02 Juli 2008

KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI

(sambungan BUPAR edisi Mei 2008 –
tulisan terakhir dari 3 tulisan)

”Alangkah baiknya jika kita dapat hidup sesuai dengan rencana Sang Pencipta. Kita dicipta begitu indah diantara makhluk-makhluk Tuhan yang lain. Sehingga semakin tak mendengarkan Dia, maka kita sendiri yang akan rugi, selain dari situ akan tercermin bahwa kita tidak memuliakan Dia sebagai Sang Pencipta,” demikian disampaikan Pastor Sing kepada para peserta rekoleksi membuka Sesi IV yang dimulai tepat pukul 10.00 Wita pagi pada hari Minggu, 17 Pebruari 2008. Pastor Sing melanjutkan, bahwa semakin taat kepada Allah, maka hidup kita akan semakin indah. Jika kita diciptakan baik, maka sudah semestinya kita dapat menjadi berkat bagi orang lain dan membawa damai bagi semua orang sebagai panggilan kita. Jika kita meminta kurnia-kurnia, biarlah kurnia-kurnia itu datangnya dari Allah sendiri dan bukannya dari yang lain. Ingatlah bahwa Tuhan mencintai kita tanpa syarat (unconditional Love), Allah tetap mencintai kita sejak awal mula.
Renungan berlanjut pada bacaan Injil Yohanes 18 (Allah tidak akan meninggalkan kita sebagai yatim piatu) dan Yohanes 21 (Allah mewahyukan diri bahwa Allah mengasihi kita). Allah menghendaki kita dapat saling mengasihi. Sekarang bagaimana ”respon” kita terhadap kasih Allah itu? Respon kita adalah dengan jalan ”mengikuti” kehendak-Nya.

Pastor Sing selanjutnya bercerita cukup panjang lebar mengenai kisah saat almarhum Bapa Suci Paus Yohanes Paulus II sakit hingga sampai menjelang detik-detik terakhir wafatnya. Dari sini Pastor Sing mengajak peserta rekoleksi untuk berefleksi secara mendalam kalimat per kalimat tentang ”Doa Bapa Kami.” Pastor Sing mengatakan bahwa Doa Bapa Kami adalah doa yang lengkap (komplit). Maka seyogianya jangan menjadikan Doa Bapa Kami hanya sebagai ”doa tambahan” saja. Pastor Sing mengusulkan agar Doa Bapa Kami didoakan secara pelan-pelan, sehingga kesadaran kita makin lama akan semakin luas dan kita akan menjadi semakin terbuka kepada kehendak Allah. Dari sini, jika kita telah menyadarinya dengan baik, maka dengan sendirinya pelayanan kita akan menjadi lebih bagus. Sesi berlanjut dengan tanya jawab antara narasumber dengan peserta rekoleksi sebelum jam makan siang.

Mulai pukul 12.30 Wita, sesi tanya jawab berlanjut dengan beberapa pertanyaan dari peserta sebelum Pastor Sing melanjutkan ke materi berikutnya. Dalam paparannya Pastor Sing menjelaskan bahwa kita patut menyadari bahwa Allah menghendaki ”berelasi” dengan kita. Jika kita pun dapat berelasi baik dengan sesama kita, maka pribadi kita akan tumbuh berkembang. Dimensi kebersamaan sebagai ”satu keluarga kasih” harus nampak, yang nantinya akan mengembangkan pribadi kita juga pribadi sesama kita dan ciri kehidupan kita ada disitu. Ketika orang ”dikasihi” dan berkesempatan ”mengasihi,” maka orang akan merasa berharga karena dia dimiliki dan memiliki; tidak seperti pasir yang ditempatkan di dalam sebuah kotak. Maka dalam sebuah keluarga ”sense of belonging,” (rasa saling menerima dan memiliki) sangat diperlukan, sehingga Pastor Sing berharap sebaiknya jemaat-jemaat kecil dihidupkan.

Sejak lahir dalam ketidakberdayaannya, manusia diberikan kesempatan untuk mengalami dicintai. Ketika seorang bayi menerima perasaan diterima, maka bayi ini akan merasa ”aman” dan perlahan-lahan ia akan mengetahui bahwa dirinya dikasihi, hingga bayi ini akan berekspresi secara apa adanya, karena rasa aman merupakan ”dasar kepercayaan diri.” Demikian halnya juga dalam keseharian kita, sebuah ”komunitas” dapat membantu seseorang untuk merasa dimiliki sekaligus memiliki, sehingga orang tersebut pada akhirnya akan merasa aman. Hal ini berlaku dalam kehidupan bersama, dimana ”persaudaraan” harus kita kembangkan. Ketika kita berada dalam sebuah komunitas dan kita betul-betul berelasi, maka disini akan tercipta komunikasi. Hidupkan relasi personal. Dalam hal ini kita pun harus peka untuk feedback (diantaranya mau menerima masukan dari luar).
Pastor Sing mengingatkan agar dalam berelasi pun kita juga jangan takut terhadap terjadinya ”tabrakan-tabrakan” karena adanya perbedaan pandangan; jangan mengkeret, akan tetapi berjalanlah terus untuk semakin berkembang. Dalam kehidupan ini adalah give and take dalam wujud kebersamaan yang dapat mengembangkan kreasi kita, rasa solidaritas dan sebagainya. Justru melalui tabrakan-tabrakan yang terjadi, kita sesungguhnya ”dimurnikan” melalui proses dialog.

Dalam Kitab Kejadian 50:15-21, disitu dikisahkan bahwa Yusuf menghiburkan hati saudara-saudaranya. Yusuf memaafkan saudara-saudaranya bahkan mau menanggung hidup mereka dan anak-anaknya juga. Hal ini juga senada dengan bacaan Prapaskah Minggu Kedua yang diambil dari Injil Matius 17:1-9 dan Kitab Kejadian 12:1-4a, yang pada intinya ingin menuntun kita kepada kesadaran bahwa kita ini sesungguhnya dipanggil untuk ”menjadi berkat” bagi sesama kita. Sekarang bagaimana keutamaan-keutamaan itu bisa mendukung pelayanan kita dan juga sesama kita sehingga kita dapat menjadi semakin berkembang?

Keluarga sebagai contoh sebuah komunitas pun diharapkan tidak hanya mengajarkan hal-hal yang temporer saja, akan tetapi hal-hal yang pokok perlu juga diperhatikan. Hal-hal tersebut antara lain :
- Adanya penerimaan, dimana antar anggota keluarga harus saling menerima.
- Adanya feedback, saling mendukung satu sama lain.
Dari semuanya itu nantinya akan muncul keutamaan-keutamaan lain satu demi satu akan berkembang, akan tumbuh saling toleransi, saling pengertian, dan seterusnya. Sehingga pada akhirnya akan dapat menuntun kita kepada kehendak Allah.

Pastor Sing kemudian menutup rekoleksi kali ini dengan sebuah renungan dari bacaan Injil Markus 16:14, dimana dalam hidup kita, Allah memperkenalkan Diri-Nya secara berulang-ulang, akan tetapi Allah sendiri tidak memaksa kita supaya merespon kasih Allah. Sebab kasih itu pada hakekatnya adalah ”memberi” dan bukannya meminta! Dalam Kabar Gembira sebenarnya dikisahkan tentang Allah yang jatuh cinta kepada kita manusia. Perlu dihayati bahwa ”persaudaraan dan persahabatan” adalah salah satu media massa yang penting.

Pada akhirnya Pastor Sing berpesan agar panggilan kita sebagai orang Kristiani itu tidaklah cukup kita dibebaskan dari dosa saja, tetapi bagaimana kita kemudian dapat membagikan kasih Allah sehingga pada akhirnya akan semakin banyak orang yang dapat mengalami kasih Allah itu, amin. – SELESAI –

(Dionisius Agus Puguh Santosa)

Tidak ada komentar: