24 Agustus 2009

ARTI KEMERDEKAAN


Oleh: Romo Ign. Allparis Freeanggono, Pr

Saudara–saudara yang terkasih dalam Yesus,

Setiap bulan Agustus, secara istiwewa kita merayakan hari kemerdekaan bagi bangsa Indonesia. Sebuah hal yang layak bagi kita sebagai Gereja Katolik untuk merefleksikan arti sebuah kemerdekaan dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan sederhana berikut agar kita sebagai warga Negara dan Gereja semakin hari semakin berkembang.

Gereja Santa Perawan Maria Yang Terkandung Tanpa Noda telah ada sejak 70 tahun yang lalu. Sementara itu bangsa Indonesia merdeka 64 tahun yang lalu. Kalau dilihat, 6 tahun setelah paroki berdiri, Indonesia merdeka. Paroki kita mengalami 6 tahun dalam masa penjajahan oleh Belanda dan Jepang. Kita akan bertanya –tanya, apa yang telah dilakukan Gereja dalam masa penjajahan itu? Apakah Gereja ikut mengambil bagian dalam perjuangan untuk meraih kemerdekaan bangsa ini? Apakah dalam doa-doanya, Gereja berdoa bagi bangsa ini? Dapat pula diajukan pertanyaan bias berikut: Apakah gereja mangalami dan merasakan penindasan pada saat Indonesia masih dijajah? Apakah kita mempunyai pahlawan kemerdekaan? Dsb.

Pada jaman Indonesia merdeka seperti sekarang ini, kita harus berani bertanya, apa yang telah dilakukan Gereja untuk mengisi kemerdekaan ini? Apakah Gereja mengalami kebebasan untuk mewartakan Injil dan seterusnya. Kita juga pernah mendengar istilah bahwa kita adalah 100 % orang Indonesia, 100 % orang Katolik. Apa arti dari kalimat tersebut? Kita lahir di Indonesia, Gereja ada di Indonesia, umat Katolik lahir dan hidup di Indonesia, mencari nafkah di Indonesia, bahkan mungkin nanti mati juga di Indonesia. Pertnyaan reflektifnya: Apa yang telah diperbuat oleh warga Katolik untuk bangsa Indonesia dalam mengisi kemerdekaan? Peran apa yang telah diberikan oleh warga kita untuk membangun negara kita? Apakah kita mempunyai politikus katolik, yang peduli terhadap negara? Apakah kita mempunyai pejabat Katolik yang peduli terhadap bangsa? Apakah anak-anak kita menjadi anak-anak katolik yang peduli dengan persoalan bangsa kita? Apakah kita mempunyai imam, suster, frater, bruder yang peduli dengan persoalan bangsa ini? Apakah kita mempunyai pengusaha, pedagang, kontraktor, guru, karyawan Katolik yang mau terlibat dalam hidup berbangsa dan bernegara? Itu adalah pertanyaan- pertanyaan reflektif agar kita sebagai umat paroki Santa Maria Kelayan menyadari bahwa kita dipanggil untuk terlibat untuk membangun bangsa ini.

Melalui hidup menggereja yang benar, marilah kita membangun bangsa. Kita menyadari bahwa Gereja kita adalah bagian dari negara ini. Sudah selayaknya kita peduli dengan persolan bangsa ini serta menghindari untuk mengambil sikap sebagai warga yang egois atau warga yang hidup dalam lingkungannya sendiri. Salah satu wujud kepedulian yang dapat kita lakukan adalah dengan menghormati saudara-saudara kita yang muslim dalam menjalankan ibadah puasa. Mari kita saling menghormati. Kita yang tidak puasa menghormati yang puasa, yang puasa menghormati yang tidak puasa. Dengan demikian kita dapat hidup berdampingan dengan saling menghormati.

Saudara-saudara yang terkasih,

Tak lama lagi pada bulan September, kita memasuki bulan Kitab Suci Nasional. Mari bersama-sama menimba sabda Allah secara lebih mendalam dan mari kita terapkan dalam hidup sehari-hari warga negara Indonesia dan umat Katolik. Semoga pendalaman Kitab Suci yang kita lakukan bukan saja menambah iman kita kepada Tuhan, tetapi juga membawa berkat bagi sesama. Tuhan memberkati.

Tidak ada komentar: