26 Juli 2008

DARI PASTOR PAROKI

TAHUN PAULUS

Saudara-saudara yang terkasih, Gereja mencanangkan bahwa tahun 2008-2009 sebagai Tahun Paulus, yaitu memperingati kelahiran santo Paulus . Tentu bukan masalah tepat tidaknya hari kelahiran Paulus. Gereja perlu menggali semangat santo Paulus, bagaimana ia mewartakan Injil dengan semangat yang berkobar. Saya tulskan cuplikan tentang Santo Paulus yang bersemangat untuk mewartkan Injil serta menghayatinya tanpa mengenal lelah.
“Kepribadian Paulus yang mampu dalam segala bidang ditampakkan dengan jelas dalam surat-suratnya, sebagaimana juga temperamennya, sifat kebapaan rohaninya, ketekunannya dan semangatnya yang berapi-api serta keberaniannya untuk mewartakan Injil. Dia memberi gambaran yang sangat jelas tentang dirinya sebagai seorang yang keras, tanpa kenal lelah dan tanpa cela dihadapan siapapun atau dan dalam hal apapun.
Dengan mengingat kata-kata Yesus, ia mengartikan penderitaan-penderitaannya: “Jika mereka menganiaya aku, mereka akan menganiaya kamu juga”. Yang ia maksudkan ialah “setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”, dan harus “mengalami banyak sengsara untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah”. Keyakinannya ini didasarkan pada pengalaman pribadi. Dalam suratnya yang pertama kepada jemaat di Korintus Paulus menulis: “Sampai pada saat ini kami lapar, haus dan telanjang, dipukuli dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat”. Reaksinya adalah jelas bersifat injili: “Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu”[1].
Dalam suratnya yang kedua kepada jemaat di Korintus, ia menulis “dengan hati yang sangat cemas dan sesak dan dengan mencucurkan banyak air mata”, Paulus “membanggakan diri” bahwa ia lebih kuat daripada para musuhnya oleh karena penderitaan dan “kelemahan”nya: “ Apakah mereka orang Ibrani? Aku juga orang Ibrani! Apakah mereka orang Israel? Aku juga orang Israel. Apakah mereka keturunan Abraham? Aku juga keturunan Abraham! Apakah mereka pelayan Kristus? – aku berkata seperti orang gila – aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut. Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu. Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dll.”
Semoga, semangat Santo Paulus ini menjadi inspirasi kita dalam meawrtakan Injil. Kita mampu melihat tempat kita berada menjadi harapan untuk mewartakan Injil.

RIWAYAT DAN PERJALANAN MISI RASUL PAULUS

Riwayat Singkat Hidup Paulus
Saulus/Paulus lahir di Tarsus daerah Kilikia, sebuah pusat kebudayaan dan ilmu pengetahuan Yunani. Ia dibesarkan dan dididik dalam kalangan Farisi oleh rabi terkenal Gamaliel. Ia dengan tegas dan fanatik mempertahankan agama Yahudi dan menaati hukum Taurat. Saulus berbakat sebagai seorang organisator dan pemimpin. Ia tegas, ramah, mudah marah namun setia pada teman-temannya. Ia seorang terpelajar dan pandai mengarang. Di sela-sela kerasulannya Paulus membuat kemah untuk nafkah hidup.
Pada awalnya, Saulus menganiaya umat Kristen perdana. Ia juga menyetujui pembunuhan Stefanus. Namun dalam perjalanan ke Damsyik (Damaskus) untuk mengorganisasi penangkapan orang-orang Kristen di kota itu, ia mengalami pengelihatan Yesus sehingga membutakan matanya. Setelah disembuhkan oleh Ananias, seorang murid Tuhan di Damsyik dan dibaptis, ia terpaksa mengungsi ke tanah Arab. Tiga tahun kemudian, ia meninggalkan daerah itu menuju Yerusalem dan bertemu dengan rasul-rasul yang menjadi murid Yesus. Di situ ia menumpang di rumah Petrus selama 15 hari dan kemudian pulang kembali ke Tarsus. Setelah 14 tahun di Tarsus, ia pergi lagi ke Yerusalem dan menggabungkan diri dengan komunitas para Rasul untuk mengikuti sidang (konsili) di Yerusalem tentang sunat.

Perjalanan Misi I : th. 44-49 (Kis 13:1-14:28)
Semula Saulus pergi bersama Barnabas ke pelabuhan Seleukia lalu dari sana berlayar ke Siprus sampai ke Antiokia. Dalam perjalanan misi ini ada perubahan nama dari Saulus (nama Yahudi) menjadi Paulus (nama Romawi). Cara pendekatan Paulus dalam misinya seperti Yesus dalam Injil, yaitu pergi ke Sinagoga dan pada hari Sabat berkotbah di rumah ibadat. Banyak orang Yahudi dan penganut agama Yahudi yang bertobat dan seluruh penduduk kota berkumpul untuk mendengarkan Paulus pada hari Sabat berikutnya.
Kabar kebangkitan Kristus yang disampaikan Paulus dan Barnabas juga mendatangkan pertobatan bagi orang-orang bukan Yahudi dan bangsa-bangsa lain sehingga memperluas penyebaran Firman Allah. Oleh karena para pembesar kota itu iri hati terhadap pengaruh yang dibawa Paulus dan Barnabas, maka mereka menganiaya serta mengusir Paulus dan Barnabas sehingga keduanya meninggalkan Antiokia menuju Ikonium.
Di Ikonium, melalui kotbah, tanda-tanda dan mujizat, orang-orang Yahudi dan Yunani banyak yang menjadi percaya. Sementara itu sekelompok orang Yahudi lain merencanakan untuk menganiaya kedua rasul itu sehingga kedua rasul itu menyingkir ke Listra untuk melanjutkan pewartaan. Lagi-lagi di Listra mereka mendapatkan penganiayaan oleh orang-orang Yahudi dari Antiokia dan Ikonium yang menghasut rakyat untuk membunuh kedua rasul itu sehingga mereka berangkat ke Derbe.
Setelah mewartakan Injil di Derbe dan memperoleh banyak murid, mereka kembali ke Antiokia melalui Listra, Ikonium (tempat mereka pernah dianiaya). Mereka meneguhkan orang-orang yang bertobat melalui pengajaran serta mengangkat para pemimpin yang disebut penatua untuk melaksanakan pewartaan setelah Paulus dan Barnabas pergi.

Perjalanan Misi II : th.49-52 (Kis 15:36-18:22)
Pada perjalanan misi kedua, Paulus tidak bersama dengan Barnabas lagi. Ia membawa Silas ke Syria dan Kilikia. Dari situ Paulus pergi ke Derbe lalu ke Listra dan berjumpa dengan seorang murid bernama Timotius. Timotius diajak Paulus untuk mengunjungi dan menguatkan jemaat yang telah ada serta jemaat yang baru dibentuk. Paulus mengutip prinsip tunduk kepada hukum untuk memenangkan mereka yang berada di bawah hukum dengan menyunat Timotius yang merupakan seorang Yahudi agar tidak mendatangkan sandungan dalam mewartakan Injil di tengah-tengah orang Yahudi. Selanjutnya Roh Kudus menunjukkan pada Paulus bahwa ia harus pergi ke Makedonia, di benua Eropa.
Di Makedonia, di kota Filipi Paulus mendirikan jemaat yang terdiri dari orang-orang yang dulunya kafir. Di kota itu pula Paulus dan Silas dituduh menyebarkan ajaran yang melawan hukum sehingga mereka dicambuk dan dipenjara. Setelah melintasi jalan melalui Amfipolis dan Apolonia, Paulus dan Silas tiba di Tesalonika. Di situ banyak orang bergabung dengan Pulus dan Silas sehingga menimbulkan suatu permusuhan yang luar biasa dari pihak orang-orang Yahudi. Penganiayaan ini menghalangi Paulus, Silas dan Timotius untuk tinggal lebih lama di Tesalonika dan memaksa mereka lari ke Berea. Di sana mereka diterima dengan hangat tetapi sekelompok orang Tesalonika tetap mengejar mereka sehingga Paulus harus menyingkir ke Athena.
Di Athena, Paulus harus menghadapi para penyembah berhala dan ia diejek serta ditolak saat berbicara mengenai kebangkitan. Selanjutnya Paulus memutuskan untuk pergi ke Korintus, suatu tempat yang terkenal dengan imoralitasnya. Meskipun demikian, Paulus berhasil membuat banyak orang Yahudi dan orang kafir bertobat sehingga ia mendirikan jemaat di Korintus dan kota-kota sekitarnya. Setelah lebih dari setahun tinggal di kota itu Paulus berlayar ke Efesus menuju Kaisarea. Ia kemudian tinggal sebentar di Yerusalem dan mengakhiri perjalanan misi keduanya dengan kembali ke Antiokia.

Perjalanan Misi III: th. 53-58 (Kis 18:22-21:14)
Paulus memulai perjalanan misi ketiganya dari Asia kecil menuju Efesus. Di situ ia tinggal selama 2 tahun dan menulis surat kepada jemaat di Galatia dan surat pertama kepada jemaat di Korintus. Saat itu terjadi huru hara karena Paulus dituduh menyesatkan banyak orang sehingga setelah huru hara mereda Paulus pergi ke Makedonia dan menguatkan jemaat-jemaat yang telah didirikannya. Kemudian ia datang ke Miletus dan bertemu dengan para penatua yang memimpin jemaat di Efesus. Jalur perjalanan Paulus bergerak ke pulau Kos, Rodos dan ke pelabuhan Patara menuju Siprus ke pelabuhan Tirus, Ptolemais dan Kaisarea.

Perjalanan menuju Roma (Kis 21:17-28:31)
Meskipun orang-orang Kaisarea telah berusaha mencegah Paulus supaya jangan ke Yerusalem, Paulus tetap pergi ke sana dan akhirnya ditangkap karena dituduh menajiskan Bait Allah. Paulus tinggal di penjara selama dua tahun. Karena dia memiliki kewarganegaraan Romawi, maka ia dapat naik banding pada pengadilan Kaisar di Roma. Peristiwa kapal karam di pulau Malta pada perjalanannya ke Roma membuatnya tinggal selama 3 bulan musim dingin di Malta. Di sana Paulus melakukan penyembuhan terhadap penduduk setempat. Ketika akhirnya tiba di Roma, Paulus menjalani tahanan rumah selama 2 tahun. Selama masa ini diyakini bahwa Paulus menulis surat untuk Gereja di Efesus, Kolose dan Filipi. Paulus juga menulis surat-surat pribadi untuk Filemon, Timotius dan Titus. (smr)

Sumber Pustaka:
1. A.Heuken, SJ, Ensiklopedi Gereja III, Cipta Loka Caraka, Jakarta, 1993.
2. Dianne Bergant CSA & Robert J Karris OFM (editor), Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, LBI, Kanisius, Yogyakarta, 2002.
3. Michael Collins & Mattew A.Price, The Story of Christianity, Kanisius, 2006.
4. Gregorius Sabinus, CP, Bahan Kursus Kitab Suci, 2006.

MISI BERARTI MENINGGALKAN

Misi berarti meninggalkan,
Pergi, melepas segala sesuatu,
Keluar dari diri sendiri,
Memecah dinding keegoisan yang memenjarakan kita ke dalam ke”aku”an

Misi berarti berhenti berkutat pada diri sendiri seolah-olah kita adalah pusat dari segala sesuatu dan pusat kehidupan.

Misi berarti menolak terikat pada masalah-masalah dunia yang kecil di mana kita termasuk di dalamnya: Kemanusiaan itu jauh lebih besar.

Misi selalu berarti meninggalkan,
tetapi tidak selalu mengadakan perjalanan.

Di atas semua itu, misi berarti membuka diri sendiri bagi sesama, sebagai saudara dan saudari, menemukan mereka, menjumpai mereka.

(Uskup Agung Helder Camara)

Tidak ada komentar: