap mencintai kita sejak awal mula.
Renungan berlanjut pada bacaan Injil Yohanes 18 (Allah tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu) dan Yohanes 21 (Allah mewahyukan diri bahwa Allah mengasihi kita). Allah menghendaki kita dapat saling mengasihi. Sekarang bagaimana ”respon” kita terhadap kasih Allah itu? Respon kita adalah dengan jalan ”mengikuti” kehendak-Nya.
Pastor Sing selanjutnya bercerita cukup panjang lebar mengenai kisah saat almarhum Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II sakit hingga sampai menjelang detik-detik terakhir wafatnya. Dari sini Pastor Sing mengajak peserta rekoleksi untuk berefleksi secara mendalam kalimat per kalimat tentang ”Doa Bapa Kami.” Pastor Sing mengatakan bahwa Doa Bapa Kami adalah doa yang lengkap (komplit). Maka seyogianya jangan menjadikan Doa Bapa Kami hanya sebagai ”doa tambahan” saja. Pastor Sing mengusulkan agar Doa Bapa Kami didoakan secara pelan-pelan, sehingga kesadaran kita makin lama akan semakin luas dan kita akan menjadi semakin terbuka kepada kehendak Allah. Dari sini, jika kita telah menyadarinya dengan baik, maka dengan sendirinya pelayanan kita akan menjadi lebih bagus. Sesi berlanjut dengan tanya jawab antara narasumber dengan peserta rekoleksi sebelum jam makan siang.
Mulai pukul 12.30 Wita, sesi tanya jawab berlanjut dengan beberapa pertanyaan dari peserta sebelum Pastor Sing melanjutkan ke materi berikutnya. Dalam paparannya Pastor Sing menjelaskan bahwa kita patut menyadari bahwa Allah menghendaki ”berelasi” dengan kita. Jika kita pun dapat berelasi baik dengan sesama kita, maka pribadi kita akan tumbuh berkembang. Dimensi kebersamaan sebagai ”satu keluarga kasih” harus nampak, yang nantinya akan mengembangkan pribadi kita juga pribadi sesama kita dan ciri kehidupan kita ada disitu. Ketika orang ”dikasihi” dan berkesempatan ”mengasihi,” maka orang akan merasa berharga karena dia dimiliki dan memiliki; tidak seperti pasir yang ditempatkan di dalam sebuah kotak. Maka dalam sebuah keluarga ”sense of belonging,” (rasa saling menerima dan memiliki) sangat diperlukan, sehingga Pastor Sing berharap sebaiknya jemaat-jemaat kecil dihidupkan.
Sejak lahir dalam ketidakberdayaannya, manusia diberikan kesempatan untuk mengalami dicintai. Ketika seorang bayi menerima perasaan diterima, maka bayi ini akan merasa ”aman” dan perlahan-lahan ia akan mengetahui bahwa dirinya dikasihi, hingga bayi ini akan berekspresi secara apa adanya, karena rasa aman merupakan ”dasar kepercayaan diri.” Demikian halnya juga dalam keseharian kita, sebuah ”komunitas” dapat membantu seseorang untuk merasa dimiliki sekaligus memiliki, sehingga orang tersebut pada akhirnya akan merasa aman. Hal ini berlaku dalam kehidupan bersama, dimana ”persaudaraan” harus kita kembangkan. Ketika kita berada dalam sebuah komunitas dan kita betul-betul berelasi, maka disini akan tercipta komunikasi. Hidupkan relasi personal. Dalam hal ini kita pun harus peka untuk feedback (diantaranya mau menerima masukan dari luar).
Pastor Sing mengingatkan agar dalam berelasi pun kita juga jangan takut terhadap terjadinya ”tabrakan-tabrakan” karena adanya perbedaan pandangan; jangan mengkeret, akan tetapi berjalanlah terus untuk semakin berkembang. Dalam kehidupan ini adalah give and take dalam wujud kebersamaan yang dapat mengembangkan kreasi kita, rasa solidaritas dan sebagainya. Justru melalui tabrakan-tabrakan yang terjadi, kita sesungguhnya ”dimurnikan” melalui proses dialog.
Dalam Kitab Kejadian 50:15-21, disitu dikisahkan bahwa Yusuf menghiburkan hati saudara-saudaranya. Yusuf memaafkan saudara-saudaranya bahkan mau menanggung hidup mereka dan anak-anaknya juga. Hal ini juga senada dengan bacaan Prapaskah Minggu Kedua yang diambil dari Injil Matius 17:1-9 dan Kitab Kejadian 12:1-4a, yang pada intinya ingin menuntun kita kepada kesadaran bahwa kita ini sesungguhnya dipanggil untuk ”menjadi berkat” bagi sesama kita. Sekarang bagaimana keutamaan-keutamaan itu bisa mendukung pelayanan kita dan juga sesama kita sehingga kita dapat menjadi semakin berkembang?
Keluarga sebagai contoh sebuah komunitas pun diharapkan tidak hanya mengajarkan hal-hal yang temporer saja, akan tetapi hal-hal yang pokok perlu juga diperhatikan. Hal-hal tersebut antara lain :
- Adanya penerimaan, dimana antar anggota keluarga harus saling menerima.
- Adanya feedback, saling mendukung satu sama lain.
Dari semuanya itu nantinya akan muncul keutamaan-keutamaan lain satu demi satu akan berkembang, akan tumbuh saling toleransi, saling pengertian, dan seterusnya. Sehingga pada akhirnya akan dapat menuntun kita kepada kehendak Allah.
Pastor Sing kemudian menutup rekoleksi kali ini dengan sebuah renungan dari bacaan Injil Markus 16:14, dimana dalam hidup kita, Allah memperkenalkan Diri-Nya secara berulang-ulang, akan tetapi Allah sendiri tidak memaksa kita supaya merespon kasih Allah. Sebab kasih itu pada hakekatnya adalah ”memberi” dan bukannya meminta! Dalam Kabar Gembira sebenarnya dikisahkan tentang Allah yang jatuh cinta kepada kita manusia. Perlu dihayati bahwa ”persaudaraan dan persahabatan” adalah salah satu media massa yang penting.
Pada akhirnya Pastor Sing berpesan agar panggilan kita sebagai orang Kristiani itu tidaklah cukup kita dibebaskan dari dosa saja, tetapi bagaimana kita kemudian dapat membagikan kasih Allah sehingga pada akhirnya akan semakin banyak orang yang dapat mengalami kasih Allah itu, amin. – SELESAI –
(Dionisius Agus Puguh Santosa)
tulisan terakhir dari 3 tulisan)
”Alangkah baiknya jika kita dapat hidup sesuai dengan rencana Sang Pencipta. Kita dicipta begitu indah diantara makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Sehingga semakin tak mendengarkan Dia, maka kita sendiri yang akan rugi, selain dari situ akan tercermin bahwa kita tidak memuliakan Dia sebagai Sang Pencipta,” demikian disampaikan Pastor Sing kepada para peserta rekoleksi membuka Sesi IV yang dimulai tepat pukul 10.00 Wita pagi pada hari Minggu, 17 Pebruari 2008. Pastor Sing melanjutkan, bahwa semakin taat kepada Allah, maka hidup kita akan semakin indah. Jika kita diciptakan baik, maka sudah semestinya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dan membawa damai bagi semua orang sebagai panggilan kita. Jika kita meminta kurnia-kurnia, biarlah kurnia-kurnia itu datangnya dari Allah sendiri dan bukannya dari yang lain. Ingatlah bahwa Tuhan mencintai kita tanpa syarat (unconditional Love), Allah tetap mencintai kita sejak awal mula.
Renungan berlanjut pada bacaan Injil Yohanes 18 (Allah tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu) dan Yohanes 21 (Allah mewahyukan diri bahwa Allah mengasihi kita). Allah menghendaki kita dapat saling mengasihi. Sekarang bagaimana ”respon” kita terhadap kasih Allah itu? Respon kita adalah dengan jalan ”mengikuti” kehendak-Nya.
Pastor Sing selanjutnya bercerita cukup panjang lebar mengenai kisah saat almarhum Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II sakit hingga sampai menjelang detik-detik terakhir wafatnya. Dari sini Pastor Sing mengajak peserta rekoleksi untuk berefleksi secara mendalam kalimat per kalimat tentang ”Doa Bapa Kami.” Pastor Sing mengatakan bahwa Doa Bapa Kami adalah doa yang lengkap (komplit). Maka seyogianya jangan menjadikan Doa Bapa Kami hanya sebagai ”doa tambahan” saja. Pastor Sing mengusulkan agar Doa Bapa Kami didoakan secara pelan-pelan, sehingga kesadaran kita makin lama akan semakin luas dan kita akan menjadi semakin terbuka kepada kehendak Allah. Dari sini, jika kita telah menyadarinya dengan baik, maka dengan sendirinya pelayanan kita akan menjadi lebih bagus. Sesi berlanjut dengan tanya jawab antara narasumber dengan peserta rekoleksi sebelum jam makan siang.
Mulai pukul 12.30 Wita, sesi tanya jawab berlanjut dengan beberapa pertanyaan dari peserta sebelum Pastor Sing melanjutkan ke materi berikutnya. Dalam paparannya Pastor Sing menjelaskan bahwa kita patut menyadari bahwa Allah menghendaki ”berelasi” dengan kita. Jika kita pun dapat berelasi baik dengan sesama kita, maka pribadi kita akan tumbuh berkembang. Dimensi kebersamaan sebagai ”satu keluarga kasih” harus nampak, yang nantinya akan mengembangkan pribadi kita juga pribadi sesama kita dan ciri kehidupan kita ada disitu. Ketika orang ”dikasihi” dan berkesempatan ”mengasihi,” maka orang akan merasa berharga karena dia dimiliki dan memiliki; tidak seperti pasir yang ditempatkan di dalam sebuah kotak. Maka dalam sebuah keluarga ”sense of belonging,” (rasa saling menerima dan memiliki) sangat diperlukan, sehingga Pastor Sing berharap sebaiknya jemaat-jemaat kecil dihidupkan.
Sejak lahir dalam ketidakberdayaannya, manusia diberikan kesempatan untuk mengalami dicintai. Ketika seorang bayi menerima perasaan diterima, maka bayi ini akan merasa ”aman” dan perlahan-lahan ia akan mengetahui bahwa dirinya dikasihi, hingga bayi ini akan berekspresi secara apa adanya, karena rasa aman merupakan ”dasar kepercayaan diri.” Demikian halnya juga dalam keseharian kita, sebuah ”komunitas” dapat membantu seseorang untuk merasa dimiliki sekaligus memiliki, sehingga orang tersebut pada akhirnya akan merasa aman. Hal ini berlaku dalam kehidupan bersama, dimana ”persaudaraan” harus kita kembangkan. Ketika kita berada dalam sebuah komunitas dan kita betul-betul berelasi, maka disini akan tercipta komunikasi. Hidupkan relasi personal. Dalam hal ini kita pun harus peka untuk feedback (diantaranya mau menerima masukan dari luar).
Pastor Sing mengingatkan agar dalam berelasi pun kita juga jangan takut terhadap terjadinya ”tabrakan-tabrakan” karena adanya perbedaan pandangan; jangan mengkeret, akan tetapi berjalanlah terus untuk semakin berkembang. Dalam kehidupan ini adalah give and take dalam wujud kebersamaan yang dapat mengembangkan kreasi kita, rasa solidaritas dan sebagainya. Justru melalui tabrakan-tabrakan yang terjadi, kita sesungguhnya ”dimurnikan” melalui proses dialog.
Dalam Kitab Kejadian 50:15-21, disitu dikisahkan bahwa Yusuf menghiburkan hati saudara-saudaranya. Yusuf memaafkan saudara-saudaranya bahkan mau menanggung hidup mereka dan anak-anaknya juga. Hal ini juga senada dengan bacaan Prapaskah Minggu Kedua yang diambil dari Injil Matius 17:1-9 dan Kitab Kejadian 12:1-4a, yang pada intinya ingin menuntun kita kepada kesadaran bahwa kita ini sesungguhnya dipanggil untuk ”menjadi berkat” bagi sesama kita. Sekarang bagaimana keutamaan-keutamaan itu bisa mendukung pelayanan kita dan juga sesama kita sehingga kita dapat menjadi semakin berkembang?
Keluarga sebagai contoh sebuah komunitas pun diharapkan tidak hanya mengajarkan hal-hal yang temporer saja, akan tetapi hal-hal yang pokok perlu juga diperhatikan. Hal-hal tersebut antara lain :
- Adanya penerimaan, dimana antar anggota keluarga harus saling menerima.
- Adanya feedback, saling mendukung satu sama lain.
Dari semuanya itu nantinya akan muncul keutamaan-keutamaan lain satu demi satu akan berkembang, akan tumbuh saling toleransi, saling pengertian, dan seterusnya. Sehingga pada akhirnya akan dapat menuntun kita kepada kehendak Allah.
Pastor Sing kemudian menutup rekoleksi kali ini dengan sebuah renungan dari bacaan Injil Markus 16:14, dimana dalam hidup kita, Allah memperkenalkan Diri-Nya secara berulang-ulang, akan tetapi Allah sendiri tidak memaksa kita supaya merespon kasih Allah. Sebab kasih itu pada hakekatnya adalah ”memberi” dan bukannya meminta! Dalam Kabar Gembira sebenarnya dikisahkan tentang Allah yang jatuh cinta kepada kita manusia. Perlu dihayati bahwa ”persaudaraan dan persahabatan” adalah salah satu media massa yang penting.
Pada akhirnya Pastor Sing berpesan agar panggilan kita sebagai orang Kristiani itu tidaklah cukup kita dibebaskan dari dosa saja, tetapi bagaimana kita kemudian dapat membagikan kasih Allah sehingga pada akhirnya akan semakin banyak orang yang dapat mengalami kasih Allah itu, amin. – SELESAI –
(Dionisius Agus Puguh Santosa)
REKOLEKSI MISDINAR
“Jarang misa…..Kacian dech loe!” itulah tema rekoleksi misdinar yang diselenggaran pada hari Minggu, 15 Juni 2008 pukul 09.00 – 12.00 WITA di Aula Syalom. Rekoleksi yang bertujuan meningkatkan semangat pelayanan anak, “misdinar yang berhati” ini berlangsung penuh keakraban dan diisi dengan nyanyian, doa, penjelasan dan cerita seputar ekaristi serta peranan misdinar dalam ekaristi yang dibawakan secara menarik oleh Romo Lioe Fut Khin, MSF. Dalam ceritanya, romo menekankan bahwa dalam ekaristi, Tuhanlah yang kita sambut. Misa berarti kita bersatu dengan Tuhan, oleh karena itu kita harus menyadari betapa berharganya perayaan ekaristi bagi kita semua. Anak misdinar yang jarang ke gereja akan jarang bertemu Tuhan Yesus….kacian dech loe..!” Terhadap pertanyaan seorang anak misdinar mempertanyakan pentingnya misdinar untuk misa - karena kenyataannya tanpa misdinar misa tetap bisa jalan -, romo menjelaskan bahwa memang sebetulnya misa bisa dilakukan sendiri oleh romo, tapi itu tidak ideal karena misa adalah untuk umat, semakin banyak orang mengambil bagian, maka misa akan menjadi semakin indah dan semakin berarti. Kemudian Frater Tommy, CMM melanjutkan cerita romo Fut dengan cerita Santo Tarsisius. Agar peserta lebih berani bersahabat dengan siapa saja dan bisa bekerja sama, maka Suster Sophia, SFD memberikan pertanyaan seputar St. Tarsisius serta mengadakan beberapa permainan.
Ibadat sabda oleh romo Lioe Fut Khin, pelantikan pengurus baru serta penerimaan anggota baru menutup acara rekoleksi. Bahan renungan dalam ibadat sabda diambil dari Matius 9:36 – 10:8 (Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus mereka). Lebih lanjut romo Fut Khin menguraikan bahwa murid yang dipih oleh Yesus adalah orang-orang desa yang tidak terpelajar karena Yesus melihat hati yang tulus dan tidak tinggi hati. Dalam menjadi misdinar pun, bukan kita yang ingin menjadi misdinar tapi Yesuslah yang telah memilih kita secara bebas. Misdinar berarti melayani Tuhan dalam misa dan berusaha menghayatinya dalam pelayanan dengan lebih sungguh-sungguh. Oleh karena itu pada anak-anak misdinar yang dikatakan tidak tertib, ribut, tertawa selama bertugas diharapkan mulai saat itu dapat memberikan yang terbaik dalam sikap dan pelayanan sebagai putra-putri altar dan tidak mengecewakan Yesus. Di samping itu anak-anak misdinar juga diharapkan untuk semakin rajin bertugas dalam misa harian dan misa mingguan. Dalam ibadat sabda tsb dilakukan pelantikan pengurus misdinar dengan susunan sbb:
Ketua : Yohanes
Wakil Ketua : Ekki
Sekretaris : Felicia
Bendahara : Maria
Koordinator latihan: Kristian dan Lintang
Pukul 12.00 WITA rekoleksi yang dihadiri oleh 50 orang anak misdinar dan pendamping misdinar ini berakhir setelah sebelumnya seluruh peserta menyempatkan diri untuk berfoto bersama dan makan siang. “Proficiat dan selamat bertugas untuk pengurus baru serta selamat bergabung menjadi putra-putri altar untuk anggota baru!”
Sumber: Sr. Sophia, SFD.
Ibadat sabda oleh romo Lioe Fut Khin, pelantikan pengurus baru serta penerimaan anggota baru menutup acara rekoleksi. Bahan renungan dalam ibadat sabda diambil dari Matius 9:36 – 10:8 (Yesus memanggil kedua belas murid-Nya dan mengutus mereka). Lebih lanjut romo Fut Khin menguraikan bahwa murid yang dipih oleh Yesus adalah orang-orang desa yang tidak terpelajar karena Yesus melihat hati yang tulus dan tidak tinggi hati. Dalam menjadi misdinar pun, bukan kita yang ingin menjadi misdinar tapi Yesuslah yang telah memilih kita secara bebas. Misdinar berarti melayani Tuhan dalam misa dan berusaha menghayatinya dalam pelayanan dengan lebih sungguh-sungguh. Oleh karena itu pada anak-anak misdinar yang dikatakan tidak tertib, ribut, tertawa selama bertugas diharapkan mulai saat itu dapat memberikan yang terbaik dalam sikap dan pelayanan sebagai putra-putri altar dan tidak mengecewakan Yesus. Di samping itu anak-anak misdinar juga diharapkan untuk semakin rajin bertugas dalam misa harian dan misa mingguan. Dalam ibadat sabda tsb dilakukan pelantikan pengurus misdinar dengan susunan sbb:
Ketua : Yohanes
Wakil Ketua : Ekki
Sekretaris : Felicia
Bendahara : Maria
Koordinator latihan: Kristian dan Lintang
Pukul 12.00 WITA rekoleksi yang dihadiri oleh 50 orang anak misdinar dan pendamping misdinar ini berakhir setelah sebelumnya seluruh peserta menyempatkan diri untuk berfoto bersama dan makan siang. “Proficiat dan selamat bertugas untuk pengurus baru serta selamat bergabung menjadi putra-putri altar untuk anggota baru!”
Sumber: Sr. Sophia, SFD.
WARTA PKP
kaum wanita di Paroki kita merupakan anggota PKP, oleh karena itu diharapkan kerjasama dan keterlibatannya dalam seluruh kegiatan PKP. Hal ini dimaksudkan agar kegiatan PKP dapat dirasakan seluruh kaum wanita di paroki sampai ke komunitas-komunitas, demikian ditekankan Ibu Novita selaku Ketua Seksi PKP dalam pertemuan yang diselenggarakan pada hari Minggu, 1 Juni 2008 di Aula Syalom. Pertemuan yang dihadiri oleh 37 orang yang mewakili komunitasnya masing-masing ini berhasil membentuk kepengurusan PKP periode 2008-2011 sbb:
Ketua I : Ibu Novita, Ketua II : Ibu Wahyudati, Bendahara I : Ibu Yuni, Bendahara II : Ibu Herlina, Sekretaris : Ibu Selvi, Koord. Kantin: Ibu Ninik Pramono, Koord. Ketrampilan dan Keputrian : Ibu Anik Darmo, Ibu Sulis, Koord. Barang inventaris : Ibu Eni, Ibu Eva, Ibu Nunik, Koord. Wilayah : Ibu Yuliani (Theresia), Ibu Ririn (Anna), Ibu Dewi Puspita (Martha), Ibu Ninik (Lucia), Ibu Anastasia Pang (Bernadeth), Ibu Florentina Kusuma (Sisilia), Ibu Megawati (Elisabeth). (Ibu Novita)
Ketua I : Ibu Novita, Ketua II : Ibu Wahyudati, Bendahara I : Ibu Yuni, Bendahara II : Ibu Herlina, Sekretaris : Ibu Selvi, Koord. Kantin: Ibu Ninik Pramono, Koord. Ketrampilan dan Keputrian : Ibu Anik Darmo, Ibu Sulis, Koord. Barang inventaris : Ibu Eni, Ibu Eva, Ibu Nunik, Koord. Wilayah : Ibu Yuliani (Theresia), Ibu Ririn (Anna), Ibu Dewi Puspita (Martha), Ibu Ninik (Lucia), Ibu Anastasia Pang (Bernadeth), Ibu Florentina Kusuma (Sisilia), Ibu Megawati (Elisabeth). (Ibu Novita)
Jejak Langkah Paroki: Pastor Gerardus Heyne, MSF
Lahir di Den Bosch (Belanda) tanggal 20 Juli 1913. Ditahbiskan menjadi imam tanggal 23 Juli 1939. Ia masuk ke Universitet di Nijmegen, kemudian menjadi dosen di seminari tinggi. Tahun 1953 Pastor Heyne diutus ke Kalimantan bertugas sebagai Vikaris Uskup Banjarmasin sekaligus menjadi Pastor Paroki Kelayan tahun 1956 sampai dengan1985. Tahun 1986 pulang ke Belanda dan meninggal di Belanda tanggal 14 Januari 1999. Paroki ini berkembang pada masa penggembalaannya dan sebagai vikaris ia mendampingi uskupnya.
Sewaktu Pater Heyne menjabat sebagai pastor paroki, paroki ini sangat maju di bidang rohani dan jasmani/materiil. Dua kali gedung gereja diperluas. Sekolah-sekolah berkembang, jumlah umat Katolik bertambah.
Sebagai Vikaris, Pater Heyne mewakili Mgr W. Demarteau, sebagai uskup, kecuali tahbisan imam. Ia membantu Mgr. Demarteau dalam urusan Keuskupan Banjarmasin.
Pak Alexander Suharjo mengisahkan pengalamannya ketika bergabung dengan Legio Mariae yang didirikan Pater Heyne untuk pertama kalinya di Banjarmasin. Legio Mariae waktu itu berkembang menjadi ujung tombak dalam berevangelisasi & berkatekese bagi perkembangan umat paroki di bawah bimbingan beliau.
Catatan redaksi:
Anda memiliki informasi lain seputar Pastor Heyne dan karya-karyanya selama menjadi pastor paroki Kelayan? Kami juga mengharapkan data, tulisan, foto pastor paroki Kelayan setelah Pastor Heyne beserta karyanya yang menonjol untuk melanjutkan tulisan Jejak Langkah Paroki ini.
Sewaktu Pater Heyne menjabat sebagai pastor paroki, paroki ini sangat maju di bidang rohani dan jasmani/materiil. Dua kali gedung gereja diperluas. Sekolah-sekolah berkembang, jumlah umat Katolik bertambah.
Sebagai Vikaris, Pater Heyne mewakili Mgr W. Demarteau, sebagai uskup, kecuali tahbisan imam. Ia membantu Mgr. Demarteau dalam urusan Keuskupan Banjarmasin.
Pak Alexander Suharjo mengisahkan pengalamannya ketika bergabung dengan Legio Mariae yang didirikan Pater Heyne untuk pertama kalinya di Banjarmasin. Legio Mariae waktu itu berkembang menjadi ujung tombak dalam berevangelisasi & berkatekese bagi perkembangan umat paroki di bawah bimbingan beliau.
Catatan redaksi:
Anda memiliki informasi lain seputar Pastor Heyne dan karya-karyanya selama menjadi pastor paroki Kelayan? Kami juga mengharapkan data, tulisan, foto pastor paroki Kelayan setelah Pastor Heyne beserta karyanya yang menonjol untuk melanjutkan tulisan Jejak Langkah Paroki ini.
Terobosan Baru dalam Kegiatan Komunitas Agustinus
Dengan wilayah teritorial yang luas yaitu dari Jl. A.Yani KM 9 sampai Gambut dengan 41 KK merupakan sebuah tantangan bagi komunitas yang diketuai Bp. Robertus Sucipto Tirta Toha dan Bp. Filipus Musa Reme ini dalam penyampaian informasi dan komunikasi antar umat. Maka seiring dengan terbentuknya kepengurusan komunitas Agustinus periode 2008-2011, sejak bulan Mei 2008 telah diterbitkan buletin komunitas yang terbit satu bulan sekali. Buletin yang dikelola oleh Bp. Lukas (sekretaris) ini menampilkan susunan pengurus komunitas, program kerja/kegiatan dan data keluarga pada edisi Mei 2008. Pada edisi Juni 2008 ditampilkan berbagai kegiatan komunitas. Laporan keuangan dan beberapa kisah menarik mengisi setiap penerbitan buletin tsb. Selain itu, komunitas yang mayoritas warganya tinggal di Komplek Persada Mas ini juga melaksanakan kegiatan pelatihan lektor dan pemazmur bagi anak-anak yang dimulai 14 Juni 2008. (Bpk. R. Sucipto)
KOMKA: Ke Pasar Terapung
Pagi itu, 22 Juni 2008, rombongan teman-teman KOMKA Santa Maria berangkat dari Paroki Kelayan menuju Jl. R.K. Ilir untuk selanjutnya naik perahu klotok menuju ke obyek wisata Pasar Terapung di daerah Kuin. Rombongan berangkat pukul 05.00 Wita, diawali dengan doa & berkat dari Rm. Allparis, Pr.
Sekitar 30-an orang teman-teman KOMKA terbagi ke dalam 2 kelompok, dipimpin oleh Tommy dan didampingi oleh Rm. Allparis dan Rm. Sukendar yang kali ini berkesempatan ikut rekreasi bersama. Dua buah klotok meluncur meninggalkan dermaga di Jl. Ilir, menyusuri alur sungai Barito yang sunyi lengang dengan pemandangan malam yang khas dipenuhi kerlap-kerlip lampu di kanan dan kiri alur sungai yang terlewati.
Suguhan nasi hangat menambah semarak suasana yang pagi itu terasa agak dingin. Suara canda, tawa dan beragam cerita terdengar memecah keheningan pagi ini...
Rm. Allparis dan Rm. Sukendar tampak berbincang akrab dengan teman2 KOMKA, banyak hal yang diperbincangkan, yang pasti semuanya merasa bersukacita mengikuti rekreasi kali ini...Menjelang pukul 06.45 Wita, rombongan sampai di Pasar Terapung, setelah berhenti sejenak, 2 klotok pun kemudian melanjutkan perjalanan menuju Soto Bawah Jembatan untuk makan pagi bersama. Sekitar pukul 10.00 Wita, rombongan kembali ke dermaga di Jl. R.K. Ilir, sebelumnya juga sempat menonton lomba jukung yang dilaksanakan tepat di depan kantor Pemkot Banjarmasin. Sampai jumpa di acara selanjutnya yang tentu lebih menarik dan seru. Ayo gabung bersama KOMKA Santa Maria yukkkkkkk !!!!! (agus_bli)
Sekitar 30-an orang teman-teman KOMKA terbagi ke dalam 2 kelompok, dipimpin oleh Tommy dan didampingi oleh Rm. Allparis dan Rm. Sukendar yang kali ini berkesempatan ikut rekreasi bersama. Dua buah klotok meluncur meninggalkan dermaga di Jl. Ilir, menyusuri alur sungai Barito yang sunyi lengang dengan pemandangan malam yang khas dipenuhi kerlap-kerlip lampu di kanan dan kiri alur sungai yang terlewati.
Suguhan nasi hangat menambah semarak suasana yang pagi itu terasa agak dingin. Suara canda, tawa dan beragam cerita terdengar memecah keheningan pagi ini...
Rm. Allparis dan Rm. Sukendar tampak berbincang akrab dengan teman2 KOMKA, banyak hal yang diperbincangkan, yang pasti semuanya merasa bersukacita mengikuti rekreasi kali ini...Menjelang pukul 06.45 Wita, rombongan sampai di Pasar Terapung, setelah berhenti sejenak, 2 klotok pun kemudian melanjutkan perjalanan menuju Soto Bawah Jembatan untuk makan pagi bersama. Sekitar pukul 10.00 Wita, rombongan kembali ke dermaga di Jl. R.K. Ilir, sebelumnya juga sempat menonton lomba jukung yang dilaksanakan tepat di depan kantor Pemkot Banjarmasin. Sampai jumpa di acara selanjutnya yang tentu lebih menarik dan seru. Ayo gabung bersama KOMKA Santa Maria yukkkkkkk !!!!! (agus_bli)
Langganan:
Postingan (Atom)