23 Agustus 2009

Lektor, Bukan Pembaca Berita


Membaca adalah yang tidak mudah. Terlebih membaca bukan untuk dirinya sendiri. Artinya membaca untuk dibagikan kepada orang lain. Membaca, agar orang lain menyimak, mendengarkan, mengerti dan akhirnya meresapkan apa yang telah dibacakan. Untuk ini perlu kesiapan dari mereka yang akan membacakan sebuah cerita atau berita.

Sehebat apapun suatu cerita atau berita, tetapi kalau yang membacakan tidak menarik, dibacakan secara tidak menarik, maka cerita atau berita itu akan terasa hambar. Lihatlah para pembaca berita di televisi. Mulai dari pembaca berita gossip, berita politik atau berita criminal selalu memiliki gaya yang khas. Penampilan yang menarik, sehingga orang tak jemu memandangnya. Suara yang indah sehingga orang enggan untuk tidak mendengarkan. Gaya membaca yang menarik sehingga orang “dipaksa” untuk selalu menyimak.

Saya yakin yang membuat mereka dapat menjadi baik adalah karena, latihan. Ya, karena membaca bagi mereka adalah sebuah profesi. Dengan membaca mereka dapat mengisi pundi-pundi uangnya dan membuat dapur-nya selalu ngebul yang menandakan ada suatu kemakmuran di sana. Dari mana asal-muasalnya? Ya dari membaca. Jadi supaya membaca itu menarik orang harus LATIHAN.

Nah, dalam Gereja Katolik kita juga punya para pembaca, yang disebut lektor. Lektor adalah suatu tugas yang sangat mulia. Karena yang dibacakan adalah Kitab Suci. Dan kisah-kisah yang dibacakan bersumber dari kekuatan Roh Kudus. Dan sadar atau tidak para pembaca itu memiliki tanggung jawab yang sangat besar. Dia harus mewartakan Sabda Tuhan. Ingat pada setiap akhir bacaan, selalu diakhiri dengan perkataan; “Demikianlah Sabda Tuhan”. Maka pembaca harus sadar bahwa yang dibacakan bukan berita gossip, bukan juga berita criminal tapi merupakan warta keselamatan untuk siapa saja yang mendengarkan bacaan itu.

Lektor, bukan sekedar pembaca berita. Ia adalah pewarta. Pembaca berita, memiliki studio khusus untuk membacakan beritanya, agar semua orang bisa melihat, mendengar dan mencerna apa yang diberitakan. Lektor juga, bahkan tempat yang lebih mulia yaitu di rumah Tuhan, dalam Gereja. Tempatnya pun khusus, ada mimbar yang dipersiapkan agar semua mata menuju kepadanya. Ada peralatan sound system yang mendukungnya supaya semua yang hadir bisa mendengar dengan jelas. Persoalanya bagaimana dengan pembaca-nya?

Kalau pembaca berita sebagai profesi, jelas karier yang cari maka ia akan memberikan yang terbaik supaya kariernya juga bisa baik dan akhirnya hidup lebih terjamin. Bagaimana kalau pembaca Sabda Tuhan? Apakah sebuah profesi? Anda sendiri yang bisa menjawabnya. Tetapi jelas, semua perlu ada persiapan yang sungguh matang. LATIHAN adalah jawaban dari ini semua. Ditambah penampilan yang menarik, sikap yang apik dan gaya yang khas, Sabda Tuhan akan terasa lebih hidup.

Salut untuk semua lektor, yang telah berani menjadi pembawa Sabda Allah ke hadapan para umat. Karena tidak semua umat mau. Dengan berbagai alasan selalu ada cara untuk menolak tugas ini, padahal lektor adalah tugas yang mulia. Tinggal Anda para lektor, memperbaiki semua kekurangan dan mengisi kekurangan itu dari sumber-sumber lain, supaya Sabda yang diwartakan dapat didengar oleh setiap umat dan akhirnya menjadi santapan rohani bagi jiwanya. Sekali lagi salut untuk Anda semua yang berani mengemban tugas mulia ini. (ib)

Tidak ada komentar: